Keberadaan dan pemakaian kompor gas dalam aktivitas memasak sehari-hari dengan harga elpiji yang mahal, membuat persoalan tersendiri bagi sebagian orang. Termasuk saya salah satu diantaranya.
Mensiasati cara memasak agar pemakaian elpiji menjadi lebih hemat, merupakan opsi yang tidak sepenuhnya bisa diterapkan untuk setiap masakan. Situasi seperti itu telah memposisikan bagi siapapun yang berkeberatan atas mahalnya harga elpiji tabung 12 kg menjadi tersudut dan mau- tidak mau harus menerima serta menjalani keputusan harga elpiji yang tidak bisa ditawar lagi.
Ketika upaya hendak mengganti elpiji 12 kg menjadi elpiji 3 kg mendapatkan respon yang sangat tidak menyenangkan, memberikan isyarat kalau opsi tersebut bukanlah jalan keluar yang tepat untuk dilanjutkan. Lanjutkan membaca “Kompor Listrik, Rice Cooker & Kompor Gas”
Penjelasan otomasi lampu penerangan yang disampaikan dalam artikel ini, merupakan update situasi dan kondisi yang sebelumnya dideskripsikan di artikel Membagi Penerangan dalam Rumah.
Jika sebelumnya terpasang downlight sebanyak 13 unit, maka kini hanya 11 unit downlight ditambah 1 unit lampu langit-langit (ceiling lamp) yang diotomasikan.
Berikut adalah empat perangkat weekly timer (timer mingguan) yang digunakan untuk mengatur nyala-mati dari lampu :
Selain penerangan dalam ruangan (indoor), otomasi juga diterapkan di luar ruangan (outdoor). Untuk outdoor, menggunakan fitting lampu biasa (bukan downlight) agar sebaran jangkauan pencahayaan lebih luas dan lebih terang. Lanjutkan membaca “Otomasi Lampu Penerangan Rumah Tinggal”
Rice cooker merupakan perangkat yang, boleh dibilang, wajib ada di setiap ruang dapur rumah tinggal pada umumnya di Indonesia. Sebagai perangkat untuk menanak beras menjadi nasi yang merupakan makanan pokok 90% masyarakat kita, keberadaan rice cooker menjadi salah satu produk perangkat memasak yang pasti dapat ditemukan dengan mudah di seluruh pelosok negeri. Kondisi tersebut, secara tidak langsung, berdampak menjadikan anggapan fungsi rice cooker terpaku hanya sebatas untuk keperluan “menanak beras”.
Tidak ada yang salah dengan anggapan tersebut, karena memang begitu dan sesuai dengan penamaannya sebagai perangkat untuk menanak beras (rice cooker).
Pada awal bulan Juli 2022, harga gas elpiji (non-subsidi) mengalami penyesuaian kenaikan sebesar Rp. 2.000,- per kg. Sehingga, total harga gas elpiji tabung 12 kg yang sebelumnya Rp. 190.000,- naik menjadi Rp. 214.000,-. Harga tersebut dipasaran (pengecer), kembali mengalami penyesuaian hingga menjadi dikisaran Rp. 220,.000,-.
Mungkin karena belakangan sering mendengar berita tentang kenaikan harga, pikiran saya seolah menjadi telah terbiasa saat mendengar perihal kenaikan harga elpiji tersebut.
Namun hal itu tidak berlangsung lama setelah sepotong tayangan iklan kompor listrik (non-induksi) seharga Rp. 190.000,- an melintas di layar smartphone saat sedang berselancar di salah satu e-commerce.
Sebagai pengguna gas tabung 12 kg dengan pemakaian sekitar 1,5 bulan per tabung, perbandingan harga kompor listrik yang nyaris setara dengan isi elpiji 12 kg, membuat saya terusik. Lanjutkan membaca “Memasak menggunakan Kompor Listrik”
Oven listrik, bukanlah jenis oven yang pertama kali saya kenal. Tapi, merupakan jenis oven pertama dimana saya mulai belajar dan mengetahui lebih jauh teknik memasak makanan dengan cara dipanggang.
Banyak bahan makanan yang bisa dimasak dengan cara dipanggang menggunakan oven, dimana salah satunya untuk membuat biskuit / kue kering. Tidak lama setelah memiliki oven listrik, saya iseng mencoba membuat sendiri beberapa kue kering. Itu karena saya memang menyukai kue kering, terutama Kaastengel dan Nastar.
Selang 10 tahun kemudian, beberapa minggu terakhir ini, saya diberi kesempatan pinjam-pakai oven gas oleh tetangga. Bukan oven gas multi fungsi (freestanding oven), namun oven gas khusus memanggang saja.
Seperti ini penampakannya :
Saya sambut baik kesempatan yang telah ditawarkan, dan… pembelajaran menggunakan oven gas yang selama ini belum pernah saya kerjakan pun dimulai…
Beginilah penampakan termos air panas yang menggunakan tenaga listrik. Beberapa diantara kita, mungkin, sudah mengenal perangkat dapur ini dengan akrab. Karena, air panas yang dihasilkan, boleh dibilang, memiliki tingkat panas mirip seperti kita memasak air di atas kompor api.
Air dengan tingkat panas yang demikian (nyaris benar-benar mendidih), sangat baik untuk digunakan berbagai macam kepentingan. Seperti : menyeduh susu atau kopi, membersihkan kerak sisa memasak di penggorengan, membuat bubur bayi, pendukung saat mengolah masakan dll.
Sehingga, meskipun masih masuk kategori perangkat dapur, termos listrik juga banyak disukai oleh mereka yang tidak menyenangi melakukan aktivitas masak-memasak. Karena, pada dasarnya, kebutuhan akan air panas akan selalu ada hampir di setiap situasi di saat dan selama kita beraktivitas. Dalam kasus ini, termos listrik bisa mengakomodir kebutuhan tersebut dengan lebih mudah dan praktis bagi banyak kalangan.
Foto ini adalah gambar dari salah satu perlengkapan listrik yang dinamakan Daily Timer.
Fungsinya sama seperti saklar lampu, yaitu memutuskan aliran listrik. Hanya saja pada perangkat ini, tindakan menyala-matikan aliran listrik diatur menggunakan fitur pengatur waktu dalam sehari (24 jam). Umumnya, perlengkapan listrik ini digunakan untuk kebutuhan menyala-matikan lampu yang terpasang di area teras depan / belakang rumah.
Daily Timer Konvensional pada foto tersebut adalah produk Daily Timer Konvensional yang ketiga dari dua produk Daily Timer Konvensional yang telah ada dan digunakan di rumah saya saat ini. Meskipun berbeda pabrikan, ketiganya memiliki dasar cara penggunaan yang sama. Sehingga, bisa dibilang, ada standarisasi dari para pabrikan pembuat Daily Timer Konvensional dalam hal cara penggunaan perangkat seperti ini.