Melanjutkan pemantauan hasil eksperimen menjernihkan air kotor PAM Jakarta dengan menggunakan media Arang Batok Kelapa, Batu Apung dan Ijuk; setelah empat bulan pemakaian filter (07-November-2015 s/d 14-Maret-2016).

Untuk menyegarkan kembali perihal mengenai susunan filter dan media penjernih air yang digunakan selama empat bulan, adalah seperti gambar di bawah ini :

Gambar : Ilustrasi penampakan media filter dibagian dalam Tabung-Filter
  • Tabung Filter 1 = Kosong, hanya berisi keran berpelampung (Ball Tap Mini).
  • Tabung Filter 2 = Tabung Inti berisi Media penjernih air organik : Arang Batok Kelapa, Batu Apung, Ijuk
  • Tabung Filter 3 = Tabung Inti berisi Kapas Filter untuk Akuarium
  • Tabung Filter 4 = Tabung Inti berisi Kapas Filter untuk Akuarium

Performa Filter bulan ke-4

Kondisi media penjernih air dalam Tabung-Inti di setiap Tabung-Filter, tidak pernah sekalipun diubah / diganti / dibersihkan sejak awal di gunakan (07-11-2015). Saat pemakaian filter hendak memasuki bulan ke-empat, saya men-dokumentasi-kan foto tentang kondisi filter per tanggal 22-02-2016 s/d 14-03-2016.

Hari Pertama (22-02-2016) :

Galeri foto Hari Pertama Minggu Pertama

Setelah lewat satu minggu… (29-02-2016) :

Galeri foto Hari Terakhir Minggu Pertama

Tiga Minggu kemudian… (14-03-2016) :

Galeri foto Hari Pertama Minggu Ketiga

Foto air dalam bak mandi di setiap galeri, bisa dibilang sebagai gambaran yang mewakili tingkat kejernihan air hasil kinerja filter ketika diambil fotonya. Dengan begitu, kita bisa membuat analisa perbandingan tentang dimana tahap bagian proses menjernihkan air terbesar yang terjadi dari setiap Tabung-Filter.

Pada foto Tabung-Filter #2 yang Tabung-Inti-nya berisi media penjernih air organik, bisa terlihat merupakan Tabung-Filter dengan endapan kotoran air menempel terbanyak di permukaan fisik Tabung-Inti-nya diantara dua Tabung-Filter lainnya. Pemahaman logika dari kondisi Tabung-Filter #2 yang demikian, adalah memang sudah sewajarnya karena (bisa dibilang) disitulah awal proses menjernihkan air mulai terjadi. Tabung-Filter pertama hanya berfungsi sebagai pengatur aliran dan ketinggian air saja. Tidak terjadi proses menjernihkan air di dalamnya.

Air hasil proses Tabung-Filter #2, terlihat lebih jernih di Tabung-Filter #3. Meskipun demikian, endapan kotoran masih terlihat cukup tebal di Tabung-Filter #3.

Di Tabung-Filter #4, air terlihat benar-benar bening. Masih ada sedikit kotoran yang terlihat mengendap di permukaan Tabung-Inti dalam Tabung-Filter #4, tapi jauh berkurang dibanding Tabung-Filter #2.

Proses yang terjadi sebenarnya

Kalau diperhatikan dengan seksama berdasarkan urutan air setiap memasuki Tabung-Filter, proses yang sebenarnya paling berperan membuat air menjadi bening, adalah media penjernih air organik dalam Tabung-Inti yang ada di Tabung-Filter #2. Media dalam Tabung-Inti di Tabung-Filter #3 dan keempat (yang berupa kapas filter), lebih berfungsi sebagai penyaring fisik kotoran di air saja. Saat setelah melewati Tabung-Filter #2, air sepertinya menjadi berdiri sendiri dan benar-benar terlepas dari kotoran yang melekat.

Artinya, ada satu rangkaian proses yang terjadi saat air kotor melewati bahan media penjernih air organik. Saya tidak tahu ataupun mengerti apa yang dikerjakan komposisi media penjernih air tersebut. Namun secara kasat mata, kotoran (termasuk debu-air) seolah-olah menjadi lebih berat dan lebih mudah untuk disaring hingga terlepas dari air yang menjadi alat tranportasi mereka.

Jadi, meskipun dalam foto, air di Tabung-Filter #3 terlihat masih kotor, kondisi yang sebenarnya adalah air telah bersih. Sehingga, saat air mengalir melalui Tabung-Filter #3, kapas filter dapat berfungsi dengan baik melakukan penyaringan untuk memisahkan antara air dengan kotoran. Itu sebabnya air dalam Tabung-Filter #4 terlihat jauh lebih jernih.

Di bagian dasar bak penampungan, terlihat ada endapan kotoran. Hal itu terjadi sebelum saya menggunakan media penjernih air organik. Hanya menggunakan kapas filter saja yang dimasukkan ke dalam setiap Tabung-Inti, sebagaimana diceritakan di artikel Low Pressure Filter (LPF). Ketika hendak menggunakan media penjernih air organik, Tabung-Inti yang berisi kapas filter di Tabung-Filter pertama dan #2 disingkirkan. Sebagai gantinya, hanya satu Tabung-Inti yang berisi media penjernih air organik diletakkan di Tabung-Filter #2.

Apakah ada penambahan ketebalan endapan kotoran setelah pemakaian media penjernih air organik?

Pasti ada!

Namun, sangat jauh berkurang dibanding tidak menggunakannya. Hal itu bisa terlihat jelas dari jumlah kotoran yang mengendap di Tabung-Filter #4.

Kesimpulan sementara…

Dari urutan cerita proses kejadian menjernihkan air diatas, saya pun kini menyadari bahwa sebelumnya telah melakukan kesalahan dengan hanya mengandalkan kapas filter saja sebagai media untuk menjernihkan air. Karena, selama air belum berada dalam kondisi sejatinya (jernih bernuansa kebiru-biruan), meskipun terlihat tanpa kotoran, maka air seperti itu tidak bisa dikatakan bersih.

Kesimpulannya, dibutuhkan dua proses berbeda untuk menjadikan air benar-benar bening :

Pertama : proses tahap mengembalikan air pada kondisi sejatinya. Atau dalam bahasa “pasar”-nya kira-kira sama dengan ungkapan proses “merontokkan” kotoran yang melekat pada air. Contoh penerapannya pada perangkat LPF di atas adalah di bagian Tabung-Filter #2. Tingkat ke-rapat-an media di dalam Tabung-Inti, nyaris tidak bisa difungsikan untuk menahan kotoran. Meskipun terdapat ijuk di dalamnya, kotoran akan tetap dengan mudah melalui sela-sela ijuk yang lebar. Namun, saat air kotor melalui media penjernih, terjadi proses kimiawi yang membuat kotoran terlepas dari air. Sehingga, walaupun kotoran masih ikut terbawa masuk ke Tabung-Filter #3, kondisinya sudah terlepas dari air.

Kedua : proses menghambat kotoran dengan menggunakan media penyaring. Tidak masalah apakah bahan media penyaring  yang digunakan berupa kapas filter ataupun lainnya seperti kerikil. Contoh penerapannya pada perangkat LPF di atas adalah di bagian Tabung-Filter #3 (terutama) dan keempat. Kotoran yang dibawa dari Tabung-Filter #2, dihambat oleh kapas filter dalam Tabung-Inti di Tabung-Filter #3 dan sisanya di Tabung-Filter #4.

Sebelumnya, ketika filter dikondisikan tanpa menggunakan media penjernih organik, air yang dihasilkan perangkat LPF tidak selalu konsisten bernuansa warna kebiruan. Terkadang kekuningan, kehijauan atau kehitaman; tergantung sebagaimana kondisi awal dari air PAM yang diperoleh. Kondisi warna air yang tidak konsisten itu tidak pernah lagi terjadi setelah media penjernih organik digunakan.

Itu sebabnya, saya meyakini bahwa media penjernih organik di Tabung-Filter #2-lah yang memegang peran penting dari proses menjernihkan air yang sebenarnya. Kapas filter di Tabung-Filter #3 dan keempat, hanya berfungsi menangkap kotoran yang telah dilepaskan dari air oleh media penjernih organik. Jika hanya mengandalkan pemakaian kapas filter saja, tidak akan bisa menyamai hasil layaknya dengan menggunakan media penjernih organik.

Dengan demikian, struktur urutan antara media penjernih air dan penyaring kotoran yang harus diletakkan dalam sebuah perangkat filter menjadi lebih jelas prioritasnya. Meletakkan posisi media penjernih air organik (arang batok kelapa + batu apung + ijuk) sebelum media penyaring kotoran (kapas filter) akan memaksimalkan tingkat kebersihan air yang dihasilkan perangkat LPF. Seandainya posisi peletakkan media ditukar, maka besar kemungkinan air yang dihasilkan masih mengandung kotoran, meskipun sudah bernuansa kebiruan.

Menyesuaikan Dinamika jumlah Kotoran

Di bawah ini saya kembali sajikan dua foto perbandingan kotoran air PAM Jakarta yang berhasil dihambat di tabung-filter ke dua yang terjadi selama 3 minggu antara 22 Februari 2016 s/d 14 Maret 2016 :

Foto : Perbandingan tingkat kejernihan air yang masuk dalam perangkat LPF dalam selang waktu 3 minggu

Sedangkan situasi air Bak Mandi yang dihasilkan dari masing-masing Tabung-Filter tersebut :

Disini, saya hendak memperlihatkan kepada Anda sebuah perbandingan yang mengartikan bahwa tidak ada parameter yang bisa digunakan untuk memprediksi banyaknya kotoran dalam air saat memasuki filter. Akumulasi kotoran selama 3 bulan pertama (foto Tabung-Filter atas) tidak bisa dijadikan sebagai parameter untuk kita bisa memprediksi jumlah kotoran yang akan datang di waktu selanjutnya. Karena, tetap ada kemungkinan air yang kita terima 1 atau 2 minggu ke depan, jauh lebih kotor di banding selama 3 bulan terakhir (foto Tabung-Filter bawah).

Itulah yang menjadi alasan, sebagaimana sebelumnya dinyatakan di artikel Low Pressure Filter (LPF), saya berpendapat dibutuhkan filter yang memiliki konsep dapat bekerja secara otomatis menyesuaikan dinamika perubahan kondisi kandungan kotoran yang terdapat pada air kotor. Sehingga, filter bisa bertahan relatif lama dalam menghasilkan air bersih secara konsisten. Dengan model perangkat filter seperti gambar desain di atas ditambah komposisi media penjernih air organik dan kapas filter, maka proses menjernihkan air bisa berlangsung dengan hasil maksimal. Kita pun bisa memperoleh air bersih setiap hari dengan biaya murah dengan tanpa perlu (terlalu sering) melakukan perawatan filter.

Berikut foto penampakan air Bak Mandi mengikuti waktu diabadikannya dua foto dari masing-masing Tabung-Filter di atas :

Foto : Perbandingan tingkat kejernihan air Bak Mandi yang dihasilkan perangkat LPF dalam Tiga Minggu

Nyaris tidak nampak ada perbedaan. bukan?

Apakah model perangkat LPF ini bisa diperingkas menjadi satu Tabung-Filter dengan satu Tabung-Inti berisi komposisi media penjernih dan penyaring air yang dipadatkan?

Saya meragukannya!

Kalau pun mau dibuat seperti itu, kinerja yang dihasilkan tidak semaksimal model perangkat LPF sebagaimana diilustrasikan di atas.

Sederhana bukan berarti tidak Maksimal…

Secara pribadi, saya sungguh terkesan atas hasil komposisi media penjernih air organik yang saya gunakan berdasarkan cerita di artikel Penjernihan Air Menggunakan Batu Apung dan Arang Batok Kelapa. Memang, cerita itu bukan sesuatu yang baru dan banyak pihak juga pernah mengerjakan / membahas hal yang sama. Terutama mengenai fungsi arang batok kelapa dan ijuk sebagai bahan-bahan yang biasa dijadikan komposisi untuk menjernihkan air. Namun, yang menjadikan artikel itu istimewa bagi saya adalah urutan cerita yang sederhana dan relatif mudah dipahami.

Melihat kondisi air di bak mandi yang masih bersih, niat untuk mengangkat dan membersihkan Tabung-Inti saya urungkan. Saya berpikir untuk tetap membiarkan hingga titik dimana filter benar-benar penuh berisi kotoran dan air bersih yang bisa dihasilkan semakin sedikit. Sedangkan untuk saat ini, saya memiliki satu kepastian bahwa semua usaha dan biaya yang dikeluarkan untuk membuat sebuah perangkat filter air, telah memperlihatkan hasil yang benar-benar nyata. Minimal, filter dapat diandalkan untuk menghasilkan air bersih dalam jangka waktu pemakaian selama empat bulan, tanpa perlu mengkhawatirkan apapun mengenai perawatannya. Meskipun nantinya tetap harus dilakukan perawatan, biaya dan frekuensi waktu untuk mengerjakannya bisa dibilang hampir tidak berarti dibandingkan jumlah air bersih yang diperoleh setiap harinya. Sebuah konsep kinerja model perangkat filter yang sangat ideal bagi siapapun yang mengharapkan air bersih tetapi malas untuk merawat filter.

*** Update 03 April 2016 ***

Minggu ke-5 (Bulan ke-5 Minggu Terakhir)

Di bawah ini adalah galeri hasil kinerja filter setelah “hampir” 5 (lima) bulan (28-03-2016) yang berhasil saya abadikan. Cukup banyak kotoran yang terlihat di dasar bak mandi. Namun, jika diperhatikan dengan seksama, tingkat kejernihan air antara sebelum dan sesudah bak mandi dibersihkan adalah sama :

Galeri foto Minggu Kelima

Dua foto di bawah adalah perbandingan mengenai tingkat kejernihan air yang saya maksudkan :

Foto : Endapan kotoran di dasar Bak Mandi selama 5 minggu tanpa pernah dikuras vs setelah dikuras.

Jika tingkat kejernihan air sebelum dan setelah dikuras adalah relatif sama, lalu darimana asal-muasal datangnya endapan kotoran di dasar bak mandi?

Maaf, saya masih belum memiliki satu kepastian mengenai hal itu. Dugaan terbaik yang saya miliki adalah akumulasi debu di udara yang terperangkap di permukaan air dan perlahan turun mengendap di dasar bak mandi. Hal yang mendasari dugaan tersebut adalah frekuensi waktu akumulasi kotoran mulai terlihat mengendap selalu sama (setiap awal minggu ketiga sejak dikuras) dari awal media penjernih organik digunakan. Tidak peduli berapa banyak kotoran yang berhasil tertahan di Tabung-Filter, akumulasi kotoran di bak mandi baru akan mulai nampak selalu pasti di awal minggu ketiga.

Foto di bawah ini adalah penampakan setelah air diisi memenuhi bak mandi….

Foto : Situasi air Bak Mandi setelah diisi penuh

Sungguh pemandangan mengenai kejernihan air yang “menggoda” dari hasil sebuah perangkat filter sederhana buatan sendiri (DIY). Berfungsi dengan baik tanpa listrik dan tidak memerlukan perawatan apapun selama pemakaian hampir 5 (lima) bulan ….

Tertarik untuk mencoba membuat sendiri? 😀


Update perkembangan setelah 6 bulan kemudian (September 2016) dapat anda temukan di artikel Filter Air Orang Malas dan Pola Hidup Sehat


Semoga bermanfaat! 🙂

2 tanggapan untuk “Filter Air untuk Orang Malas…

Komentar ditutup.