Wacana kebijakan satu tarif listrik yang dikemukakan pada tahun 2017 lalu, pada dasarnya, membuka peluang agar kita (pelanggan PLN golongan di bawah 4400VA) bisa lebih maksimal dalam menentukan sikap dan cara pemakaian listrik di rumah. Saat itu terealisasikan, kita bisa menentukan salah satu dari dua pilihan yaitu : memanfaatkannya atau tidak. Masing-masing pilihan bersifat bebas dan tanpa paksaan, dan saya pribadi melihat tidak ada ruginya untuk memanfaatkan sebaik-baiknya peluang ini.

Namun demikian, kita juga perlu mempersiapkan untuk berada dalam situasi nilai kapasitas listrik terpasang di rumah yang besar itu dengan benar. Jika tidak, besar kemungkinan terjadi tumpang-tindih dalam pemakaian listrik dan cenderung berlebihan dalam pemakaian listrik yang bersifat konsumtif.

Di artikel ini saya mencoba menyajikan ilustrasi susunan MCB yang sekiranya cukup fleksibel dan relatif murah untuk menyikapi situasi tersebut.

Ilustrasi-nya seperti gambar di bawah ini :

Gambar : Alternatif Skema susunan pemasangan MCB guna mengantisipasi realisasi kebijakan “Satu TDL”

Ide dasarnya adalah bagaimana memanfaatkan kapasitas listrik yang ditambahkan tanpa harus mengganti / mengubah jaringan kabel lama. Untuk itu, dibutuhkan pemisahan jalur kabel di luar jaringan kabel yang terpasang saat ini. Maka, kita hanya perlu menambahkan satu jalur kabel baru yang khusus kepentingan pemakaian listrik hingga 4400VA (3.520 Watt).

Kita bisa mengerjakannya di boks MCB dengan mengubah susunan pemasangan MCB dalam rumah sebagaimana diilustrasikan pada gambar tersebut.

Kapasitas kabel untuk jalur yang baru tentunya harus memiliki batas kemampuan menampung beban aliran hingga 4400VA (20 Ampere ~ 220V). Spesifikasi kabel yang sesuai untuk kepentingan tersebut adalah yang memiliki diameter kawat 2,5mm. Kabel seperti itu beredar umum dan mudah kita temukan dipasaran. Gunakan kabel yang memiliki 3 (tiga) kawat di dalamnya (3 x 2,5mm).

Membatasi pemakaian listrik secara berlebihan

Pada gambar di atas, jalur kawat Fasa yang melalui MCB #0 berfungsi untuk mengakomodir jalur kabel baru. Sedangkan unit MCB sisanya (MCB #1, MCB #2, MCB #3), merupakan susunan MCB untuk mengakomodir aliran listrik di jaringan kabel lama.
Kapasitas MCB (MCB #0) untuk jalur kabel baru tersebut, bisa kita ubah besarannya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan pemakaian perangkat elektronik yang nanti digunakan.

Misalnya, kapasitas listrik untuk jaringan kabel lama adalah sebesar 1300VA (6 Ampere). Kita menginginkan agar kebutuhan besaran listrik tersebut dibiarkan tetap sebagaimana adanya, yaitu 6 Ampere. Maka, besaran kapasitas MCB yang harus dipasang di jalur kabel baru adalah maksimal sebesar 3500VA (16 Ampere).
Dengan demikian, batas maksimum besaran listrik yang bisa dipakai di jalur kabel baru hanya sebesar 3500VA atau 2800 Watt. Bukan 4400VA (20 Ampere).

Jadi, untuk selanjutnya, kita bisa menyalakan perangkat elektronik yang mengkonsumsi listrik hingga total besaran maksimal 2800 Watt di jalur kabel baru tersebut tanpa akan mengganggu pemakaian listrik di jaringan kabel lama yang sebesar 1300VA.

Gambar : Skema pemasangan MCB untuk jaringan kabel baru tanpa mengubah kondisi jaringan kabel lama

Keuntungan dengan menggunakan teknik memasang susunan MCB seperti itu adalah selain tidak perlu mengubah jaringan kabel lama, penambahan biaya pemakaian listrik bisa terpantau dengan baik. Seandainya di kemudian hari (setelah penambahan jalur kabel baru) biaya listrik yang harus dibayar membengkak, kita bisa langsung memperkirakan kemana pemakaian listrik yang menjadi penyebabnya.

Mengapa harus 4 (empat) MCB?

Sepintas, penggunaan 4 unit MCB nampak berlebihan dan bisa digantikan hanya dengan menggunakan 3 unit MCB saja. Misalnya seperti ilustrasi gambar skema berikut :

Gambar : Alternatif Skema Pemasangan 3 (tiga) unit MCB.

Pemikiran tersebut memang benar adanya. Namun, jika diperhatikan lebih seksama, susunan model pemasangan MCB dengan besaran kapasitas seperti gambar di atas akan menjadikan kemungkinan meteran nge-“jepret”. Karena, total kapasitas pemakaian listrik yang diperkenankan bukan lagi 4400VA, melainkan 6600VA (16A + 6A + 6A).

Namun begitu, penerapan susunan model MCB tersebuttidak akan berdampak apapun pada jaringan kabel lama. Bahkan, kecil kemungkinan meteran nge-“jepret”-pun jika pemakaian perangkat eletronik dikerjakan secara bergantian. Sehingga, tidak masalah juga seandainya model pemasangan MCB tersebut yang hendak dipakai.

Jika memang tetap hendak menggunakan 3 unit MCB tapi tanpa konsekuensi meteran nge-“jepret” adalah dengan cara menjadikan besaran kapasitas MCB #1 sebesar 10A saja (10A + 6A + 6A) sebagaimana nampak pada gambar berikut :

Gambar : Alternatif Skema pemasangan 3 unit MCB tanpa melebihi kapasitas listrik 4400VA.

Akal-akalan PLN?

Lalu, bagaimana dengan tarif listrik itu sendiri?

Akankah terdapat kemungkinan akan berubah naik setelah kebijakan satu tarif diberlakukan?

Apapun bisa dan mungkin untuk terjadi. Tidak seorang pun (termasuk PLN) bisa menjamin kemungkinan untuk tarif listrik tidak merangkak naik setelah kebijakan satu tarif terealisasikan. Hal itu bisa terjadi di waktu kapan pun. Baik sebelum maupun setelah kebijakan satu tarif direalisasikan.

Itu dikarenakan pergerakan nilai harga bahan dasar untuk memproduksi listrik dipengaruhi oleh faktor eksternal. Seperti kenaikan harga minyak dunia, inflasi dan perubahan harga tukar mata uang rupiah. Semua pernak-pernik bahan dasar untuk memproduksi listrik itu, sama sekali berada diluar area kebijakan satu tarif listrik yang bersifat cenderung administratif bagi PLN.

Saya tidak melihat kedua hal itu memiliki dasar keterkaitan untuk kepentingan tujuan akhir yang sama. Kenaikan TDL bertujuan untuk memenuhi pembiayaan produksi listrik, sedangkan kebijakan satu tarif listrik untuk memenuhi kepentingan penyederhanaan administrasi pelanggan. Kesamaan keduanya hanya terletak pada pemakaian kata “tarif listrik” saja.

Jadi…

Secara realita, tarif listrik golongan rumah tangga yang berlaku saat ini sudah berjalan dengan konsep satu harga. Hanya berbeda dalam penerapan kapasitas berdasarkan golongannya saja.

Bisa dibilang, kebijakan satu tarif listrik merupakan penge-sah-an dari konsep administrasi satu tarif yang sebenarnya selama ini sudah berjalan. Dengan adanya kebijakan tersebut, maka setiap golongan pelanggan dapat menikmati manfaat pemakaian listrik yang setara sesuai harga tarif listrik yang harus dibayarkan. Menurut saya, kebijakan itu cukup “fair” bagi pelanggan golongan di bawah 4400VA.

Kalau melihat iklan layanan masyarakat yang beredar belakangan ini di televisi yang bertema upaya mengembangkan industri kreatif perorangan, saya rasa, disitulah niat yang sesungguhnya mendasari wacana kebijakan satu harga tarif listrik yang dikemukakan PLN / pemerintah.

Akankah dan kapankah kebijakan satu tarif listrik direalisasikan, memang sama sekali belum bisa dipastikan. Dengan ilustrasi susunan MCB pada dua gambar di atas, saya hanya mencoba memberikan gambaran alternatif situasi instalasi listrik yang bisa digunakan bila tiba saatnya nanti.

Semoga bermanfaat! 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *