“Beneran yang begituan bisa nambah (kuat) sinyal (internet)? Apa bedanya sama antena yang biasa?”, tanya seorang rekan saat melihat Zirah Antena yang terpasang di rumah saya.

Foto : Zirah Antena ~ INT-01

Merupakan sebuah reaksi rasa tidak percaya yang sudah sewajarnya bagi siapapun yang pernah berurusan dengan situasi koneksi internet yang lelet.

Karena, kalau berbicara tentang antena, kuncinya terletak dan akan (hampir) selalu bermuara pada faktor lokasi. Sebaik apapun kualitas sebuah antena, akan ditentukan pada lokasi tempat antena itu dipasang. Hal serupa juga berlaku bagi antena portable nirkabel. Itu alasan yang pertama.

Alasan kedua, tidak ada sambungan langsung secara fisik yang menghubungkan antara antena portable dengan Zirah Antena. Dengan kondisi seperti itu, bagaimana bisa kedua perangkat tersebut bisa saling memengaruhi?

Tabel Kecepatan Internet

Setelah antena portable dibungkus Zirah Antena, memang ada penambahan dalam kecepatan lalulintas data. Namun belum bisa dikatakan sepenuhnya nyaman, karena koneksi masih banyak tersendat disaat peak hours. Meski masih tersendat, kondisi terakhir Zirah Antena saat itu merupakan tahap yang penting bagi saya. Karena, itu merupakan titik awal dimana Zirah Antena terlihat bisa memberikan dampak perbaikan terhadap kelancaran lalulintas data di luar peak hours.

Tapi, kedua alasan di atas membuat saya kembali berpikir untuk mempertimbangkan perlu-tidaknya mengembangkan Zirah Antena. Opsi membeli antena portable yang lebih canggih merupakan pilihan paling murah dan paling realistis untuk menyelesaikan masalah koneksi internet nirkabel yang tidak konsisten bagi seorang awam ilmu antena seperti saya.

Sebuah situasi yang membingungkan…

Beristirahat dan menanggalkan semua kebingungan itu adalah tindakan terbaik yang bisa saya kerjakan setiap sebelum membuat keputusan. Dan di saat masa “tenang” berjalan, saya menemukan artikel yang memuat tabel perbandingan kecepatan rata-rata internet dari 6 (enam) provider di Indonesia :

Gambar : Tabel Kecepatan Internet ISP di Indonesia tahun 2017

Saya mengasumsikan bahwa data yang terangkum di tabel berasal dari beragam perangkat komunikasi data pada umumnya yang digunakan untuk internet-an (antena, modem dan smartphone) dengan beragam model dan beragam kualitas pabrikan.

Dalam hal ini, saya mengartikan bahwa kapasitas lalulintas data antara menggunakan antena portable yang saya pakai saat ini dengan antena portable lain di pasaran adalah mirip. Sehingga, kalaupun kemudian saya membeli antena portable yang baru, tidak ada jaminan aktivitas berinternet akan berlangsung lebih baik dibanding antena portable yang dipakai saat ini.

Saya putuskan untuk kembali ke Zirah Antena dan melanjutkan mencari kemungkinan yang bisa dipakai untuk mengembangkannya.

Mempertebal fisik Zirah Antena

Karena tidak mengerti dari mana harus memulai tahapan selanjutnya, saya mencoba mengawali dengan memperbanyak ulir pada bagian Torus. Semula yang hanya terpasang satu, ditambahkan secara bertahap.

Penambahan ulir terus berlanjut sampai akhirnya terpasang 4 (empat) batang kawat tembaga 2,5 mm masing-masing sepanjang 7 (tujuh) meter yang mengulir di bagian Torus. Termasuk penambahan ukuran panjang kawat dari kerucut besar yang semula 2,1 meter menjadi 2,8 meter. Secara keseluruhan, fisik Zirah Antena tidak berubah. Hanya terlihat lebih rapat dan tebal dari sebelumnya.

Foto : Mempertebal Kumparan Kawat Tembaga

Setelah tahap “penebalan” fisik selesai dikerjakan, nyaris tidak ada peningkatan apapun dalam kualitas arus lalulintas data. Saya mulai berpikir bahwa semua ini bisa berakhir pada sebuah kesia-siaan. Zirah Antena pun saya biarkan tetap terpasang pada tempatnya.

Ada rasa kecewa… Itu sudah pasti.

Saya bukan robot.

Namun kekecewaan seperti itu adalah konsekuensi. Suka atau tidak, kegagalan merupakan bagian dari kenyataan bereksperimen.

Lempeng Kumparan

Setelah satu-dua minggu kemudian, iseng-iseng saya cangkokkan kumparan berbentuk lempengan (lempeng kumparan) di bagian bawah Zirah Antena. Nampak perubahan tingkat respon browsing yang lebih cepat. Tapi, seringkali setelah lewat beberapa puluh Megabyte (akumulasi kurang dari 100 Megabyte), koneksi terhenti dan menggantung cukup lama.

Hal serupa juga dulu terjadi ketika diawal bagian kerucut besar dicangkokkan. Kerucut besar berperan dalam menaikkan respon koneksi aktivitas berinternet secara keseluruhan. Mulai dari game online hingga streaming video. Sering seluruh aktivitas berinternet terhenti dan menggantung setelah beberapa puluh Megabyte terlewati. Situasi tersebut baru bisa terselesaikan setelah dicangkokkan kerucut berukuran lebih kecil di dalamnya.

Begitu juga dengan ulir kecil yang melingkar di dalam Torus. Itu berfungsi untuk mengatasi proses download/upload yang terus melambat atau melambat kemudian terhenti.

Apakah demikian juga halnya yang terjadi pada lempeng kumparan?

Saya buat lempeng kumparan berukuran lebih kecil untuk memastikan kebenaran teori tersebut. Setelah lewat beberapa hari men-setting ukuran dan posisi, masalah koneksi terhenti dan menggantung saat browsing pun teratasi.

Foto : Lempeng Kumparan

Mengapa harus lempeng kumparan berbentuk lingkaran? Bolehkah jika berbentuk segitiga atau segi empat? Atau model berbeda selain lempeng kumparan berbentuk lingkaran?

Begini ceritanya :

Sebelum lempeng kumparan dibuat, gambaran dan pertanyaan yang terlintas di benak saya adalah bagaimana caranya memasang sebuah penampang (mis. wajan) yang menggantung di bagian bawah Zirah Antena.

Ide tersebut terus berproses dan berkembang di kepala saya hingga berakhir dengan sebuah gambar bentuk lempeng kumparan berukuran besar yang terpasang di bagian bawah Zirah Antena. Tidak ada prakiraan mengenai berapa nilai ukuran-ukuran yang dibutuhkan untuk membuatnya. Bisa-tidaknya lempengan kumparan itu berfungsi untuk menaikkan performa Zirah Antena, saya juga tidak tahu.

Seperti itulah proses lempengan kumparan terbentuk hingga akhirnya terpasang dibagian bawah Zirah Antena. Sama seperti bagian-bagian lain yang selama ini telah terpasang dan membentuk Zirah Antena. Semuanya dikerjakan dan dibentuk bermula atas gambaran hasil proses ide-ide liar yang melintas di benak saya.

Setelah tahap lempeng kumparan (besar dan kecil) selesai, performa lalulintas data bertambah jauh lebih meyakinkan dibanding saat fisik Zirah Antena selesai ditebalkan. Selain menaikkan nilai batas tertinggi (diluar ekspektasi), juga membuat lalulintas data berjalan lebih stabil dan responsif. Perbedaan yang benar terasa adalah akses internet yang lebih ringan, cepat dan mudah selama 24 jam setiap harinya.

Ulir ke kiri… ulir ke kanan…

Ada hal baru yang juga baru saya pahami sejak mencangkokkan lempeng kumparan, yaitu : dibutuhkan dua ulir yang berbeda ukuran dan berbeda arah lilitan untuk menciptakan dinamika pergerakan sinyal internet nirkabel.

Lilitan ke arah kiri (melawan jarum jam) akan menutup koneksi lalulintas data. Sedangkan lilitan ke arah kanan (mengikuti jarum jam) akan membuka koneksi.

Konsep tersebut sudah sangat banyak disampaikan dan dijabarkan di internet dalam konteks medan elektromagnetik bermuatan positif (ke kanan) dan negatif (ke kiri). Dalam praktek sehari-hari, mirip dengan muatan arus plus dan minus pada listrik dua arah (AC). Atau seperti pada besi magnet yang memiliki kutub Utara dan kutub Selatan.

Dan, saya baru menyadari kepentingan dan keterkaitan kedua hal itu setelah membuat lempeng kumparan.

Dengan demikian, setiap bagian yang membentuk Zirah Antena memang harus dibuat sepasang namun berbeda ukuran. Bentuk berukuran besar harus memiliki lilitan ke arah kanan (positif), sedangkan yang kecil ke kiri (negatif). Jika terbalik, (atau apapun yang menjadikan lilitan ke kiri lebih besar/banyak dari lilitan ke kanan secara keseluruhan) maka koneksi akan terhenti (tertutup).

Betapapun saya mengharapkan atau menanti dengan sabar, koneksi akan tetap tertutup. Saya telah beberapa kali mencobanya dan kenyataan yang terjadi tetap sama. Koneksi tidak pernah akan terbuka selama formasi lilitan bermuatan negatif mendominasi salah satu bagian dari Zirah Antena.

Bentuk Antena yang Janggal

Tidak semua ide memiliki langkah awal yang jelas untuk memulainya. Demikian juga dengan proses dan waktu untuk mewujudkannya. Meskipun sudah dan sedang dikerjakan, belum tentu bisa berakhir dengan memiliki satu bentuk nyata.

Foto : Zirah Antena ~ model INT-01

Saat ini, saya tidak pernah lagi memaksakan sebuah ide harus berakhir sama atau berbeda dengan wujud yang sudah pernah ada beredar di pasaran. Mengekang/membatasi proses perkembangan ide dengan tujuan menghindari konfrontasi adalah kesalahan fatal. Karena, jika itu tetap dilakukan, maka kita tidak akan pernah mengetahui seberapa jauh dan besar potensi yang sesungguhnya dimiliki dan dapat dikembangkan dari ide tersebut.

Begitu juga dengan ide Zirah Antena dari awal dirancang, dibuat dan dikembangkan. Sampai kapanpun, keberadaannya akan tetap dikembalikan menurut fungsi dan manfaat sebagaimana ide yang mendasari pembuatannya. Wujudnya saat ini, cenderung dimaknai hanya sebagai identitas. Dan semua itu akan berproses bersama perkembangan teknologi antena yang terjadi di waktu selanjutnya.

Daripada berkutat pada masalah penampakan yang berbeda dengan antena pada umumnya, saya lebih memilih mengabaikan sambil menikmati proses perkembangan dalam dan selama mengerjakannya.

Bagi saya, saat-saat proses pengembangan merupakan hal yang menyenangkan untuk dinikmati dan terasa sayang jika harus dirusak hanya dikarenakan masalah perbedaan penampilan.

Jadi…?

Hingga saat ini, saya masih tidak memahami bagaimana Zirah Antena secara teknik dapat mengatasi hambatan sinyal yang disebabkan oleh lokasi. Demikian juga dengan cara kerjanya yang bisa memengaruhi antena portable tanpa memerlukan sambungan fisik secara permanen.

Apakah kedua hal tersebut bisa dianggap menjadi perbedaan dan keuntungan dari membuat Zirah Antena daripada membeli antena siap pakai?

Awal tujuan sebenarnya, hanya ingin mengetahui kebenaran ada-tidaknya pengaruh kumparan kawat tembaga dengan gelombang sinyal internet. Tidak ada niatan untuk mengembangkannya. Namun setelah beberapa waktu kemudian terlihat ada keistimewaan dalam menangani sinyal internet, saya mencoba memodifikasinya. Semua itu berlanjut dan perlahan mengubah tujuan awal menjadi fokus pada penyempurnaan koneksi internet.

Setelah rampung, saya sendiri bingung untuk memastikan sosok Zirah Antena yang sebenarnya.

Penamaan Zirah Antena sendiri bertujuan untuk mempermudah pengidentifikasian agar lebih mudah dalam penulisan dan menyebutkannya. Namun apakah kemudian Zirah Antena bisa dikategorikan sebagai sebuah perangkat komunikasi data atau perangkat apapun lainnya, saya sudah tidak mau peduli.

Intinya, perangkat ini bisa berfungsi dan dimanfaatkan untuk kepentingan komunikasi data sebagaimana layaknya antena.

Saya berencana membuat replika-nya untuk mendapatkan kepastian standar ukuran dan bentuk yang baku.

Semoga bermanfaat. 🙂

2 tanggapan untuk “Koneksi Internet dan Zirah Antena

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *