Selama ini, stabilizer cenderung dianggap sebagai sebuah perangkat yang memiliki fungsi dan manfaat hanya untuk menstabilkan voltase saja. Cuma itu, tidak ada fitur dan kelebihan lain yang dimiliki oleh stabilizer. Jika dilihat secara kasat mata, anggapan tersebut memang benar demikian adanya. Namun, jika dilihat dari dampak yang dihasilkan, banyak manfaat bisa diperoleh selain kestabilan voltase listrik.
Hingga tulisan ini diturunkan (2013), saya belum menemukan informasi yang menjelaskan efek seperti apa yang bisa dihasilkan dengan melakukan pemasangan stabilizer. Hal ini, membuat satu kerumitan tersendiri untuk dapat menjelaskan batas manfaat yang sebenarnya bisa diperoleh dari keberadaan sebuah stabilizer. Pada artikel ini, saya mencoba untuk menyajikan sebuah informasi yang mungkin bisa dijadikan sebagai sebuah gambaran mengenai batas manfaat stabilizer dalam kehidupan sehari-hari di rumah.
Kumpulan resi pembayaran listrik periode 2006 s/d 2012
Dibawah ini, saya lampirkan resi (lembar struk bukti) pembayaran listrik (pascabayar) mulai Februari 2006 s/d Desember 2012 di rumah saya. Data-data yang sekiranya tidak berhubungan dengan fokus pembahasan artikel ini, tidak saya tampilkan. Karena fokus informasi yang dibutuhkan adalah pergerakan nilai pemakaian daya setelah pemasangan stabilizer dilakukan.
Instalasi stabilizer yang pertama saya kerjakan di rumah adalah pada sekitar awal bulan November 2005, tidak lama sebelum resi tagihan listrik bulan February 2006 saya terima. Disini, saya hanya menyertakan lembar resi periode setiap awal tahun saja. Karena perubahan pergerakan nilai pemakaian daya, akan terlihat lebih mudah dipahami dari perhitungan rata-rata per bulan selama setahun.
Untuk mendapatkan nilai rata-rata pemakaian daya per bulan dalam setahun, dilakukan dengan mengurutkan setiap lembar resi pembayaran berdasarkan urutan tahun termuda hingga tertua. Kemudian mengurangi nilai awal antara dua struk bukti pembayaran bulan Januari dari masing-masing urutan per tahun.
Data yang saya lampirkan disini dimulai pada bulan February 2006 karena hanya mulai dari periode tersebut yang dapat saya sajikan. Nilai pemakaian daya pada awal tahun 2007, dikurangi nilai awal bulan February 2006. Kemudian di bagi 11 bulan sehingga diperoleh nilai rata-rata pemakaian daya per bulan pada tahun 2006. Sedangkan untuk tahun-tahun selanjutnya ( > 2006), tetap dibagi dengan 12 bulan.
Setelah semua data dirangkum dalam sebuah tabel, maka hasilnya menjadi seperti gambar di bawah ini :
Saya rasa semua kedua lampiran di atas sudah bisa untuk dijadikan dasar informasi pendukung yang cukup jelas dan realistis untuk bisa memastikan kebenaran manfaat stabilizer dalam menghemat pemakaian listrik di rumah.
History kegiatan pemakaian listrik
Pada tabel yang berisi rangkuman pemakaian daya selama 7 tahun di atas, Anda bisa melihat dinamika naik-turun nilai prosentase pemakaian listrik yang terjadi setiap tahunnya (kolom ke-7). Berikut ini adalah garis besar cerita kegiatan saya yang berhubungan dengan listrik selama periode waktu 7 tahun tersebut.
Di awal empat tahun pertama semenjak pemasangan stabilizer (2006 ~ 2009), cukup banyak yang saya kerjakan untuk mencari cara dalam mengefektifkan pemakaian perangkat elektronik. Perangkat elektronik yang dijadikan sebagai eksperimen termasuk kategori perangkat elektronik umum dipakai sehari-hari. Jadi, disini saya juga mencoba mengetahui jumlah dasar pemakaian daya yang sebenarnya dibutuhkan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari secara umum di rumah tinggal. Perangkat-perangkat elektronik / listrik tersebut adalah : lampu penerangan, kulkas, rice cooker, televisi, mesin cuci dan strika.
Di akhir tahun keempat (2009), saya mendapatkan nilai akhir dari jumlah energi listrik yang sebenarnya saya butuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari di rumah, yaitu pada kisaran rata-rata 7 kWh per hari atau 210 kWh sebulan. Perlu diperhatikan, nilai rata-rata 7 kWh per hari adalah nilai yang berlaku bagi saya pribadi. Bukan berlaku umum.
Tahun 2010, saya kembali mengerjakan eksperimen untuk membuat jalur sirkulasi udara di dalam rumah. Proyek tersebut sebenarnya telah dimulai sejak tahun 2001, namun terhenti pada tahun 2002 karena banyak masalah yang terjadi pada perangkat elektronik di rumah. Proyek kembali dilanjutkan dan pada (kira-kira kwartal ke-2) tahun 2012, pengerjaan eksperimen sirkulasi udara saya hentikan pengerjaan-nya setelah terasa “cukup” untuk mengakomodasi udara bersih selama 24 jam di dalam rumah dengan tingkat kelembaban rata-rata (relative humidity) 65% – 75% (sebelumnya 75% s/d 80%) per hari setiap bulan selama setahun. Namun, dibutuhkan bantuan 3 unit kipas audio (@ 0,14 Ampere) yang menyala selama 18 jam setiap hari dengan menggunakan timer sebagai pengatur nyala-mati kipas.
Eksperimen men-sirkulasi-kan udara itulah yang menjadi penyebab kenaikan rata-rata pemakaian daya per bulan di tahun 2010. Hasil eksperimen itu juga yang menyebabkan nilai pemakaian daya per bulan hingga saat ini tidak pernah turun hingga sekarang (2013). Jika fungsi kipas untuk sirkulasi udara dimatikan, maka nilai pemakaian daya akan kembali pada kisaran angka 210 kWh (7 kWh per hari). Disini, saya menjadi yakin sepenuhnya bahwa kelebihan pemakaian daya sebesar 35 kWh, benar-benar digunakan untuk pengoperasian ketiga unit kipas tersebut selama 24 jam per hari selama setiap bulan.
Begitulah cerita garis besar kegiatan secara umum berhubungan dengan pemakaian listrik yang saya kerjakan di rumah selama periode 7 tahun sesuai tabel rangkuman pemakaian listrik di atas.
Perhitungan Nilai Efisiensi Pemakaian Daya
Sekarang, mari kita hitung berapa besar pemakaian daya yang saya berhasil efisiensikan sejak pemasangan stabilizer di akhir tahun 2005 hingga sebelum eksperimen pembuatan jalur sirkulasi udara di tahun 2010.
Saya menggunakan 3 (tiga) model asumsi “situasi” untuk memastikan besaran selisih pemakaian listrik yang didapat antara sebelum dan setelah instalasi stabilizer.
Asumsi 1 :
Nilai yang dijadikan parameter untuk menghitung rata-rata pemakaian listrik setiap tahunnya adalah nilai rata-rata pemakaian daya pada akhir tahun 2005 (368 kWh). Nilai 368 kWh itu sendiri, saya peroleh dari pencatatan manual pemakaian daya selama tahun 2005 yang di rata-rata kan.
Apakah nilai rata-rata pemakaian daya sebesar 368 kWh cukup relevan dijadikan nilai penentu?
Dengan asumsi seandainya pemasangan stabilizer tidak pernah dikerjakan pada akhir tahun 2005; saya rasa, menggunakan nilai 368 kWh sebagai parameter awal pengurangan pemakaian daya dapat diterima dengan wajar. Karena, rata-rata pemakaian listrik di akhir tahun 2006 yang telah menggunakan stabilizer sekalipun, tidak terpaut terlalu jauh nilainya (352 kWh).
Dalam empat tahun pemakaian daya dengan tambahan stabilizer itu, saya telah berhasil mengefisienkan pemakaian daya listrik sebesar :
2006 => (368 – 352,54) x 12 = 15,46 x 12 = 185,52
2007 => (368 – 324,33) x 12 = 43,67 x 12 = 524,04
2008 => (368 – 235,5) x 12 = 132,5 x 12 = 1590
2009 => (368 – 208) x 12 = 160 x 12 = 1920
Total : 185,52 + 524,04 + 1590 + 1920 = 4219,56 kWh selama 4 tahun pertama.
Dengan asumsi seperti yang telah disebutkan di atas, seandainya tidak dilakukan pemasangan stabilizer di akhir tahun 2005, maka pada tahun 2009 saya menderita kerugian atas pemakaian daya secara sia-sia sebesar 4.219,56 kWh.
Seandainya nilai tersebut dikonversikan ke dalam nilai rupiah per kWh pada awal tahun 2006 sebesar Rp. 634,3,- per kWh, maka jumlah biaya yang bisa dihemat adalah sebesar 4.219,56 kWh x Rp. 634,3,- = Rp. 2.676.466,91,-.
Nilai rupiah sebesar itu telah melunasi harga dua unit stabilizer + ongkos pasang + kabel yang saya keluarkan (bahkan masih bersisa) pada akhir tahun 2005 dan awal 2007 sebesar total Rp. 2.000.000,-.
Asumsi 2 :
Baiklah, karena saya tidak memiliki lampiran resi pembayaran listrik selama periode tahun 2005, sekarang kita ubah parameter hitungan awalnya berdasarkan rata-rata pemakaian daya per bulan tahun 2006 yang sebesar 352,54 kWh. Hitungannya sebagaimana tertera di bawah :
2007 => 352,54 – 324,33 = 28,21 x 12 = 338,52
2008 => 352,54 – 235,5 = 117,04 x 12 = 1404,48
2009 => 352,54 – 208 = 144,54 x 12 = 1734,48
Total : 3477,48 kWh x Rp. 634,3,- = Rp. 2.205.765,56,-
Jadi, jika dihitung menggunakan nilair rata-rata pemakaian listrik per bulan di tahun 2006, jumlah listrik yang berhasil saya hemat selama 3 tahun adalah sebesar 3.477,48 kWh. Jika dirupiahkan dengan harga listrik per kWh Rp. Rp. 634,3,- adalah sebesar = Rp. 2.205.765,56,-.
Asumsi 3 :
Anggaplah selama 3 tahun setelah pemasangan stabilizer (2007), saya tidak melakukan tindakan apapun untuk belajar mengefektifitaskan dan mengefisiensikan penggunaan perangkat elektronik di rumah. Dengan menggunakan data rata-rata pemakaian listrik per bulan berdasarkan resi pembayaran selama tahun 2006, maka total nilai pemakaian daya yang dapat dihemat dengan menggunakan dua stabilizer saja selama 3 tahun adalah :
= 352,54 – 324,33
= 28,21 x 3 x 12
= 1015,56 kWh
Atau sama dengan
= 1015,56 x Rp. 634,3,-
= Rp. 644.169,71,-
Jadi, jelas ya kalau tindakan pemasangan stabilizer pasti akan memberikan dampak perbedaan yang menguntungkan dalam pemakaian listrik.
Betapapun besar perbedaan asumsi situasi yang dikenakan, tidak ada masalah dari sisi mana perhitungan hendak dilakukan, yang pasti, keberadaan dua unit stabilizer tersebut tetap membawa keuntungan.
Lalu, bagaimana dengan perhitungan sisa periode tahun 2010 hingga saat ini? Itu adalah keuntungan murni yang saya peroleh setelah kedua nilai harga stabilizer berhasil lunas dengan sendirinya dari pengurangan pemakaian daya tahun 2006 s/d 2009.
Saya yakin, pengurangan pemakaian listrik yang terjadi bukan semata-mata akibat terpasangnya stabilizer di rumah saya. Ada bagian dimana stabilizer memiliki peran dalam mengkondisikan pemakaian listrik secara lebih baik. Hal itu, sudah pasti menjadikan perangkat listrik / elektronik menjadi lebih efisien dalam mengkonsumsi listrik. Namun, penyebab terbesar sebenarnya dari pengurangan tersebut adalah lebih ditentukan dari sejak saya mulai memahami perbandingan antara perilaku kinerja perangkat listrik / elektronik saat tanpa menggunakan stabilizer dan saat dengan menggunakan stabilizer.
Dari perbandingan kedua keadaan tersebut, saya bisa lebih “meraba” kondisi pemakaian perangkat listrik / elektronik yang lebih efektif agar perilaku konsumsi listriknya menjadi efisien.
Perbedaan hasil pencapaian
Ada keadaan yang perlu saya per jelas disini, bahwa hasil penghematan energi listrik yang saya kerjakan belum tentu sama dengan hasil yang akan Anda peroleh. Tindakan menghemat energi yang saya kerjakan di rumah adalah sebuah hasil analisa dari logika dan seni berinovasi, bukan sekadar hasil dari teori hitungan ilmu pasti. Dalam hal ini, saya membicarakan mengenai cara mengurangi pemakaian energi listrik tanpa mengubah dasar kenyamanan hidup sehari-hari. Bukan mengurangi kenyamanan hidup sehari-hari agar pemakaian energi listrik dapat dikurangi.
Hasil penurunan pemakaian daya pada tabel di atas, di batasi oleh kewajaran tingkat kenyamanan yang saya inginkan. Nilai terendah dari pemakaian rata-rata per bulan selama tahun 2009 sebesar 208 kWh di atas masih bisa ditekan lebih rendah lagi. Saya pernah melakukannya hingga menyentuh nilai 180 kWh dalam sebulan. Tetapi, nilai tersebut telah melampaui batas kenyamanan saya di rumah. Atau, telah melewati batas nilai wajar berdasarkan versi yang saya telah tetapkan untuk menjalani kehidupan sehari-hari di rumah.
Parameter batas nilai wajar setiap orang sangat tergantung pada pengaruh kebiasaan hidup dan lingkungan sekitarnya sehari-hari. Tindakan inovasi menghemat energi bukanlah tentang sebuah prestasi dengan ukuran hasil akhir menang atau kalah. Ini adalah masalah mengenai usaha untuk mengetahui jumlah energi listrik yang sebenarnya diperlukan, guna memenuhi kebutuhan hingga tingkat kenyamanan hidup sehari-hari di rumah berdasarkan ukuran kita sendiri.
Jadi, berapa pun besar efisiensi pemakaian daya yang bisa dihasilkan, tidak ada yang salah, selama itu masih berada dalam batas toleransi kenyamanan hidup kita. Tujuan terpenting dari semua ini adalah kita benar mengetahui dan menyadari bahwa energi listrik yang telah kita pakai, benar-benar digunakan secara maksimal. Tidak ada energi listrik terbuang sia-sia yang harus kita bayar ke PLN.
Update tahun 2023…
Setelah hampir 15 tahun berlalu sejak pemasangan stabilizer di tahun 2006, stabilizer yang sama masih berfungsi dengan baik untuk mendukung aktivitas pemakaian perangkat elektronik di rumah saya. Pemakaian listrik rata-rata per bulan yang sebelumnya berada dikisaran angka 245 kWh telah menjadi 195 kWh sejak penggantian seluruh instalasi jaringan kabel listrik menggunakan kabel kawat tunggal yang dikerjakan pada tahun 2019.
Dengan harga listrik per kWh golongan R1 1300VA untuk rumah tinggal yang kini sebesar Rp. 1.444,7,- (bulan Mei 2023), Anda bisa memperkirakan perbedaan besaran biaya listrik yang bisa dihemat jika dengan dan tanpa stabilizer terpasang di sebuah rumah tinggal. Dan bagian yang paling menyenangkan adalah semua itu berjalan dengan sendirinya setiap hari tanpa harus ikut repot terlibat untuk mengawasi ataupun mengerjakannya.
Selamat mencoba…! 🙂