Ketika rutinitas menyeduh kopi 6 kali dalam sehari sudah mulai terasa merepotkan, alternatif menggunakan coffee maker sebagai penggantinya mulai terpikirkan di kepala saya. Saat itu, sekitar tahun 2003, internet masih bukan tempat yang ramah untuk menemukan barang murah.

Sebagai gantinya adalah dengan mengunjungi setiap toko perabot rumah tangga dan peralatan dapur yang dijumpai. Meski memakan waktu lama dan banyak tenaga, itu merupakan cara terbaik untuk mendapatkan barang murah berkualitas lumayan.

Gambar : Ilustrasi Secangkir Kopi dengan teko Percolator

Selama waktu berjalan, hot-pot (termos listrik) merupakan salah satu perangkat dapur yang juga menarik perhatian saya. Sampai kemudian, hot-pot sempat menjadi alternatif penghasil air panas untuk saya menyeduh kopi. Hingga saat ini, meskipun sudah tidak lagi menggunakannya, saya masih menganggap hot-pot merupakan alternatif terbaik penghasil air mendidih bertenaga listrik sebagai ganti memasak air di atas kompor untuk menyeduh kopi.

Sekitar tahun 2005, salah satu toko perabot rumah tangga yang saya kunjungi menawarkan dua model coffee maker : percolator dan drip. Ada juga yang coffee maker tanpa listrik, namun saya lebih memfokuskan pada yang menggunakan tenaga listrik. Perbedaan harga yang jauh lebih murah, membuat pilihan cenderung tertuju pada percolator.

Harga satu unit percolator yang ditawarkan saat itu adalah Rp. 55.000,-. Perhitungan perbandingan harga yang saya pakai adalah setara dengan ongkos lauk-pauk makan nasi selama 2 hari. Dengan harga sebesar itu dan (kemudian) jika percolator mendadak rusak total setelah setiap hari dipakai selama seminggu, menurut saya, masih OK – lah.

Hingga sekarang (Mei 2017), percolator yang sama masih tetap bertahan setiap hari untuk menghasilkan ekstrak kopi yang sama seperti waktu pertama kali dibeli. Kalau dihitung secara manfaat, sudah mengurangi sangat banyak kerepotan untuk setiap cangkir kopi yang telah saya minum.

Dari sisi ilmu akuntansi, nilai penyusutan harga buku-nya saat ini juga sudah habis di bawah nol rupiah. Sehingga, yang tersisa hanyalah keuntungan untuk setiap kali membuat kopi dengan menggunakan percolator tersebut.

Kualitas kopi hasil buatan percolator

Percolator Coffee Maker, menurut info yang beredar di internet, merupakan salah satu perangkat mesin untuk membuat kopi yang masuk dalam klasifikasi pemakaian termudah dengan hasil terburuk di antara semua mesin coffee maker. Selain masih meninggalkan sedikit ampas (tidak bersih), tingkat kepekatan ekstrak kopi yang dihasilkan juga tergolong rendah.

Hampir setiap unit model percolator bisa menghasilkan kopi panas siap saji sebanyak 6 s/d 8 cup. Minimal kopi yang bisa dibuat umumnya adalah 4 cup. Memasak dengan jumlah air kurang dari 4 cup, menyebabkan proses memasak bubuk kopi dalam wadah menjadi tidak maksimal. Sehingga, hasil akhir kopi menjadi tawar (tidak pekat).

Bubuk kopi yang digiling kasar lebih cocok dan disarankan untuk dimasak menggunakan percolator. Tapi, saya sendiri lebih suka menggunakan bubuk kopi biasa yang digiling dengan standar untuk membuat kopi seduh. Hasil akhirnya memang tidak se-bersih kopi giling kasar. Namun secara rasa, tingkat kepekatan ekstrak kopi yang dihasilkan jauh lebih baik.

Ekstrak kopi percolator, memiliki tingkat keasaman yang rendah. Rasa asam kopi yang umumnya terdapat pada kopi seduh, bisa berkurang cukup signifikan jika dimasak menggunakan percolator. Mungkin, hal itu berlaku tidak untuk semua produk kopi juga. Saya hanya mencoba pada dua produk kopi arabica berbeda saja.

Kemampuan mengurangi tingkat keasaman ekstrak kopi, dan kemudahan membuat kopi dalam jumlah cukup banyak dengan waktu relatif singkat, merupakan alasan terbesar saya untuk tetap setia menggunakan percolator.

Cara pemakaian Percolator secara umum

Karena menggunakan listrik sebagai sumber tenaga untuk memasak kopi, maka kualitas aliran listrik yang dikonsumsi percolator akan turut menentukan kualitas kinerjanya mengekstrak kopi.

Pastikan besaran kapasitas listrik terpasang di rumah bisa mendukung untuk input daya listrik percolator. Gunakan stabilizer agar kestabilan listrik tetap terjaga saat proses memasak berlangsung. Dengan begitu, suhu panas air mendidih tetap terjaga konsistensi nya.

Setelah proses memasak kopi selesai, pastikan steker percolator tercabut dari stopkontak. Lakukan hal yang sama setiap kali selesai memanaskan kopi.

Hindari percolator menyala terlalu lama meski dalam kondisi “keep warmed”.

Jangan biarkan percolator menyala tanpa air di dalam pot. Pastikan jumlah air yang diisikan ke dalam pot telah sesuai batas minimum yang ditentukan. Demikian juga, hindari memanaskan kopi dalam percolator tanpa wadah kopi dan pipa air panas berada di dalam pot. Karena, akan menyebabkan kopi panas tumpah keluar moncong pot di saat sedang dididihkan.

Membuat kopi menggunakan Percolator

Baik digiling halus atau kasar, jumlah kopi yang dimasukkan ke dalam wadah kopi percolator adalah sama. Berikut cara yang saya gunakan untuk memasak kopi menggunakan percolator :

Isikan air ke dalam pot percolator hingga setinggi 1 cm di bawah corong keluaran pot. Isikan kopi bubuk ke dalam wadahnya hingga penuh. Jangan dipadatkan. Kemudian, masukkan pipa air panas dan wadah kopi ke dalam pot. Tutup pot rapat-rapat.

Nyalakan percolator, biarkan bekerja mendidihkan air sambil memasak kopi berlangsung kira-kira 10 menit. Setelah selesai, cabut steker percolator dari stop kontak. Diamkan selama 10 menit, baru kemudian kopi siap dihidangkan.

Gampang sekali, bukan?

Cara menyajikan ke dalam secangkir kopi

Gunakan takaran gula dan / atau susu sebagaimana yang dideskripsikan pada artikel Takaran membuat Secangkir Kopi Seduh. Jika kurang, tambahkan gula atau susu sesuai selera yang diinginkan.

Cara perawatan Percolator

Ada empat bagian terpisah yang dimiliki sebuah percolator, yaitu : tutup pot, wadah kopi, pipa saluran air panas dan badan pot. Keempat bagian tersebut, harus dicuci bersih setelah selesai dipakai.

• Wadah kopi percolator.

Buang ampas kopi dalam wadah saat dalam keadaan agak basah. Rendam sebentar jika sudah terlalu kering. Kemudian, pakai sprayer yang biasa dipakai menyemprot pupuk tanaman. Isikan air bersih ke dalam sprayer. Atur setting moncong semprotan ke posisi paling tajam. Semprot lubang-lubang penyaring wadah kopi. Jika sumbatan residu ampas kopi sudah terbentuk dan menutupi lubang penyaring, gunakan jarum untuk membukanya kembali. Biasanya, setiap tiga s/d enam bulan sekali, tindakan itu rutin saya kerjakan,

Setelah selesai, gunakan sabut cuci piring dan sabun cair untuk membersihkan keseluruhan wadah dari residu kopi. Bilas dan keringkan.

• Badan & Tutup Pot percolator.

Cuci bagian dalam badan pot menggunakan sabut cuci piring dan sabun cair. Bilas dan keringkan. Lakukan hal yang sama pada tutup pot.

Jangan pernah sesekali mencuci bagian luar badan pot. Cukup di lap saja jika ada noda kopi di permukaan badan pot. Karena, jika air sampai masuk melalui sela bagian elemen pemanas, bisa menjadikannya korsleting di pemakaian berikutnya.

• Pipa jalur air panas percolator.

Cuci bagian luar dengan menggunakan sabut cuci piring dan sabun cair. Setiap dua-tiga bulan sekali, bersihkan bagian dalam pipa dengan menggunakan kawat atau lidi yang ujungnya dililit karet gelang. Celupkan karet di ujung kawat ke dalam sabun cair, kemudian dimasukkan dan digosok-gosokkan pada dinding bagian dalam pipa. Bilas dan keringkan jika sudah selesai.

Hal yang penting diperhatikan saat mencuci percolator.

Kesalahan yang saya lakukan saat pertama kali mencuci jeroan percolator adalah menggabungkannya bersamaan dengan mencuci piring kotor. Sisa lemak makanan piring kotor akan bercampur dengan sabun cuci dan kemudian melekat di permukaan jeroan percolator. Ini akan membuat kopi yang dimasak selanjutnya berubah secara rasa dan aroma.

Selalu pisahkan jeroan percolator dengan cucian piring / gelas kotor. Pastikan sabut cuci yang hendak digunakan telah benar-benar bersih sebelum mencuci. Gunakan sabun cair yang baru, bukan bekas sisa sebelumnya mencuci piring / gelas kotor.

 

Percolator Coffee Maker vs Coffee Maker lain

Percolator termasuk coffee maker dengan kriteria mesin pembuat kopi paling mudah dan paling dasar dalam teknik pemakaian. Perangkat ini cocok bagi siapapun yang belum pernah menggunakan coffee maker. Begitu terbiasa, maka tidak akan terlalu sulit jika harus berhadapan menggunakan coffee maker yang memiliki teknik pemakaian lebih rumit.

Saya bisa mengatakan seperti itu, karena yang menjadi dasar dari konsep kerja semua coffee maker adalah bagaimana semua kopi bubuk yang diletakkan dalam wadahnya dapat diseduh (di-ekstrak) secara sempurna.

Cuma itu dasar yang perlu dipahami.

Sisanya, hanya cara pemakaian dan perawatan mesin coffee maker agar tidak cepat rusak dan konstan dalam menghasilkan ekstrak kopi.

Kinerja keseluruhan dari sebuah percolator coffee maker tidak akan pernah bisa disamakan dengan model coffee maker berbeda lain yang juga menggunakan tenaga listrik. Masing-masing coffee maker, memiliki kekurangan dan keunggulan tersendiri, baik dalam hal perawatan maupun ekstrak kopi yang dihasilkan.

Bukan persoalan gampang untuk membersihkan residu kerak kopi yang melekat pada wadah saringan coffee maker. Jika hal itu sama sekali tidak bisa dikerjakan atau bisa dengan mudah diperoleh gantinya, lebih baik menggunakan cara konvensional saja. Yaitu, menyeduh secangkir kopi menggunakan air yang di-didih-kan di atas kompor.

Nah, wadah kopi percolator adalah salah satu yang termasuk sulit cara perawatannya. Saya belum menemukan cara untuk dengan mudah membersihkan lubang-lubang saringan pada wadah kopinya dari sumbatan residu ampas kopi. Meskipun sulit, masih tetap bisa dibersihkan. Dan, itu harus dikerjakan, karena memang tidak dijual cadangannya.

Harga Percolator Coffee Maker pada akhir tahun 2016 berada di kisaran Rp. 250.000,- per unit. Tertarik untuk mencoba?

Semoga bermanfaat ! ☺

 

Satu tanggapan untuk “Mudah membuat Kopi pakai Percolator Coffee Maker

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *