Ketika saya hendak memulai menulis artikel terkait dengan stabilizer (2012) di blog ini, ada keraguan untuk dapat menyajikannya dalam sebuah bentuk informasi yang bermanfaat. Walau pun pada saat itu saya telah merasakan manfaat dari pemasangan stabilizer di rumah, tidak ada informasi yang bisa direferensikan untuk dijadikan sumber pendukung sesuai kejadian yang saya alami.

Kesulitan lainnya adalah saya tidak memiliki pendidikan formal di bidang kelistrikan. Sehingga, saya harus mencari cara untuk dapat “menerjemahkan” sebuah hasil teknis dalam format non-teknis.

Beberapa minggu sebelum artikel ini dipublikasikan (September 2013), saya beruntung menemukan kembali resi (lembaran slip bukti) pembayaran rekening listrik PLN mulai periode bulan February 2006 s/d January 2011 terselip diantara tumpukan buku-buku komputer. Setidaknya saya dapat memahami cara menggunakan data yang tertera di resi pembayaran tersebut sebagai rujukan dalam format non-teknis yang bisa menggambarkan rangkuman hasil dari efek pemasangan stabilizer.

Sebagaimana cara yang biasa saya gunakan dalam menyampaikan informasi bersifat teknis kelistrikan, cenderung dijabarkan dalam bentuk perhitungan ilmu akuntansi dasar yang sederhana. Dengan kata lain, besaran pemakaian daya listrik disesuaikan ke dalam format perhitungan matematika dari ilmu akuntansi dasar. Cara itulah yang saya gunakan dalam menyampaikan efek positif dari pemasangan stabilizer.


Anda dapat membaca uraiannya di artikel Realisasi Menghemat Energi Listrik


Perbedaan Persepsi para Pelaku Teknik Listrik

Hingga saat ini, banyak pendapat yang menyatakan ketidakmungkinan tentang fungsi stabilizer dalam menghemat pemakaian listrik.

Secara teknik kelistrikan, pendapat tersebut adalah benar adanya… dan tentunya, dengan kondisi jika asupan voltase listrik dari PLN juga stabil. Namun realitanya tidaklah demikian sempurna dan indah. Asupan listrik PLN yang kita dapatkan setiap hari di rumah, seringkali tidak bersahabat dan cenderung mengganggu kinerja perangkat elektronik.

Seandainya, kemudian, situasi seperti itu dapat teratasi dengan memasang stabilizer dan berdampak pada berkurangnya pemakaian listrik sehari-hari di rumah, apakah masih relevan jika dikatakan fungsi stabilizer tidak berpengaruh dalam menghemat listrik?

Saya tidak mencari satu pembenaran yang melawan dan bertentangan dengan ilmu kelistrikan. Saya hanya mencoba menggunakan konsep pikir berbeda dari apa yang selama ini dianut oleh para ahli dibidang teknik listrik.

Bagi saya, kebenaran dalam ruang lingkup menghemat listrik adalah sama dengan berkurangnya jumlah uang atas biaya pemakaian listrik setiap bulan yang harus dibayarkan ke PLN.

Jika rata-rata biaya bulanan listrik sebesar Rp. 100.000,- berkurang menjadi Rp. 75.000,- setelah pemasangan stabilizer, bukankah mengartikan telah terjadi penghematan dalam pemakaian listrik?

Itu adalah sebuah logika sederhana perihal stabilizer dapat menghemat pemakaian listrik dengan tanpa mengurangi aktivitas keseharian kita dalam pemakaian listrik dan tidak perlu melakukan tindakan kecurangan apapun di sambungan kabel listrik (mis. nyantol).

Pada perangkat elektronik yang didukung asupan voltase listrik stabil, akan membuat fungsi kerja perangkat elektronik yang semestinya. Tidak ada pemakaian listrik yang dikurangi dan tidak ada juga pemakaian listrik yang berlebihan. Semua berjalan secara normal mengikuti kemampuan kerja dari perangkat.

Tidak ada yang spesial… namun disitulah letak keistimewaannya.

Kita tidak perlu mengerjakan tindakan ekstra diluar aktivitas yang biasa dilakukan sehari-hari untuk melakukan penghematan listrik. Sementara di saat yang sama, efektivitas dan efisiensi pemakaian listrik tetap berjalan dan dikerjakan oleh stabilizer.

Dampak Pemasangan Stabilizer

Jika dipandang dari sudut besarnya pengurangan jumlah biaya bulanan atas pemakaian listrik saja, bisa dibilang, pemasangan stabilizer tidak memiliki efek signifikan dalam rangka menghemat listrik.

Demikian juga dampak yang menjadikan umur perangkat-perangkat elektronik yang biasa digunakan sehari-hari di rumah menjadi lebih awet, tidaklah nampak secara instant.

Contoh sederhananya adalah rutinitas mengganti lampu penerangan di dalam rumah.

Lampu-lampu tersebut memiliki umur pemakaian yang mana akan mati (tidak berfungsi) setelah batas waktu pemakaiannya telah telah tercapai. Menjadikan voltase listrik stabil, akan berdampak pada fungsi nyala lampu yang berjalan dengan semestinya.

Tanpa dukungan asupan voltase listrik yang stabil, nyala lampu akan berjalan diluar default fungsi kerja yang ditentukan.

Situasi voltase listrik tidak stabil seperti itulah yang menjadikan lampu mengkonsumsi listrik pada porsi tidak semestinya. Kelebihan dan kekurangan dalam mengkonsumsi listrik pada saat lampu menyala, otomatis berdampak menambah jumlah pemakaian listrik dan pemakaian umur lampu itu sendiri. Sehingga, ada dua situasi merugikan yang sebenarnya tidak akan terjadi jika situasi voltase stabil.

Jika demikian halnya, bukan sekadar berdampak pada besaran biaya pemakaian listrik yang harus dibayarkan saja. Tapi juga biaya untuk membeli lampu baru sebagai pengganti yang lama.

Jadi…

Tindakan mengganti perangkat-perangkat elektronik yang rusak, hampir selalu diartikan sama dengan kondisi buruknya kualitas perangkat elektronik. Itu adalah alasan termudah untuk menemukan kambing hitam dari penyebab terjadinya kerusakan perangkat elektronik.

Namun, dari pengalaman yang saya dapatkan atas pemakaian lampu pijar 5 Watt yang biasanya harus diganti setiap 2 bulan sekali menjadi setiap 6 bulan sekali setelah pemasangan stabilizer, memberikan satu pemahaman kalau perangkat-perangkat elektronik berkualitas rendah akan bertahan umur pemakaiannya jika diberi asupan voltase listrik yang stabil.

Di bagian memperpanjang waktu rutinitas penggantian perangkat-perangkat elektronik inilah yang seringkali terlewatkan dan tidak dihitung sebagai sebuah peristiwa penghematan.

Jika biaya dalam mengganti lampu pijar 5 Watt yang rusak masih bisa disamakan dengan biaya satu kali parkir motor di pusat pembelanjaan, maka akan terasa perbedaannya jika rutinitas mengganti perangkat elektronik yang rusak adalah kulkas atau televisi. Padahal, alasan penyebab yang menjadikan lebih cepat rusak antara lampu pijar dengan perangkat-perangkat elektronik lainnya adalah sama, yaitu voltase listrik yang tidak stabil.

Akankah kemudian kita menganggap perpanjangan waktu penggantian perangkat-perangkat elektronik yang rusak tersebut sebagai sebuah penghematan? Atau hanya kebetulan belaka yang diakibatkan faktor tinggi-rendahnya kualitas perangkat elektronik?

Saya disini hanya coba melengkapi informasi terkait fungsi stabilizer dari sudut pandang seorang pemakai. Memahami dampak yang ditimbulkan setelah pemasangan stabilizer dalam kapasitas awam, memang tidak membuat saya otomatis menjadi seorang ahli di bidang teknik listrik. Namun hal tersebut tidak juga mengartikan kalau saya tidak melihat adanya perbedaan antara sebelum dengan setelah pemasangan stabilizer di rumah.

Pernyataan stabilizer dapat menghemat listrik bukanlah sesuatu yang harus selalu diartikan hanya dalam konteks teknik listrik belaka. Karena memang pada kenyataannya stabilizer dibuat bukan semata-mata ditujukan untuk memenuhi kepentingan orang-orang yang berkecimpung di bidang teknik listrik saja. Tapi juga bagi para awam listrik yang berupaya untuk mendapatkan rasa aman dan nyaman selama pemakaian perangkat elektronik mereka di rumah.

Jika, ternyata, juga mengurangi biaya pemakaian listrik yang harus dibayarkan setiap bulannya, bukankah mengartikan kalau dengan memasang stabilizer bisa menghemat listrik?

Semoga bermanfaat! 🙂