Meskipun tidak ada default (ketentuan baku) dimana kipas BBT harus dipasang, ada perbedaan dari efek hembusan udara yang dihasilkan berdasarkan letak dimana kipas BBT diposisikan. Penerimaan sebaran angin dengan kekuatan yang tidak sama, akan menghasilkan efek suasana gerah dalam ruangan.

Awalnya, saya mengganggap pemikiran tersebut “agak” terlalu berlebihan. Hanya perbedaan jarak 0,5 meter cenderung mengarah ke salah satu sudut ruangan, bisa memengaruhi efek sensasi sejuk yang cukup significant? Namun, memang demikian realitanya setelah posisi peletakkan kipas dipindahkan tepat ke bagian tengah ruangan.

Dugaan saya, sensasi sejuk akan benar terasa ketika seluruh bagian ruangan terkena efek hembusan udara secara bersamaan. Mungkin, memposisikan kipas di bagian tengah ruangan membuat aliran perputaran udara di seluruh ruangan bergerak bersama-sama, termasuk udara lembab yang terkandung di dalamnya. Sehingga meminimalkan kemungkinan terbentuknya udara lembab terkumpul di satu lokasi dalam waktu relatif lama.

Di bawah ini saya sertakan denah sederhana dari beberapa eksperimen posisi peletakkan kipas yang telah saya coba untuk memperoleh sebaran angin dengan hasil sensasi sejuk secara maksimal.

Pada gambar, terdapat dua model dasar ruangan : bujursangkar dan empat persegi panjang. Titik berwarna hitam, menunjuk pada posisi peletakan kipas dengan sebaran angin relatif lebih merata dalam ruangan. Sedangkan titik berwarna merah sebaliknya.

Intinya, posisi kipas BBT diusahakan berada tepat di tengah antara dua dinding yang sejajar. Tidak masalah untuk diposisikan cenderung ke bagian depan atau belakang ruangan, yang penting harus berada di tengah dari dua dinding samping yang sejajar. Atau, dapat juga dikerjakan sebaliknya, yaitu di tengah antara bagian depan dan belakang ruangan namun cenderung ke sisi samping kiri atau kanan dari ruangan.

Posisi terbaik memang berada tepat di tengah-tengah antara bagian depan dan belakang, serta samping kiri dan kanan. Namun, tidak selamanya kita dapat menaruh kipas di titik itu karena biasanya posisi itu telah ditempati oleh lampu. Dalam kasus ini, saya cenderung untuk “mengalah”-kan posisi kipas daripada lampu ruangan. Karena kebutuhan lebih penting terletak pada kenyamanan organ mata sebagai sarana selama beraktivitas.

Pada kasus ruangan yang memiliki luas berbeda akibat dibatasi dinding ruangan, maka pertimbangan pertama untuk meletakkan kipas adalah di tempat yang menghasilkan bayang-bayang putaran baling-baling paling samar dari sinar lampu. Baru kemudian ditentukan area terluas dari ruangan tersebut yang memiliki dinding sejajar. Walau pun beberapa bagian sudut ruangan tidak terkena efek langsung dari perputaran udara, kondisi udara akan tetap bergerak (meski lambat), karena masih berada dalam ruangan yang sama.

Di bawah ini adalah gambar sederhana untuk penempatan posisi kipas dalam sebuah rumah.

Ada dua posisi dimana kipas dapat diletakkan, yaitu posisi nomor 1 hanya dengan satu unit kipas dan posisi nomor 2 dengan dua unit kipas. Kedua posisi tersebut tidak mutlak dapat menghasilkan kondisi perputaran udara secara maksimal, karena keberadaan interior ruangan juga turut memengaruhi kelancaran perputaran udara. Namun, dengan asumsi kondisi ruangan tidak terlalu padat, maka kedua posisi tersebut bisa digunakan untuk menghasilkan perputaran udara secara maksimal.

Anda perlu mencoba untuk menentukan beberapa posisi lokasi kipas terbaik yang disesuaikan dengan keberadaan interior ruangan sebelum memutuskan membuat jalur kabel permanen. Gunakan panjangan stopkontak dengan beberapa sekrup tanda-tanya sebagai sarana mempermudah menggantung kabel di bagian atas ruangan (plafond rumah) selama melakukan pencarian dan penge-test-an lokasi. Biarkan kipas beroperasi selama beberapa hari di setiap lokasi penge-test-an. Setelah ditemukan lokasi yang paling sesuai, silakan membuat jalur kabel permanen untuk mengakomodasi kebutuhan kipas di posisi tersebut.

Selamat mencoba! 🙂

Next article : Memvariasikan hembusan udara