Saat mendung menjadikan suasana pukul 03.00 sore seperti menjelang malam, disertai iringan kilat petir dan suara guntur saling bersahutan, menciptakan sebuah suasana yang membuat perasaan merinding menghinggapi bulu kuduk.

Saya mencoba untuk tidak mengindahkannya. Duduk di sofa ruang depan, seraya menggenggam smartphone, berusaha tetap memfokuskan pikiran melanjutkan membaca berita online yang nampak di layar.

Saat menjentikkan abu rokok ke dalam asbak, kemudian meraih cuping cangkir kopi di meja, saya terhenyak sesaat melihat cahaya petir berkelebat berbentuk mirip seutas tali yang ujungnya terlontar menyentuh permukaan dinding dalam ruangan. Melintas sekitar 2 meter tepat di hadapan saya dan menciptakan suasana terang sekejap di seluruh ruangan.

Di luar rumah, beberapa anak yang sedang bermain menyerukan ajakan kepada teman-temannya untuk segera pulang. Rupanya, ada diantaranya yang juga melihat kilatan petir melintas di dekat mereka. Suasana yang semula ramai langsung menjadi hening.

Saya terpana cukup lama sambil sesekali memerhatikan dalam keheningan. Tidak terdengar suara gemerisik suara api yang sedang membakar ataupun aroma hangus melintas di salah satu panca indera.

Amaaan…! Tidak ada yang terbakar…

Over Voltage…

Saya bangkit dari duduk dan memeriksa dinding yang tersentuh oleh petir. Tidak meninggalkan bekas apa-apa disitu. Mungkin, petir tadi yang memasuki ruangan, hanya berupa “lecutan cahaya” saja. Kalau “ranting petir”, sudah pasti akan membekas.

Kemudian, saat menghampiri stabilizer dan… nampak jarum indikator voltase listrik menunjuk di angka 240 Volt. Segera saya bergegas memeriksa kulkas serta beberapa kipas BDK yang sedang menyala.

Terlihat semua berjalan normal…

Kembali menghampiri stabilizer… terselip rasa panik setelah beberapa menit melihat jarum indikator voltase tidak mau bergerak turun. Saya terdiam beberapa saat, kemudian memutuskan untuk mengabaikannya. Karena, memang, saya tidak mengerti apa yang harus dikerjakan.

Setelah 3 jam berlalu, jarum indikator voltase tetap bergeming di angka 240. Kembali saya memeriksa kulkas dan beberapa kipas BDK yang dari tadi menyala. Semua terlihat dan terdengar tidak berubah dan masih sama dengan waktu-waktu sebelumnya. Berarti, hanya stabilizer yang terkena efek petir tadi. Melihat kondisinya juga masih tetap normal dan tidak ada perubahan pada perangkat elektronik serta listrik yang lain, saya asumsikan kinerja stabilizer masih normal. Hanya indikator voltase listrik-nya saja yang terlihat tidak benar.

Voltase drop…

Lima hari kemudian, suasana pagi yang cerah seraya sedang membaca berita online, lampu ruangan tiba-tiba meredup. Kipas BDK berputar lambat.

“Hhmmmm… Voltase-nya nge-drop…”

Terlihat jarum indikator voltase di stabilizer turun bertahap dari 240 ke 160 Volt. Mengantisipasi kemungkinan terjadi kerusakan, semua perangkat elektronik di cabut dari stop kontak, kecuali beberapa kipas BDK dan lampu.

Hampir selama satu jam jarum indikator voltase terus-menerus bergerak liar turun-naik di antara level 160-240 Volt (terkadang turun hingga 120 Volt), sebelum akhirnya listrik benar-benar padam. Setelah dua jam berlalu, seorang tetangga mengetuk pintu pagar rumah dan menanyakan, mengapa listrik di rumah saya masih padam?

Saya tertegun sambil menoleh ke meteran listrik… terlihat lampu indikator warna hijau di meteran menyala. Setelah mengucapkan terima kasih, kemudian saya menghampiri dan memeriksa meteran listrik… rupanya MCB-nya trip.

Begitu dinaikkan, MCB kembali trip. Stabilizer saya matikan, dan MCB meteran kembali dinaikkan. Tidak trip. Kemudian, stabilizer dinyalakan dan MCB di meteran kembali trip.

Melihat kondisi yang tetap sama setelah beberapa kali dicoba, saya putuskan untuk mem- by pass stabilizer. Listrik pun kembali menyala normal.

Kesimpulan sementara, saya asumsikan, telah terjadi kerusakan (mungkin korsleting?) stabilizer. Mungkin ada bagian jeroannya yang melemah akibat petir datang “bertamu” tiga hari yang lalu. Karena, sebelum-sebelumnya, MCB tidak pernah trip setelah listrik yang padam kembali menyala.

Mencari kepastian dampak kerusakan….

Kerasnya sekrup-sekrup yang terpasang mengunci casing stabilizer, membuat sulit untuk dibuka dan dilihat kondisi jeroannya. Daripada berada tanpa kejelasan apa yang sebenarnya terjadi, saya putuskan untuk membeli satu unit stabilizer baru. Setelah satu minggu kemudian, hal itu baru dapat dilaksanakan.

Ada keraguan saat unit stabilizer baru hendak dipasang…

Apakah stabilizer lama benar-benar sudah rusak? Sejauh mana tingkat kerusakan yang terjadi? Apakah nantinya bisa diperbaiki dan dipakai kembali?

Pada dasarnya, pemikiran untuk melupakan dan membuang stabilizer yang rusak sudah terlintas sebelum stabilizer baru dibeli. Dari beberapa pengalaman terdahulu, jarang ada perangkat elektronik yang bisa diselamatkan setelah mengalami overvoltage. Apalagi overvoltage yang diakibatkan petir.

Stabilizer pun dibawa ke montir listrik untuk diperiksa. Setidaknya, ada satu kepastian apakah nantinya memang benar-benar harus disingkirkan atau masih bisa dipakai lagi, dan berapa lama waktu pemakaian stabilizer bisa bertahan setelah perbaikan.

Begitu casing stabilizer berhasil dibuka oleh si montir, tindakan selanjutnya langsung bisa diputuskan “tanpa” stabilizer harus diperiksa lebih lanjut. Sekitar 70% bagian jeroannya hangus.

 

Kalaupun mau dipaksakan untuk diperbaiki, biayanya nyaris sama dengan membeli satu unit stabilizer baru. Saya putuskan untuk membuangnya.

Nggak ada ruginya…

Seandainya kembali diulang ingatan semua yang telah terjadi, mulai dari lecutan cahaya petir hingga voltase drop, terasa tidak sia-sia memasang stabilizer berkapasitas lebih besar (3000VA) dari kapasitas listrik terpasang (900VA) di jalur kabel output meteran listrik. Selain menjaga voltase listrik tetap stabil, setiap “efek negatif” yang dibawa bersama listrik, akan tertahan sebelum dialirkan ke seluruh perangkat elektronik melalui jaringan kabel. Jika saat semua itu terjadi tanpa dukungan stabilizer, akan lebih sulit memprediksi sejauh mana dampak yang dihasilkan oleh petir dan voltase drop yang terjadi berurutan dalam waktu sedemikian singkat.

Lebih baik memasang satu unit stabilizer untuk sengaja dipersiapkan menjadi rusak daripada membiarkan perangkat elektronik lain yang ada di dalam rumah rentan terhadap efek negatif listrik. Setidaknya, sebagian besar kemungkinan terburuk, sudah pasti di ambil-alih dan ter-lokalisasi pada stabilizer. Umur pemakaian perangkat elektronik lainnya masih bisa kita nikmati dalam waktu lebih lama. Bahkan, hingga level lampu bohlam yang paling rentan terkena imbas over voltase sekalipun masih terselamatkan dan berumur panjang.

Memasang stabilizer, memang tidak terlihat dan terasa efeknya secara langsung. Demikian juga dengan listrik yang tidak selamanya selalu dalam kondisi buruk. Permasalahannya, kita tidak pernah bisa mengetahui : kapan, mengapa dan bagaimana listrik yang biasa kita gunakan sehari-hari, bisa mencederai dan menimbulkan kerugian diluar dari yang pernah kita perkirakan sebelumnya.

Semoga bermanfaat!