Konsep yang mendasari dari mempertahankan sensasi sejuk dalam ruangan adalah mencegah / menghindari bagian rumah ter-dingin dari hawa panas selama mungkin pada saat matahari bersinar. Bagian terdingin tersebut, pada umumnya, terletak di bagian fondasi rumah. Jika unsur dingin di bagian fondasi ini dapat dipertahankan dengan meminimalisir pengaruh hawa panas yang dihasilkan dari cahaya matahari, maka akan dapat digunakan sebagai sumber / penghasil hawa dingin secara alami di dalam rumah.

Faktor fondasi rumah

Pemahaman saya sebelumnya mengenai keberadaan udara panas dalam rumah adalah murni disebabkan oleh udara panas dari luar yang masuk ke dalam rumah. Setelah diperhatikan lebih jauh, ternyata, ada faktor pendukung lain yang menjadi penyebab udara di dalam rumah menjadi panas, yaitu fondasi rumah.

Cahaya matahari akan menghasilkan panas saat terkena permukaan objek / benda tertentu, termasuk tanah. Meningkatnya suhu permukaan tanah di luar rumah akan merayap dan memengaruhi kondisi sekitarnya. Sehingga, walau pun letak fondasi terhalang oleh atap dan dinding rumah, panas yang terjadi pada permukaan di sekitar rumah akan terserap.

Fondasi rumah yang terbuat dari semen dan besi beton, akan lebih mudah menyerap perubahan suhu (terutama panas) dari sekitarnya dibanding bahan kayu. Sehingga menjadi sebuah hal yang wajar seandainya suhu ruangan tetap terasa panas saat malam hari setelah melalui kondisi terik sepanjang siang pada rumah berfondasi semen dan beton.

Teknik yang saya ketahui untuk melindungi fondasi rumah dari kondisi seperti itu adalah dengan membuat batas berbentuk parit se-dalam 30cm s/d 50 cm antara fondasi di dalam dengan fondasi di luar rumah. Bagian dalam parit tersebut dilapisi dengan sejenis lembaran aluminium foil khusus untuk menghalangi rambatan hawa panas dari area sekitar fondasi luar rumah yang terkena cahaya matahari langsung.

Apakah teknik pembuatan fondasi rumah yang demikian juga diterapkan di mayoritas rumah siap huni? Saya rasa tidak. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Keuntungan dan daya saing dari harga atas penjualan rumah yang diharapkan pengembang, merupakan faktor utamanya. Lalu, adakah solusi lain untuk mengatasi atau, mungkin, bisa meminimalkan pengaruh panas yang dihasilkan di sekitar fondasi rumah?

Alternatif melindungi fondasi rumah dari rambatan hawa panas

Saya mendapatkan salah satu cara untuk menghambat rambatan hawa panas pada fondasi rumah dengan tidak sengaja selama melakukan perawatan tanaman di pekarangan rumah. Memasang paranet yang semula ditujukan untuk melindungi tanaman dari cahaya matahari langsung, ternyata, juga berdampak meredam panas pada permukaan di sekitar fondasi rumah. Walau pun akhirnya membuat suasana halaman “terasa lebih” gelap, cara ini lebih murah dan mudah daripada membongkar dan membuat parit di sekitar fondasi rumah.

Saya menggunakan paranet dengan tingkat kerapatan cukup tinggi sehingga hanya 60%-75% saja cahaya matahari yang dapat menerpa permukaan tanah di seluruh pekarangan rumah.

Dengan cara tersebut, suhu dalam rumah dapat dikurangi hingga 2°Celcius lebih rendah daripada sebelum paranet dipasang. Namun, setelah itu, muncul permasalahan baru.

Agar terjadi pergerakan di dalam rumah, dibutuhkan pasokan udara segar dari luar untuk masuk ke dalam rumah. Sehingga, jalur ventilasi ruangan tetap harus dalam kondisi terbuka. Permukaan area di luar rumah yang tidak tertutup paranet, tetap menghasilkan udara panas lebih tinggi dan akan bercampur serta turut masuk ke dalam rumah melalui jalur ventilasi tersebut.

Saat udara panas dari luar masuk ke dalam rumah, terjadi pertemuan udara dengan perbedaan tingkat suhu yang cukup tinggi. Hal ini akan menciptakan proses dan menaikkan tingkat kelembaban udara. Sehingga, walau pun suhu dapat diturunkan hingga 2°Celcius, udara di dalam rumah akan terasa sangat panas akibat tingginya tingkat kelembaban. Kondisi rasa panas yang demikian yang sering disebut dengan istilah “Realfeel”.

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana caranya agar kita dapat membatasi bagian dari udara segar ber-suhu rendah saja yang masuk ke dalam rumah dan meninggalkan bagian udara segar ber-suhu tinggi untuk tetap berada di luar rumah?

Sebuah pertanyaan dari pemikiran yang “konyol”, namun memang kondisi seperti itu yang di butuhkan. Kita tidak dapat memilah udara berdasarkan suhu-nya, tetapi kita dapat mengurangi tingkat kecepatan laju udara dari luar untuk masuk ke dalam rumah. Apa bedanya?

Memperlambat laju masuk udara dari luar rumah

Menghambat / memperlambat laju masuk udara dari luar rumah akan membuat bagian udara ber-suhu rendah terpisah dengan udara ber-suhu tinggi beberapa saat setelah berada di dalam ruangan. Kita dapat membuat jalur ventilasi udara di plafon untuk mengalirkan udara panas naik ke area bagian atas plafon rumah dan membiarkan udara dingin tetap merayap masuk ke bagian rumah ter-dalam.

Cara yang saya kerjakan untuk memperlambat udara dari luar dapat bergerak masuk ke dalam rumah dengan bebas adalah dengan menambahkan jalusi di bagian pintu besi (teralis) rumah. Keadaannya menjadi mirip dengan pintu rumah berjalusi. Jadi, pintu utama yang terbuat dari kayu tetap seperti sedia kala (tidak diganti / modifikasi). Di bawah ini adalah gambar pintu teralis yang diberi tambahan jalusi di bagian luar-nya.

Sirip-sirip jalusi pada pintu teralis ini menggunakan bahan lembaran plastik keras (atau dapat juga lembaran fiber) yang biasa digunakan menghalangi pandangan dari luar pagar rumah. Agar potongan plastik keras ini tidak melengkung / tetap rata saat dan setelah di pasang, di setiap sisi dilekatkan potongan kawat ikat no. 10 sebagai rangka. Potongan kawat ikat ini dapat dilekatkan dengan menggunakan kawat loket, kawat ikat beton atau “lem korea”.

Disini, saya menggunakan gabungan kawat loket (besar lubang 1 cm) untuk melekatkan potongan kawat ikat no. 10 di setiap bagian sisi sirip plastik tersebut. Secara faktor kekuatan, sudah pasti lebih kuat di banding dengan hanya menggunakan kawat ikat beton atau lem korea saja. Tetapi, dalam pengerjaannya jauh lebih sulit. Namun, alasan utamanya bukan masalah kekuatan, tetapi karena masih ada sisa gulungan kawat loket di rumah yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Untuk dipasangkan pada pintu teralis, kawat ikat no. 10 yang sudah terpasang (menjadi rangka) potongan plastik keras tersebut diikatkan pada besi teralis pintu menggunakan kawat ikat beton. Hanya satu sisi dari potongan plastik keras saja yang diikatkan pada pintu teralis.

Sedangkan untuk membuat kemiringan sirip-sirip plastik, menggunakan kawat ikat no. 16 sebagai penopang bagian bawah sirip plastik ke bagian atas sirip plastik di bawahnya.

Dengan cara seperti ini, seandainya kondisi udara di luar rumah cukup ekstrim (panas / dingin), saya masih memiliki perangkat untuk dijadikan penghalang, yaitu pintu utama guna mencegah sepenuhnya udara dari luar untuk masuk ke dalam rumah. Di samping itu, dengan terpasangnya jalusi, kondisi udara yang dihasilkan untuk masuk ke dalam rumah menjadi lebih stabil. Pengaruh hawa (panas / dingin) dan angin kencang, dapat ditekan sesuai tingkat kemiringan jalusi.

Lembar plastik keras yang saya gunakan berwarna “putih susu”, sehingga pandangan dari dalam dan luar sisi pintu menjadi terhalang / buram. Tujuannya adalah agar pintu utama tetap dapat terbuka selama 24 jam. Sehingga, udara segar dapat secara konstan masuk ke dalam rumah selama 24 jam sehari. Disamping itu, tak seorang pun di luar rumah yang dapat mengetahui apakah sedang ada penghuni atau tidak di dalam rumah (baik siang mau pun malam hari).

Memaksimalkan keberadaan kipas angin

Namun demikian, walau dengan tambahan keberadaan jalusi di area pintu rumah, tidak semua bagian udara ber-suhu panas dapat ter-saring saat memasuki ruangan. Masih ada sebagian dari mereka yang tetap “memaksa” masuk ke dalam rumah. Untuk mengakomodir udara panas tersebut agar dapat teralirkan keluar ruangan dengan cepat, saya membuat lubang ventilasi di setiap sudut bagian plafon rumah. Ukuran lubang ventilasi rata-rata berkisar antara (p x l) 45cm x 35cm. Total lubang ventilasi yang ada di seluruh bagian rumah adalah sebanyak 13 buah.

Semua faktor pendukung untuk mempertahankan sensasi sejuk dalam ruangan ini (paranet, pintu berjalusi dan ventilasi pada plafon) bisa berfungsi dengan baik seandainya kondisi angin di luar rumah bertiup dengan cukup kuat dan konstan. Jadi, harus ada faktor yang mendorong udara dari luar masuk ke dalam rumah, hingga akhirnya membuat udara lama dalam rumah terdorong keluar melalui lubang ventilasi pada plafon. Tanpa adanya angin di luar rumah, semua itu dapat dikatakan tidak ada gunanya.

Kita tidak dapat berharap angin di luar akan bertiup cukup kuat selamanya sepanjang dan setiap hari agar bisa tercipta pergerakan udara di dalam rumah. Kita memang tidak dapat mengatur pergerakan udara di luar rumah, namun kita dapat melakukan hal itu di dalam rumah dengan menggunakan kipas angin.

Dalam hal ini, kondisinya disesuaikan yang semula diharapkan udara dari luar akan “mendorong” masuk dan menggerakkan udara di dalam rumah, menjadi udara di luar “ter-tarik” masuk ke dalam rumah akibat pergerakan udara yang terjadi di dalam rumah oleh kipas angin.

Dengan demikian, pergantian udara di dalam rumah akan tetap berlangsung dan terjadi secara konstan dalam segala kondisi cuaca apa pun selama kipas angin dioperasikan.

Oleh sebab itulah, saya cenderung mem-fokus-kan pembahasan mengenai membentuk sirkulasi udara dalam rumah ini pada keberadaan kipas angin (kipas BBT) yang harus terpasang di dalam rumah. Selain itu, saya melihat, jika kipas BBT telah terpasang terlebih dulu di dalam rumah, ada kemungkinan yang cukup besar untuk tidak perlu melakukan banyak modifikasi atau membuat lubang ventilasi baru dalam rumah.

Karena, bisa saja faktor pendukung sirkulasi udara yang diperlukan di sebuah rumah telah tersedia. Namun, tidak berfungsi dengan maksimal akibat kurangnya pergerakan udara di dalam rumah.

Pemasangan kipas angin di bagian atas plafon rumah, memegang peran penting saat kondisi cuaca sangat panas. Anda dapat menggunakan kipas angin dengan model apa pun berkekuatan sedang untuk diletakkan di bagian rumah yang satu ini. Hal terpenting adalah kipas angin diposisikan untuk dapat menggerakkan udara di hampir seluruh area tersebut. Cara ini akan memaksa udara yang beredar di sana akan tetap mengalami perubahan dan kondisi tersebut akan menarik udara di bagian bawah ruangan melalui lubang ventilasi pada plafon.

Sedia payung sebelum hujan…?

Jika memang kipas angin merupakan faktor penentu terbesar dari terbentuknya sirkulasi udara dan sensasi rasa sejuk dalam rumah, lalu apa gunanya tindakan mempertahankan fondasi rumah agar tetap dingin?

Saat kondisi cuaca panas di luar rumah sangat ekstrim, satu-satunya yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan sensasi sejuk dalam ruangan tanpa AC adalah dengan mengandalkan fungsi kipas angin ditambah hawa dingin yang dihasilkan oleh fondasi rumah. Hawa dingin dari fondasi rumah, dapat digunakan untuk memperlambat rambatan dan sebaran hawa panas pada dinding yang dihasilkan panas matahari melalui atap / genting rumah.

Sehingga, walau pun dengan kondisi ventilasi ruangan tertutup rapat, masih ada sumber penghasil hawa dingin di dalam rumah. Kipas angin akan membantu menyebarkan hawa dingin yang dihasilkan oleh fondasi dan dinding rumah tersebut ke seluruh ruangan. Cara ini cukup efektif untuk bisa menekan hawa panas di siang hari. Namun demikian, saat sore setelah matahari terbenam, hawa dalam ruangan akan terasa gerah karena turunnya suhu udara di luar rumah. Ketidakberadaan sinar matahari akan menurunkan suhu pada bagian atap rumah dengan sangat cepat dan hal tersebut berdampak memperlambat gerak aliran udara di dalam rumah.

Pada kondisi seperti itu, ventilasi udara di yang terdapat dalam ruangan (jendela / pintu) perlu di buka agar udara dari luar rumah dapat mengalir masuk. Tindakan tersebut akan menormalkan “rasa” udara di dalam rumah yang agak pengap. Dengan demikian, perlu diperhatikan juga kondisi ventilasi dalam ruangan agar memiliki kemudahan untuk bisa di buka-tutup mengikuti kondisi cuaca yang sedang terjadi di luar rumah.

Kipas angin tetap diperlukan dalam kondisi menyala agar pengantian udara bisa berlangsung lebih cepat. Jadi, biar bagaimanapun juga, tetap dibutuhkan peran kipas angin. Baik untuk proses menjaga rasa suhu dan penggantian udara di dalam rumah. Itu sebab perlunya memperhitungkan pemakaian model kipas angin yang mampu menggerakkan udara ke seluruh bagian ruangan secara merata.

Berurusan dengan cuaca / alam, bukanlah sesuatu hal yang dapat di terka dan pasti terjadi. Seandainya ada faktor yang bisa dipersiapkan untuk mengantisipasi salah satu kemungkinan, lebih baik faktor tersebut di usahakan keberadaannya. Walau, pada realitanya, perilaku alam biasa terjadi mendahului di luar batas perkiraan yang telah kita pikirkan sebelumnya. Namun, jika kita bisa dan telah mempersiapkan kebutuhan dasar untuk mengantisipasinya, maka kita memiliki pandangan dan pemahaman yang lebih baik di saat semua kemungkinan tersebut terjadi.

Di rumah saya saat ini, dengan menggunakan kipas BBT di bagian dalam ruangan dan area di atas plafon, walau pun kondisi ventilasi di bagian pintu / jendela rumah tertutup rapat, sensasi sejuk dalam ruangan akan tetap terasa. Banyaknya jumlah ventilasi udara di bagian plafon rumah, turut berperan untuk membuat pergantian udara di dalam ruangan tetap berlangsung dengan “cukup” normal.

Dan, tentu saja, dalam kondisi cuaca panas pada umumnya, udara yang masuk dari bagian pintu dan jendela tetap menghasilkan efek sejuk yang jauh lebih baik, dibanding hanya mengandalkan hawa dingin dari fondasi rumah.

Semoga bermanfaat! 🙂