Rice cooker merupakan perangkat yang, boleh dibilang, wajib ada di setiap ruang dapur rumah tinggal pada umumnya di Indonesia. Sebagai perangkat untuk menanak beras menjadi nasi yang merupakan makanan pokok 90% masyarakat kita, keberadaan rice cooker menjadi salah satu produk perangkat memasak yang pasti dapat ditemukan dengan mudah di seluruh pelosok negeri. Kondisi tersebut, secara tidak langsung, berdampak menjadikan anggapan fungsi rice cooker terpaku hanya sebatas untuk keperluan “menanak beras”.
Tidak ada yang salah dengan anggapan tersebut, karena memang begitu dan sesuai dengan penamaannya sebagai perangkat untuk menanak beras (rice cooker).
Di artikel ini, saya menceritakan bagaimana upaya memanfaatkan rice cooker sebagai perangkat memasak diluar kapasitasnya untuk menanak beras.
Memang bukan tindakan yang umum dan agak sulit dikerjakan karena rice cooker selalu dipakai setiap hari untuk menanak beras menjadi nasi yang mana merupakan makanan pokok kita sehari-hari. Namun dari situ saya mendapatkan pemahaman lebih baik dan jelas tentang sampai batas mana rice cooker dapat dimanfaatkan. Termasuk perbandingan efektivitas dan efisiensi terhadap kompor listrik dan kompor gas.
Cara kerja Rice Cooker
Dari penampakan fisiknya yang sederhana, saya membagi rice cooker menjadi 2 (dua) bagian utama, yaitu : tungku pemanas dan mangkuk untuk menanak beras.
Di bagian luar tungku terdapat panel yang dilengkapi tuas memasak dengan dua lampu indikator bertuliskan “cook” dan “keep warm”. Saat rice cooker tidak dialiri listrik, kedua lampu indikator padam. Ketika steker rice cooker dicolok ke stopkontak, lampu indikator “keep warm” menyala. Jika tuas ditekan ke bawah, lampu indikator “cook” akan menyala.
Di bagian dalam tungku rice cooker, memiliki bulatan kecil di bagian dasar. Bulatan tersebut merupakan tombol yang bekerja secara otomatis menghentikan proses menanak ketika nasi telah matang.
Ketika tuas memasak ditekan ke posisi “cook”, bulatan atau tombol di dasar tungku akan turun dan terkunci. Selama suhu saat proses memasak beras berlangsung di bawah “setelan” tingkat kematangan nasi, tombol ini akan tetap terkunci dan tuas akan tetap pada posisi “cook”.
Setelah air dalam mangkuk rice cooker terserap habis oleh beras, maka suhu panas rice cooker bertambah secara bertahap. Ketika suhu panas mencapai “setelan” tingkat kematangan nasi, kunci tombol di dasar rice cooker otomatis terbuka. Pegas dibagian bawah tombol akan mengangkat tombol ke atas agar tuas pada panel kembali ke posisi “keep warm”.
Perlakuan otomatis tersebut hanya berlaku jika bahan makanan yang dimasak berupa beras. Untuk bahan makanan bukan beras, rice cooker akan terus memasaknya hingga batas suhu panas tingkat kematangan nasi terlampaui.
Contohnya :
Jika kita mengisi mangkuk rice cooker dengan air untuk merebus bahan makanan bukan beras, maka kunci tombol baru akan terbuka beberapa saat setelah air dalam mangkuk mengering. Sehingga, bisa dibilang, fitur otomatis tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya jika dikondisikan untuk mematangkan makanan berbahan bukan beras. Untuk mengakhiri proses memasak, aliran listrik ke rice cooker harus dimatikan secara manual dan tuas memasak juga harus ditarik dari “cook” ke posisi “keep warm” secara manual.
Keterbatasan Rice Cooker
Sebagai perangkat yang memang dibuat khusus untuk memasak beras, kegunaan rice cooker (secara tidak langsung) berhenti pada tahap setelah proses menanak selesai dikerjakan.
Kok berhenti?!
Iya, benar berhenti.
Karena, tungku rice cooker tidak pernah dapat dipakai selama nasi di dalam mangkuknya belum habis dikeluarkan dan dibersihkan.
Jadi, jika kita memutuskan hendak memanfaatkan rice cooker sebagai perangkat alternatif untuk memasak, dibutuhkan mangkuk cadangan diluar mangkuk yang biasa dipakai untuk menanak beras. Seandainya tidak tersedia mangkuk cadangan, maka butuh unit rice cooker tambahan agar rutinitas menanak beras setiap harinya tidak terganggu.
Menggunakan Dua Rice Cooker
Di rumah, saya memiliki 2 (dua) unit rice cooker model jadul (penutup tanpa engsel). Sebelumnya, satu unit memang dipakai sehari-hari untuk menanak beras, sedangkan unit lainnya disimpan sebagai cadangan. Kedua rice cooker tersebut berbeda merek dan berbeda kapasitas, sehingga mangkuk dari masing-masing rice cooker tidak bisa untuk saling ditukar-pasangkan.
Karena memang dalam rangka untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi dari pemakaian rice cooker, unit rice cooker yang sebelum dicadangkan saya “unboxing”. Kini, jadi ada dua unit rice cooker yang aktif dipakai sehari-hari di rumah saya. Satu unit berdaya 350 Watt dan unit lainnya berdaya 700 Watt.
Masing-masing rice cooker memiliki tambahan suku cadang sendiri untuk keperluan mengukus makanan. Sehingga, dalam praktek pemakaiannya, masing-masing rice cooker tidak secara spesifik dipakai terus-menerus untuk satu kepentingan saja. Intinya, selalu tersedia rice cooker yang dapat dipakai untuk menanak beras dan mengolah lauk teman nasi.
Dalam hal mendidihkan air, rice cooker jauh lebih cepat dibanding menggunakan kompor listrik 800 Watt. Untuk rice cooker dengan daya 700 Watt, kemampuannya mendidihkan air mirip dengan menggunakan kompor gas. Sedangkan untuk yang berdaya 350 Watt sedikit lebih lama 5 s/d 10 menit.
Rice Cooker dan Countdown Timer
Dalam hal merebus dan mengukus makanan, boleh dibilang proses dan hasilnya sama saja antara rice cooker dengan kompor gas. Banyaknya air yang dipakai untuk mengukus cukup hingga mencapai batas ukuran terbawah sebagaimana tertera pada mangkuk rice cooker.
Sedangkan untuk merebus, jumlah air yang dibutuhkan cukup hingga bahan makanan terendam seluruhnya atau bisa juga hingga batas ukuran teratas yang tertera pada mangkuk.
Pekerjaan mengolah makanan menggunakan rice cooker menjadi jauh lebih menyenangkan saat dipasangkan dengan perangkat count down timer.
Uraian tentang Countdown Timer dapat Anda baca di artikel : Countdown Timer : Menghitung mundur nyala-mati listrik secara otomatis
Jika kita sudah mengetahui perkiraan lama waktu tingkat kematangan dari makanan yang hendak diolah, tinggal tetapkan lama waktu nyala rice cooker dengan menggunakan count down timer, lalu tinggalkan. Kita bisa mengerjakan aktivitas yang lain sementara proses mematangkan makanan tetap berjalan dan selesai secara otomatis.
Bisa dibilang kalau Countdown Timer merupakan pengganti hilangnya fitur otomatis yang terdapat pada rice cooker saat memasak bahan makanan bukan beras.
Kalau saya perhatikan, countdown timer inilah yang membuat saya semakin tertarik dan sering memanfaatkan rice cooker untuk mengerjakan makanan yang diolah dengan cara direbus dan dikukus. Pekerjaan memasak menjadi benar-benar terlayani dengan sendirinya. Sama sekali tidak membutuhkan pengawasan selama proses berlangsung.
Tinggal terima jadi dan beresnya saja.
Perhitungan Biaya Listrik Rice Cooker
Rice cooker mengkonsumsi listrik secara statis. Artinya, jumlah listrik yang dikonsumsi selama proses memasak berlangsung adalah sama dari awal hingga akhir. Model konsumsi listrik seperti itu menjadikan perhitungan biaya pemakaian listriknya lebih mudah.
Dengan menyertakan Countdown Timer sebagai otomasi nyala-mati perangkat listrik, pemakaian listrik rice cooker menjadi lebih presisi. Jumlah daya listrik yang terpakai akan sesuai dengan perhitungan di atas kertas. Saya menyukai bagian ini, karena akan nampak dengan jelas perbandingan antara biaya yang harus dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Dari situ saya bisa menilai sejauhmana tingkat efektivitas dan efisiensi yang didapat.
Biaya listrik yang harus dibayarkan per menit untuk pemakaian rice cooker berdaya 350 Watt dengan tarif listrik Rp, 1.444,4,- per kWh untuk rumah 1300 VA :
= ((350 / 1000) x (1 / 60)) x 1.444,4
= (0,35 x 0,0167) x 1.444,4
= 0,0058 x 1.444,4
= 8,43
Jadi, untuk selanjutnya, kita tinggal menghitung berapa lama proses memasak menggunakan rice cooker berlangsung, kemudian dikalikan dengan Rp. 8,43,-.
Contohnya :
Saya menggunakan rice cooker berdaya 350 Watt untuk keperluan mengukus ikan buat cemilan anabul. Proses mematangkan ikan berlangsung selama 30 menit. Kemudian menghangatkan selama 15 menit sebanyak 3 kali sehari. Sehingga total waktu pemakaian listrik rice cooker berlangsung selama 1 jam 15 menit atau 75 menit sehari.
Biaya listrik yang harus dibayarkan :
= 75 x Rp. 8,43,-
= Rp. 632,25,-
Jadi biaya listrik yang harus dibayar untuk membuat cemilan anabul = Rp. 632,25,- per hari.
Atau 30 x Rp. 632,25,- = Rp. 18.967,5,- dalam sebulan.
Rice Cooker vs Kompor Listrik
Secara perbandingan, kompor listrik dan rice cooker memiliki tingkat efektivitas dan efisiensi berbeda menyesuaikan dengan jenis masakan yang diolah.
Bentuk dan model fisik rice cooker yang seperti wadah baskom, membuat suhu panas yang dihasilkan elemen pemanas-nya terkurung dengan baik. Hal tersebut menjadikan waktu yang dibutuhkan rice cooker untuk mendidihkan air berlangsung lebih cepat dibanding jika mendidihkan air dalam panci menggunakan kompor listrik.
Sehingga untuk masakan yang diolah dengan cara direbus dan dikukus, mengerjakan menggunakan rice cooker akan jauh lebih efektif dan efisien dibanding kompor listrik.
Sedangkan untuk masakan yang dipanggang dan digoreng, mengerjakan dengan menggunakan kompor listrik terasa jauh lebih fleksibel.
Perbandingan Efektivitas dan Efisiensi dengan Kompor Gas
Kalau dilihat secara keseluruhan, fungsi dan kinerja kompor gas masih belum bisa tertandingi oleh keberadaan kompor listrik dan rice cooker yang digabungkan sekalipun. Dalam kondisi dimana harga isi ulang elpiji tidak semahal sekarang (Agustus 2022), menggunakan kompor listrik dan rice cooker sebagai perangkat alternatif untuk memasak juga bukanlah tindakan relevan.
Namun jika dilihat dari sudut pandang dengan situasi berbeda, memasak menggunakan kompor listrik dan rice cooker dapat memberikan alternatif untuk mensiasati keterbatasan ruang gerak pada dapur yang kecil. Kedua perangkat mudah diadaptasikan diberbagai model ruangan. Mulai dari yang ruang paling kecil seperti tempat kost hingga dapur umum.
Selama waktu mencoba menggunakan kompor listrik dan rice cooker sebagai pengganti kompor gas, saya merasakan suasana santai yang kental saat menyiapkan bahan yang hendak dimasak. Kemudian bisa wara-wiri dan disambi dengan aktivitas yang lain tanpa khawatir makanan di panci/pan bakal terlalu panas digarang api. Sebagai awam yang hanya mengerjakan rutinitas pekerjaan memasak sederhana di dapur; kompor listrik dan rice cooker terasa sesuai dalam mengimbangi lambatnya irama memasak yang saya miliki.
Anda pun bisa mencobanya sendiri langsung dengan menggunakan rice cooker yang ada di rumah saat ini.
Tidak ada ruginya, kok.
Setidaknya, Anda mendapatkan satu pengalaman dan pemahaman tentang hasil yang didapat dari cara memasak tanpa harus menggunakan kompor gas.
Foto-foto anabul :
Semoga bermanfaat! 🙂