Beberapa waktu lalu, ada pernyataan yang masuk ke kotak komentar salah satu blog saya menanyakan tentang pencurian artikel. Inilah pertanyaannya dan jawaban yang saya berikan :

Pertanyaan :

With havin so much content and articles do you ever run into any issues of plagorism or copyright violation?

My site has a lot of unique content I’ve either
written myself or outsourced but it looks like a lot of it is popping it up
all over the web without my permission. Do you know any methods
to help protect against content from being
ripped off? I’d genuinely appreciate it.

(terjemahan  : )
Dengan sedemikian banyak artikel dan pembahasan yang ada, pernahkah anda mengalami permasalahan penjiplakan (adm : mencontek isi pembahasan) atau pelanggaran hak cipta? Saya banyak menulis pembahasan hal yang unik, baik berasal dari ide saya sendiri maupun artikel saduran, namun kemudian semuanya itu terlihat banyak sekali bermunculan di situs-situs lain tanpa meminta ijin dari saya.  Apakah anda mengetahui metode pendukung yang untuk melindungi artikel / tulisan dari pencurian? (adm : seandainya mengetahui) Saya benar-benar menghargainya.

Jawaban :

I think, all bloggers (begginner or advanced) have the same issue. You can’t forbid others not to steal your articles. I do not really want to worry about it. I believe that every human being is unique. During this time, I always try to write every topic based on who I really am. Posts made like that would make difficult to changed. Because the ideas and the ways to delivering the content is based only by my own thought, opinion and personality. That is my copyrights. So, if others try to claim my posts or steal my posts and then claim it as theirs, I won’t mind. The time will shows whose the true owner of the posts.

(terjemahan : )
Saya kira, setiap blogger (pemula atau tingkat lanjut) memiliki permasalahan yang sama. Anda tidak dapat melarang seseorang untuk tidak mencuri artikel anda. Saya tidak terlalu mau mengkhawatirkan hal tersebut. Saya percaya setiap manusia itu berbeda satu dengan lainnya. Selama ini, saya selalu mencoba untuk menulis setiap topik artikel berdasarkan pada keberadaan saya yang seutuhnya. Artikel yang dibuat dengan dasar seperti itu akan sulit untuk diubah. Karena ide dan cara penyampaian dari isi pembahasan berdasarkan dari pikiran, pendapat dan karakter diri saya sendiri. Itulah yang menjadi hak cipta saya sebenarnya. Jadi, jika seseorang mencoba meng-akui tulisan saya atau mencuri artikel saya dan kemudian meng-akui sebagai miliknya, saya tidak peduli. Waktu-lah yang akan menunjukkan siapa pemilik sebenarnya dari artikel tersebut.

Begitulah kira-kira terjemahan pertanyaan dan jawaban dari pembicaraan yang terjadi mengenai pencurian hak cipta artikel di atas.

Jika anda membaca bagian akhir artikel About Me di situs ini, anda akan menemukan sedikit pernyataan saya mengenai hak-cipta dan aturan main untuk menyalin kembali semua artikel di situs ini. Demikian juga untuk situs saya lainnya.

Memperjelas Aturan Main

Pada dasarnya, apa yang saya nyatakan mengenai aturan menyalin artikel pada bagian akhir dari About Me tersebut, bertujuan untuk meluruskan keadaan sebenarnya. Agar yang menjadi pembaca dapat mengetahui kemana tujuan mereka untuk mendapatkan informasi lebih lengkap dari isi pembahasan. Hal inilah yang sering tidak disadari oleh para pencuri artikel.

Tidak semua pembaca di internet memiliki tujuan hanya untuk memenuhi kebutuhan akan informasi saja. Mereka pun menginginkan kebenaran dari informasi yang telah mereka baca. Alasan bagi seorang pembaca menuliskan komentar pada sebuah artikel, dikarenakan ada hal lebih jauh ingin diketahuinya. Respon jawaban dari pertanyaan di kotak komentar, merupakan penentu untuk kecenderungan kepastian kehadiran mereka selanjutnya di situs bersangkutan.

Para pembaca (reader) ini tidaklah bodoh. Se-rendah apa pun latar belakang pendidikan mereka mengenai sebuah masalah, pasti (akhirnya) dapat membedakan jika menemukan dua artikel sama persis. Atau artikel contekan yang diubah gaya penulisannya. Terlebih lagi, jika jawaban dari pertanyaan yang diajukan tidak dapat memuaskan rasa keingintahuan mereka. Adalah sebuah hal wajar jika kemudian mereka menghindar / tidak berkunjung lagi karena telah merasa dibohongi.

Menurut saya, lebih baik menerbitkan tulisan baru dengan pembahasan isi dari artikel (review) yang hendak dicuri daripada mencuri atau menjiplaknya. Cara seperti ini menimbulkan kesan tersendiri bagi orang yang membacanya. Setidaknya, ada penilaian terpisah dari pembaca antara penulis asli dengan penulis review-nya. Karena, ada pandangan pribadi dari si penulis review terhadap artikel yang dibahasnya.

Unsur itulah yang sebenarnya dibutuhkan oleh pembaca untuk memenuhi keingintahuannya. Perbedaan atau persamaan pendapat dari kepala yang berbeda adalah hal penting bagi mereka. Dengan demikian, mereka dapat memahami secara lebih baik persepsi atas masalah / kasus yang sedang dihadapinya.

Selain itu, tulisan berbentuk review, mendapat perhatian lebih besar karena tulisan seperti itu membutuhkan pandangan yang lebih baik atas sebuah permasalahan dan kebijakan lebih “fair” dalam menyatakan pendapat pribadi.

Memperkaya Diri dari Hasil Curian

Jangan pernah bermimpi melakukan pencurian artikel hanya guna kepentingan menaikkan peringkat untuk jangka waktu lama di index list Google Search Engine (Google – SERP) atau lainnya (Yahoo, Bing, Delta dsb). Para pengurus portal-portal tersebut lebih pintar untuk bisa ditipu mengenai keaslian sebuah artikel curian. Mereka pun memiliki kerjasama dengan para penyelenggara blog gratis, karena masing-masing pihak memiliki satu kepentingan, yaitu membangun tingkat kepercayaan lebih baik bagi bendera perusahaan mereka.

Saya tidak mau memikirkan jika seseorang telah mencuri artikel milik saya. Karena, apapun alasannya, tindakan seperti itu tetap bermuara pada kesombongan dan kebodohan si pencuri. Tidak ada gunanya “memberi ruang” di pikiran kita untuk seseorang yang bertindak atas dasar kedua hal tersebut. Selain itu, yang namanya mencuri, tidak pernah ada disertai dengan permintaan ijin untuk mencuri. Saya pun tidak pernah mengetahui kapan tindakan pencurian itu dilakukan.

Seorang pencuri / penjiplak sudah pasti akan menikmati hasil curiannya untuk sesaat, tidak akan pernah selamanya. Untuk mendapatkan kembali kenikmatan tersebut, dia harus mencuri lagi.

Karena memang orang seperti demikian, tidak memiliki kemampuan lebih baik daripada mencuri.

Akan selalu ada batasan untuk setiap kehidupan. Orang-orang seperti itu pasti akan jatuh “kekenyangan” menikmati hasil curiannya. Saya cenderung bersikap menunggu hingga saat itu tiba.

Idealisme vs Kemakmuran? 

Ada batas sangat tipis antara idealisme dengan kemakmuran. Keduanya merupakan satu gambar dari puncak kesuksesan dalam hidup seorang manusia. Tidak ada yang salah untuk berusaha meraih kedua hal tersebut selama kita bisa menjalaninya di jalur yang benar.

Namun, “jalur yang benar” itulah yang sebenarnya menjadi kendala terbesar. Saat ini, banyak orang lebih suka untuk bertahan dengan “membenarkan tindakan yang salah” daripada “memperbaiki tindakan yang salah” agar bisa berada pada situasi ideal dan makmur. Bagi saya, tidak ada sisa kebaikan yang perlu disisihkan untuk mempertahankan kepentingan hidup orang-orang seperti itu.

Saya bukan penulis profesional atau pun profesional blogger. Semua tulisan di atas adalah hasil analisa selama dua tahun berkecimpung di dunia blogging untuk membangun dan membuat kedua blog saya menjadi lebih baik. Semua artikel yang ditulis di kedua blog saya, berisi hal umum dimana sudah lama menjadi topik pembahasan oleh blog-blog lainnya juga.

Tulisan ini hanyalah sebuah bentuk penyampaian dari respon pencurian artikel dari sudut pandang saya saja. Baik sebagai pembaca mau pun penulis artikel. Disini, saya mencoba menempatkan diri sebagai seorang pembaca pada umumnya yang juga memiliki kebutuhan pemenuhan informasi untuk melengkapi keingintahuan saya.

Semoga bermanfaat! 🙂