Unit kipas pada foto berikut adalah model terakhir yang saya buat dan telah dicoba-pakai selama lebih dari setahun.

Foto : Kipas BBK

Saya menamakannya kipas BBK, akronim dari Baling-baling Kubah. Dinamakan demikian karena tekukan di bagian luar bilah yang mengarah ke bawah. Sebelum kipas BBK, saya memakai kipas BBP yang bilah baling-balingnya menekuk ke atas.

Lalu, apa yang menjadikan saya kini menggunakan model bilah kipas dengan tekukan ke arah bawah?

Void – Jalur Khusus Udara Keluar

Sekitar awal tahun 2018, saya merenovasi rumah. Fokus renovasi ditujukan pada bagian atas rumah, yaitu : atap genteng, rangka atap dan eternit (langit-langit).

Singkat cerita, setelah renovasi selesai, semua lubang ventilasi udara pada eternit ditiadakan. Sebagai gantinya, saya membuat jalur khusus untuk udara keluar di bagian belakang rumah. Para pekerja dibidang bangunan menamakan jalur udara keluar ini dengan sebutan “void”.

Ada juga yang menamakan jalur khusus udara keluar ini dengan sebutan “cerobong pasif”. Apakah memiliki makna serupa antara void dan cerobong pasif sebagai jalur khusus udara keluar, saya tidak tahu. Untuk pembahasan di artikel ini, makna dari kedua sebutan itu saya buat serupa, yaitu sebagai jalur khusus udara keluar.

Sebelumnya, area di bagian bawah void adalah anak tangga untuk mengakses dak rumah. Anak tangga ini beratapkan perigola. Sedangkan di bagian dak, tidak dinaungi apapun alias sepenuhnya terbuka.

Area anak tangga yang hanya dinaungi perigola itu, sebenarnya, dikategorikan sebagai void juga. Saya putuskan untuk menyelubungi area tersebut dengan dinding untuk “memaksa” udara bergerak mengalir satu arah dari dalam keluar rumah. Bagian atas area anak tangga dibangun tambahan ruang dinding setinggi 2,5 meteran diukur dari anak tangga teratas. Bagian atasnya ditutup atap.

Ukuran keseluruhan dari ruang kosong ini kira-kira (p l t) 3 m x 0,7 m x 2,5 m.

Di salah satu sisi ruang kosong itu, dibuat pintu yang mengakses ke dak. Area dak rumah tetap terbuka namun diberi naungan perigola.

Pintu yang mengakses ke dak, daun pintunya dibuat 2 (dua) bagian, yaitu atas-bawah. Sehingga, bagian atas daun pintu dapat dikondisikan terbuka, sementara bagian bawahnya tetap tertutup. Saya mengharapkan model daun pintu atas-bawah seperti itu bisa dimanfaatkan secara fleksibel untuk mengantisipasi di saat udara dalam rumah terasa pengap dan gerah.

Di sisi berlawanan dengan pintu, dibuat 2 (dua) lubang berdiameter 6 inchi dan di sisi luar masing-masing lubang dipasang elbow PVC berdiameter 6 inchi.

Saya berharap, ruang kosong seluas kira-kira 6 meter kubik tersebut dapat menjadi “perangkap” udara panas yang mengalir dari dalam rumah, berakumulasi hingga menciptakan tekanan dan mengalirkan keluar melalui 2 (dua) lubang ventilasi berdiameter 6 inchi.

Saat itu, saya sendiri tidak yakin apakah dua lubang berdiameter 6 inchi tersebut cukup untuk mengakomodir sirkulasi udara dari rumah satu lantai seluas 100 meter persegi. Seandainya, ternyata dikemudian hari, kedua lubang tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan, saya masih memiliki opsi membuka-tutup daun pintu bagian atas sebagai jalur ventilasi cadangan.

Uji-coba Void

Beberapa hari setelah renovasi selesai, saya biarkan rumah dalam kondisi tanpa satupun kipas modifikasi (kipas BBT / kipas BBP / kipas BBK) terpasang. Tujuannya, untuk mendapatkan dan merasakan situasi kondisi yang lebih nyata mengenai pergerakan udara di dalam rumah hanya dengan dukungan void di bagian belakang rumah.

Dua lubang berdiameter 6 inchi pada dinding samping void, terasa fungsi dan manfaatnya di saat suhu udara outdoor tidak terlalu panas. Demikian juga buka-tutup daun pintu bagian atas untuk menetralkan dengan cepat rasa pengap dan gerah dalam rumah.

Namun demikian, dengan model void seperti itu saya harus ekstra rajin membuka-tutup bagian atas pintu untuk menetralkan hawa pengap dan gerah yang sangat sering terbentuk di dalam rumah. Hawa panas yang mengalir dan terperangkap ke dalam ruang kosong, tidak serta-merta mengalir keluar cukup cepat sebagaimana yang saya bayangkan.

Seringkali pintu bagian atas harus dikondisikan tetap terbuka sepanjang malam ditambah menyalakan kipas angin duduk (boks fan) agar hawa gerah dapat dialirkan keluar secara berkesinambungan melalui void. Sedangkan di saat siang yang panas, pintu bagian atas harus ditutup agar hawa panas tidak merambah masuk ke dalam rumah. Dalam kondisi seperti itu, menyalakan boks fan tidak banyak membantu mengatasi hawa pengap dan gerah dalam rumah.

Menentukan Parameter untuk Uji-coba Baling-baling

Selama uji-coba void, saya sering terjebak dalam situasi “serba-salah” untuk bagaimana cara menjadikan lubang ventilasi bisa berfungsi lebih efektif dalam mengakomodir hawa panas. Atau, bagaimana cara memperlakukan daun pintu atas bisa berfungsi mengakomodir hawa panas tanpa perlu repot buka-tutup.

Sehingga pada akhirnya, saya menyimpulkan adalah tidak mungkin hanya dengan mengandalkan void (apapun model dan format dasarnya) semata untuk mensirkulasikan udara di dalam rumah.

Tanpa dukungan kipas angin, keberadaan void tidak ubahnya seperti lubang ventilasi berukuran besar yang mana bisa digantikan dengan membuat jendela berukuran besar di belakang atau di salah satu dinding samping atas rumah. Tetapi, tetap saja dibutuhkan kipas angin sebagai perangkat pendukung untuk mensirkulasikan udara.

Jadi, upaya memodifikasi bilah baling-baling kipas yang selama ini saya kerjakan untuk membuat mesin sirkulasi udara, sudah berada pada jalur yang seharusnya. Hanya saja pada saat itu belum didapatkan kepastian bagaimana situasi dan kipas angin seperti apa yang dibutuhkan untuk merealisasikannya.

Dari hasil uji-coba ini, saya melihat peluang untuk menguji coba efek hembusan angin dari setiap model kipas modifikasi yang pernah saya buat.

Agar proses uji coba lebih terarah, saya putuskan memakai model baling-baling terbalik berdasarkan pola yang dibuat menggunakan rumus Potongan Kencana.

Gambar : Bilah baling-baling terbalik yang dibuat menggunakan rumus Potongan Kencana

Sedangkan, untuk model tekukan baling-baling, saya bagi menjadi tiga model utama :

  1. Baling-baling Terbalik dengan tekukan ke arah atas (kipas BBP)
  2. Baling-baling Terbalik tanpa tekukan (kipas BBT)
  3. Baling-baling Terbalik dengan tekukan ke arah bawah (kipas BBK ~ baling-baling kubah)

Performa Kipas BBP

Di artikel Mini Ceiling Fan : Efek Perbedaan Bentuk Bilah Baling-baling saya telah menguraikan performa dari kipas BBP terhadap keberadaan lubang ventilasi pada eternit. Pada kesempatan setelah renovasi selesai, kipas BBP kembali saya pakai untuk mengetahui dampaknya jika dioperasikan dengan situasi eternit tanpa lubang ventilasi namun terdapat void di belakang rumah.

Foto : Kipas BBP

Setelah 3 (tiga) bulan berjalan, dampaknya sama dengan yang pernah saya uraikan. Keberadaan void tidak membuat efek hembusan angin kipas BBP menjadi berubah.

Kipas BBP menghisap udara disekelilingnya dan menghembuskan ke atas secara terfokus. Tanpa ada lubang ventilasi disekitaran kipas sebagai jalur keluar, mengakibatkan kekuatan udara yang dihembuskan melemah saat membentur permukaan eternit. Otomatis daya sebar hembusan angin ke sekeliling area kipas berkurang. Ditambah lagi karakteristik baling-baling kipas BBP yang melengkung ke atas berperan menghisap udara di area luar sekeliling bagian atas kipas. Walhasil, sebelum bisa dihembuskan lebih jauh, udara kembali ditarik dan dihisap baling-baling. Situasi tersebut membuat udara disekitar kipas terus berputar di tempat yang sama.

Uji-coba ini dikerjakan karena saya perlu untuk memastikan kalau pemakaian kipas baling-baling terbalik dengan tekukan ke atas memang perlu dipasang berdekatan dengan lubang ventilasi. Dan, ternyata, memang seperti itu adanya. Baling-baling dengan model BBP ini, cocok digunakan untuk tujuan menghisap udara di sekelilingnya dan menghembuskan ke atas secara terpusat. Mirip seperti exhaust fan yang dipasang pada eternit.

Bedanya dengan exhaust fan, kipas BBP dipasang dibawah eternit. Sehingga memiliki area daya hisap udara yang lebih luas ketimbang exhaust fan. Itu sebab walau kekuatan putaran mesinnya jauh di bawah exhaust fan, tingkat efektivitas kipas BBP cukup bisa diandalkan.

Jadi, jika hendak mengoperasikan kipas baling-baling terbalik yang ujungnya di tekuk ke atas, maka kita perlu membuat lubang ventilasi pada eternit disekitaran kipas agar kipas dapat berfungsi seperti exhaust fan.

Performa kipas BBT

Kalau dibandingkan secara sepintas, hembusan angin kipas BBT sudah pasti lebih luas jangkauannya daripada kipas BBP. Selain menghasilkan hembusan angin yang tidak terfokus, bentuk bilah baling-baling kipas BBT yang rata menjadikan antara udara yang dihisap dan dihembuskan benar-benar terpisah.

Foto : Kipas BBT

Hal tersebut menjadikan bilah baling-baling terbalik tanpa tekukan nampak ideal untuk digunakan pada berbagai kondisi dan bentuk ruang.

Apakah teori gambaran tentang bilah baling-baling terbalik tanpa tekukan sesuai dengan realitanya?

Setelah semua kipas BBP diubah menjadi BBT, saya merasakan perubahan sensasi pergerakan udara di dalam rumah yang cukup signifikan. Selama beberapa bulan selanjutnya, saya merasa terpuaskan dengan performa kipas BBT… tapi… rasa puas itu perlahan sirna saat menjelang dan selama musim panas berlangsung.

Hembusan angin kipas BBT memang memiliki jangkauan sebaran yang luas, tapi itu hanya berlangsung 0,5 meter di bawah eternit. Ketika hembusan angin membentur dinding, akan terasa sensasi pergerakan udara sangat halus beredar di sekitar dinding 1,5 meter di bawah permukaan eternit.

Sensasi pergerakan udara 1,5 meter di bawah permukaan eternit ini terasa nyaman di saat waktu musim hujan. Hawa sejuk yang mengalir masuk dari pintu/jendela depan dan keluar lewat lubang void secara konsisten. Terasa segar saat menerpa permukaan kulit, namun seperti berada dalam ruang sauna di saat musim panas.

Teorinya, jika udara dibagian atas ruangan berubah secara dinamis, maka akan berdampak pada udara di bagian tengah dan bawah ruangan. Teori itu benar adanya, tapi hanya berlaku pada kondisi suhu udara ruangan di bawah 27° Celcius. Pada area pemukiman yang rata-rata suhu udara sehari-hari berada di atas level 27° Celcius, pemakaian kipas BBT bisa dibilang tidak berdampak menyejukkan udara di dalam rumah.

Dampak hembusan angin dari kipas BBT dapat mengakomodir rasa pengap dalam rumah, namun tidak berefek pada rasa gerah di saat musim panas berlangsung.

Jadi, jika hendak merasakan kenyamanan sensasi sejuk ruangan dengan menggunakan kipas dengan baling-baling terbalik tanpa tekukan, pastikan level suhu udara sehari-hari di luar rumah “cenderung” berada di level 27° Celcius.

Performa kipas BBK

Dulu, sebelum kipas BBP dikreasikan, saya pernah memodifikasi bilah baling-baling kipas dengan bentuk melengkung ke arah bawah (kipas BBK). Kipas yang berbentuk kubah itu saya tinggalkan tidak lama setelah diujicoba. Tidak ada niat untuk mengembangkannya lebih lanjut karena dampak pergerakan udara yang dihasilkan nyaris tidak terasa.

Foto : Kipas BBK

Sekarang, setelah renovasi selesai dan merasakan dampak kipas BBP dan BBT yang kurang memuaskan, pikiran saya kembali teringat pada kipas BBK.

Ada sedikit perbedaan pada sensasi pergerakan udara setelah bagian ujung semua baling-baling dari setiap unit kipas BBT saya tekuk ke bawah. Saat duduk di sofa, saya merasakan hembusan angin menerpa sepoi-sepoi diseluruh permukaan kulit, dan lebih terasa ketika dalam posisi berbaring.

Bilah baling-baling terbalik dengan tekukan ke bawah, memiliki performa menyapu udara secara merata ke seluruh pelosok ruangan. Mulai dari permukaan eternit hingga permukaan lantai. Udara mengalir halus tanpa berdampak sakit kepala meski berjam-jam duduk/tidur dalam kondisi kipas terus menyala.

Di saat musim panas berlangsung dengan suhu udara di luar rumah berada pada level 34° Celcius, hembusan angin kipas BBK sangat membantu menetralisir udara pengap dan gerah di dalam rumah. Dalam hal ini, saya melihat performa kipas BBK bisa diandalkan. Meskipun suhu udara di dalam rumah terasa panas, sensasinya tidak terlalu terasa pada permukaan kulit. Selain itu, memang tidak mungkin untuk mendapatkan udara sejuk pada level suhu udara outdoor 34° Celcius tanpa bantuan AC (Air Conditioner).

Lalu, apa yang membedakan kipas BBK yang dulu dengan saat ini?

Tentu saja tidak ada bedanya… yang sebenarnya menjadikan berbeda hanyalah ada-tidaknya lubang ventilasi pada eternit.

Foto : Lubang Ventilasi pada Eternit sebelum Renovasi

Kipas BBK menarik udara di bawahnya dan memecah fokus sebagian besar hembusan udara langsung ke arah samping atas di sekeliling kipas. Karena fokus hembusan angin yang terbagi, membuat kekuatan daya sebarnya sangat mengandalkan konsistensi permukaan eternit yang rata. Hal ini menjadikan kipas BBK tidak cocok untuk dipasang pada rumah yang memiliki eternit berundak dan eternit yang memiliki lubang ventilasi.

Jadi, meskipun memiliki performa sangat baik untuk pemakaian di musim panas, kipas BBK membutuhkan situasi dimana permukaan eternit yang cenderung rata / sama tinggi di seluruh bagian rumah. Pemakaian lampu downlight konvensional juga turut memperlemah kekuatan daya sebar, namun pengaruhnya tidak sebesar lubang ventilasi.

Sekali lagi tentang Void

Void bisa dibuat dengan format area terbuka maupun tertutup. Void yang dibuat dengan format area terbuka adalah salah satu alternatif terbaik untuk menciptakan pergerakan udara dalam rumah yang bisa diterapkan secara umum. Dengan menggunakan void, pergerakan udara dalam rumah dapat terbentuk dengan sendirinya tanpa kita perlu belajar ataupun mengerti secara spesifik terkait sirkulasi udara.

Namun, ada pakem yang perlu dicamkan jika kita hendak menjadikan void sebagai mesin sirkulasi udara, yaitu : udara bergerak bebas dua arah melalui void.

Baik itu udara dingin maupun panas, dapat bergerak bebas masuk-keluar melalui void. Sehingga, jika dikatakan keberadaan void dapat menciptakan pergerakan udara di dalam rumah secara otomatis adalah benar adanya. Namun, apakah pergerakan udara yang diciptakan void dapat mengakomodir kenyamanan para penghuni rumah, itu persoalan berbeda.

Situasi seperti itulah yang membuat saya memutuskan untuk menyelubungi void di belakang rumah yang sebelumnya separuh terbuka menjadi sepenuhnya tertutup dinding. Meskipun sudah dibuat tertutup dan direncanakan hingga sedemikian rupa untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan lubang ventilasi yang ada, tetap masih dibutuhkan dukungan boks fan agar void bisa berfungsi sebagaimana yang diharapkan.

Jadi…?

Saat ini (Januari 2022), terpasang 6 (enam) unit kipas BBK di rumah saya. Tiga unit di setiap kamar dan tiga unit sisanya mengurut bertahap dari bagian depan, tengah dan belakang rumah. Semua kipas menyala selama 24/7, sehingga udara terus bergerak dinamis mengalir disemua interior rumah.

Dua lubang berdiameter 6 inchi yang terdapat pada dinding samping void, berfungsi dengan baik sebagai jalur udara keluar. Suasana dan sensasi udara segar tetap terjaga tanpa saya harus repot membuka-tutup pintu void.

Gambar : Letak posisi 6 (enam) unit kipas BBK ~ lingkaran Merah

Biaya listrik keenam unit kipas selama 1 (satu) bulan berada dikisaran Rp. 150.000,-. Kira-kira setara dengan biaya untuk pemakaian AC 1 PK selama 8 jam setiap hari selama sebulan.

Maksud tujuan dengan eksperimen yang saya kerjakan terkait memodifikasi bilah baling-baling mini ceiling fan sebagaimana yang saya ceritakan di atas, bukan untuk mendapatkan satu perangkat kipas angin yang lebih canggih dari kipas angin lain ataupun sejenis yang beredar di pasaran.

Melainkan untuk mendapatkan pemahaman lebih baik tentang bagaimana cara membentuk aliran udara dengan menggunakan kipas angin.

Seberapa pun canggih fitur yang dimiliki sebuah kipas angin, tidak akan menjadikan fungsinya lebih dari sebuah kipas angin. Udara yang dihisap dan dihembuskan kipas angin tidak akan mengubah kualitas ataupun karakteristik dari udara itu sendiri. Kalau pun hendak menjadikannya sebagai mesin sirkulasi udara, ada faktor-faktor terkait interior ruangan yang harus disesuaikan.

Begitu juga halnya dengan kipas hasil modifikasi yang saya kerjakan. Hanya bisa berfungsi maksimal sebagai mesin sirkulasi udara jika dibarengi dengan penyesuaian interior ruangan rumah, khususnya eternit.

Keterampilan memodifikasi bilah baling-baling kipas yang saya miliki, bisa dibilang hanyalah bonus dari upaya selama mempelajari sirkulasi udara. Tidak ada yang istimewa dengan keterampilan itu. Siapapun bisa dengan mudah mempelajari dan menguasainya.

Uraian di atas lebih merupakan cerita pengalaman pribadi saja, yang mana mungkin bisa menjadi rujukan bagi siapapun yang berniat untuk mempelajari dan menciptakan aliran sirkulasi udara di rumahnya sendiri.

Semoga bermanfaat! 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *