Memasang sendiri instalasi pipa pada tangki air / toren di rumah sebenarnya gampang. Baik untuk toren yang diletakkan di atas menara ataupun dak rumah, kita hanya perlu menyesuaikan letak dengan memosisikan rangkaian pipa yang nantinya dipasang agar tidak malang-melintang menghalangi ruang gerak saat kita berada dan beraktivitas di tempat tersebut.
Teknik menyambung antar pipa yang biasa dipakai adalah dengan langsung merekatkan setiap potong pipa beserta sambungannya menggunakan lem PVC. Cara ini, terlihat mudah dan bisa langsung dikerjakan di lokasi instalasi begitu semua perangkat yang dibutuhkan telah tersedia dan waktu pengerjaannya pun relatif singkat. Pipa tinggal dipotong sesuai ukuran ruang, kemudian direkat-sambungkan dengan potongan pipa lain menggunakan lem PVC.
Dibalik semua kemudahan dan kesederhanaan itu, cara mengerjakan menyambung pipa yang demikian memiliki tingkat resiko yang cukup besar untuk tidak selalu berhasil. Dari beberapa potongan pipa yang direkat-sambungkan menggunakan lem PVC, selalu ada kemungkinan diantaranya yang bocor. Penyebabnya adalah karena rangkaian pipa sudah digunakan / diisi air sebelum rekatan lem PVC kering sempurna.
Kemungkinan bocor tersebut akan selalu pasti ada. Terutama pada bagian rangkaian pipa yang tempatnya sulit dilalui angin. Dan kebocoran pipa yang terjadi tempat seperti itu, biasanya berada pada tempat dengan ruang gerak sangat sempit sehingga menjadikan juga sulit untuk diperbaiki.
Bukankah memang demikian yang menjadi konsekuensi dari melakukan pekerjaan memasang pipa?
Menjadikan Knocked-down
Memang benar seperti itu konsekuensinya, dan bagi saya konsekuensi seperti itu cukup menjengkelkan karena menjadikan lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memperbaikinya.
Saya mencoba meng-akal-i kendala tersebut dengan menggunakan konsep teknik “knocked-down“. Teknik ini sering digunakan pada perangkat funitur agar menjadi lebih mudah proses pengiriman dari tempat penjual ke pembeli. Sedangkan, tujuan saya membuat rangkaian pipa menjadi knocked-down adalah agar bisa dibongkar-pasang sewaktu-waktu diinginkan. Baik itu dalam rangka memperbaiki kebocoran ataupun membuat jalur aliran air baru, bisa dikerjakan dengan lebih mudah tanpa membuang banyak bahan yang ada.
Teknik ini tidak rumit dipahami dan bisa diterapkan hanya dibagian tertentu saja maupun untuk keseluruhan rangkaian pipa. Kita hanya perlu memahami dasar cara menjadikannya knocked-down.
Ada lima perangkat pemipaan sebagai dasar untuk membuat instalasi pemipaan toren menjadi knocked-down :
Dari kelima perangkat pemipaan tersebut, hanya nomor 4 dan 5 yang paling jarang digunakan.
Mengubah Konvensional menjadi Knocked-down
Acuan atau pedoman yang saya gunakan dalam membuat rangkaian pipa knocked-down adalah setiap bagian pipa untuk aliran air yang masuk (inlet) dan keluar (outlet) harus bisa dibongkar-pasang. Artinya, di setiap bagian dari rangkaian pipa yang memiliki inlet dan outlet harus dipasangi water moor.
Misalnya :
- rangkaian pipa antara outlet meteran PDAM dengan inlet toren.
- rangkaian pipa antara outlet toren dengan inlet jaringan pipa ledeng dalam rumah.
Pada kedua gambar bisa kita lihat perbandingan antara pemipaan dengan teknik konvensional dengan knocked-down. Di setiap bagian inlet dan outlet dari kedua rangkaian pipa itulah water moor harus terpasang. Dengan begitu, seandainya ada rangkaian pipa yang hendak di modifikasi, kita tinggal melepaskan water moor yang terpasang mengawali dan mengakhiri rangkaian pipa tersebut.
Jika, kemudian, kita hendak memasang pompa di tengah rangkaian pipa no. 2 (outlet toren ~ inlet jaringan pipa ledeng dalam rumah), akan terjadi penambahan inlet-outlet baru pada pompa yang harus dipasangi water moor juga.
Gambar di bawah ini adalah skema pemipaan yang disajikan pada artikel Memasang Tangki Air di Rumah. Saya mencoba memperlihatkan bagaimana susunan rangkaian pipa antara sebelum dan setelah dijadikan knocked-down.
Jadi, dasar untuk menjadikan knocked-down adalah dengan memasang water moor di setiap inlet dan outlet rangkaian pipa.
Untuk rangkaian pipa yang berada di antara titik outlet dan titik inlet, jalur pipa yang membentuk siku 90° akan selalu diawali menggunakan sock-drat-luar dan di akhiri menggunakan knee-drat. Sedangkan rangkaian pipa yang lurus akan selalu diawali menggunakan sock-drat-luar dan di akhiri menggunakan sock-drat-luar juga.
Cara tersebut dapat memberikan kita kesempatan untuk membuat panjang setiap potong pipa memiliki ukuran yang semestinya. Dengan demikian, kondisi pipa yang terpasang nantinya menjadi “melengkung” dapat dihindari. Anda bisa melihat bagaimana perbandingan memasang pipa teknik konvensional dengan teknik knocked-down untuk menara toren sebagaimana diilustrasikan pada kedua gambar di bawah ini :
Instalasi dengan pipa panjang seperti contoh pada gambar sangat rawan membuat pipa melengkung. Jika salah satu / beberapa pipa dipotong 1 (satu) cm lebih panjang dari ukuran yang dibutuhkan, akan berdampak pada pipa di urutan sebelum dan sesudahnya menjadi melengkung. Kondisi pipa seperti itu akan memengaruhi kekuatan rangkaian di bagian sambungan antar pipa. Kemungkinan tersebut bisa dicegah, bahkan seandainya pun telah terangkai, akan lebih mudah diperbaiki jika menggunakan teknik knocked-down.
Pada penerapannya, tidak selalu dibutuhkan sepasang water moor untuk di setiap rangkaian pipa yang memiliki outlet dan inlet. Namun, berdasarkan yang saya alami, pemakaian hanya satu water moor pada satu rangkaian pipa, akan menambah lama waktu pekerjaan membongkar dan perbaikan bagian pipa yang rusak.
Instalasi pemipaan toren dengan menggunakan teknik knocked-down akan menjadikan biaya pembelian bahan menjadi membengkak sangat signifikan. Dengan perbandingan beda biaya lebih besar hampir 50%, penerapan teknik knocked-down terasa terlalu berlebihan untuk digunakan dalam instalasi pemipaan tangki air pada umumnya.
Benarkah seperti itu keadaannya?
Membandingkan Knocked-down vs Konvensional
Dibawah ini saya sajikan rangkaian foto menyambung potongan-potongan pipa menggunakan knee-tanpa-drat dengan knee-drat :
Dibutuhkan tambahan sock-drat-luar dan salotip pipa untuk membuat sambungan antar pipa menyiku dengan teknik knocked-down.
Demikian juga halnya untuk pemakaian water moor, dibutuhkan tambahan dua sock-drat-luar untuk membuatnya knocked-down :
Bisa dilihat perbandingannya jika menggunakan water moor tanpa drat :
Dilihat dari foto-foto di atas, penambahan bahan untuk membuat sambungan knocked-down sudah tentu membuat biaya yang dibutuhkan menjadi lebih besar. Sepintas memang terlihat berlebihan dan mubazir. Tapi, semua itu kembali tergantung dari kepentingan kita yang hendak membuat dan mengerjakannya.
Gambar berikut ini menyajikan perbandingan tindakan memperbaiki kebocoran pada sambungan antar pipa yang dipasang menggunakan knee tanpa drat vs knee-drat :
Kita bisa melihat perbedaan model sambungan dari keduanya. Asumsikan posisi kedua sambungan pipa pada gambar di atas diletakkan pada sudut dinding ruangan. Adalah model sambungan pada gambar sebelah kiri yang lebih mudah dibenahi saat terjadi kebocoran atau kerusakan pipa lainnya yang mungkin dapat terjadi.
Selain itu, teknik knocked-down akan mengurangi kemungkinan terjadi kebocoran pada sambungan pipa yang sudah di lem. Karena, semua tindakan me-lem sambungan pipa dikerjakan di ruang terbuka dan berangin yang membuat lem lebih mudah cepat mengering. Itu yang terpenting.
Berapa pun banyak lem yang dibalurkan, tidak akan menjadikannya pasti tidak bocor jika proses pengeringannya tidak berlangsung dengan sempurna.
Jadi?
Ide menjadikan rangkaian pipa knocked-down bukanlah cerita baru. Merangkai pipa menggunakan teknik konvensional tetap lebih digemari karena biaya yang dibutuhkan untuk mengerjakannya jauh lebih murah.
Saya cenderung menyukai teknik knocked-down karena dapat dikerjakan sendiri di tempat terpisah. Tidak harus dikerjakan di lokasi yang sebenarnya. Dengan begitu, selama proses pengerjaan merangkai pipa, bisa berlangsung dengan santai dan se-sempat-nya saja.
Ketika semuanya rangkaian telah selesai dibuat, pemasangan di lokasi sebenarnya tidak akan memakan waktu lama. Kemungkinan terjadi bocor, paling sering terjadi di bagian ulir sambungan. Mengatasinya cukup dengan menambah balutan salotip pipa di bagian ulir sambungan saja.
Seiring waktu berjalan, saya mendapatkan bahwa teknik knocked-down membuat kondisi rangkaian pipa lebih mudah untuk dimodifikasi. Seperti, misalnya, ketika hendak menambah satu / beberapa unit toren untuk digabungkan bersama dengan yang sudah ada. Rangkaian pipa yang sudah terpasang bisa dibongkar untuk disesuaikan mengikuti perubahan yang terjadi.
Cerita menjadikan knocked-down di atas adalah deskripsi untuk diterapkan secara keseluruhan dari rangkaian pipa yang ada. Dalam prakteknya, tidak harus selalu diterapkan seperti itu. Tergantung sejauh mana kepentingan dan budget yang kita miliki saja.
Kita bisa hanya memasang water moor di satu bagian inlet-outlet saja, dengan sisa seluruh rangkaian yang ada menggunakan cara konvensional. Atau, cukup di bagian rangkaian pipa yang sulit “dijamah” dan sering mengalami masalah. Yang penting, kita tidak mengalami kesulitan untuk memperbaikinya jika terjadi masalah.
Semoga bermanfaat! ☺
Untuk pemipaan toren knock down, Doble nepel fungsinya untuk bagian mana? Soalnya digambar tidak ada..trims
Di rmh sy airnya suka mati hidup, sementara mesin pompa tetap nyala( seperti ngempos gitu) setelah 1 bln berfungsi dgn baik.
Kondisi toren:
1. Elevasi toren dgn pompa = 7 m
2. Jarak toren ke mesin = 18 m
3. Jarak mesin ke pantekan jetpam= 7 m
Air baru sampai ke toren bila saklar sy mati hidupkan
Saklar nyala, air ngalir sekitar 5n mnt. Lalu air mati/tdk sampai ke toren. Mhn petunjuk, apakaj dgn memperpang pipa inlet sampi 20 cm dari dadar toren bs membantu agar air tetap mengalir k toren
Apakah anda menggunakan lubang di dasar toren sebagai jalur inlet?