Sudah cukup lama saya berkeinginan untuk memiliki Font milik pribadi guna menstandarkan pemakaian model/karakter huruf yang ditampilkan di blog. Namun tidak mengetahui darimana untuk memulainya. Setelah cukup lama menghilang, keinginan itu kembali muncul di sela-sela waktu saya mempelajari Inkscape.
Kepentingan pemakaian font untuk nge-blog yang saya butuhkan sangatlah sederhana. Hanya sebatas untuk penulisan judul dan keterangan pada gambar atau foto yang dipublikasikan di blog. Sebenarnya, kepentingan seperti itu sudah bisa teratasi dengan baik menggunakan font gratisan bawaan sistem operasi. Permasalahannya, beberapa kali saya mengalami kalau font-font yang sebelumnya sering digunakan menghilang hampir setiap kali ketika setelah upgrade sistem operasi dikerjakan.
Tidak banyak model font gratisan yang cukup fleksibel menyesuaikan berbagai tema gambar/foto untuk dijadikan judul/pengantar dari gambar/foto itu sendiri. Model font yang tidak sesuai dengan tema gambar/foto, akan menampakkan kesan “norak” meskipun tema dan kualitas foto/gambar yang disajikan sangat bagus.
Nah… dikisaran awal bulan ini (Agustus 2021), saya iseng mendesain serangkaian model huruf untuk alternatif tampilan pada banner di blog ini.
Begini jadinya :
Tapi…, keterusan dan berlanjut melengkapi menjadi satu set seri alphabet…
Niatannya hendak menjadikan rangkaian seri font tersebut sebagai dasar untuk dijadikan satu file font ber-ekstensi *.ttf dengan menggunakan jasa website pembuat file font secara gratis yang ada di internet.
Membuat File Font secara Online vs Offline…
Saya mendapatkan tautan ini saat sedang melakukan pencarian menggunakan Google untuk mempelajari cara membuat file font menggunakan Inkscape.
Kira-kira, begini rangkuman uraiannya untuk membuat file font setelah proses pengolahan gambar setiap karakter selesai dikerjakan menggunakan Inkscape :
Setiap huruf dan karakter terlebih dulu dibuatkan file grafis ber-ekstensi *.png . Sehingga, minimal ada 26 file gambar huruf ber-ekstensi *.png yang harus di buat dan kemudian di upload ke internet. Setelah semua file selesai di upload, setiap gambar huruf diatur berdasarkan abjad yang mewakilinya. Jika semua karakter huruf sudah selesai di identifikasi berdasarkan abjad-nya, maka tindakan selanjutnya adalah proses pembuatan file *.ttf. Begitu proses pembuatan file font (*.ttf) selesai, hasilnya bisa langsung di-download dan di-install pada komputer milik kita.
Seperti itu pemahaman informasi yang saya dapatkan mengenai cara membuat file font ber-ekstensi *.ttf menggunakan jasa website pembuat file font di internet.
Gampang ya…?
Semua itu gratis. Tidak dipungut biaya sepeser pun.
Namun, niat tersebut saya urungkan beberapa saat setelah baru menyelesaikan membuat 3 (tiga) file gambar karakter *.png dari 85 file yang hendak di-upload.
Meng-upload sebanyak 85 file ke internet bukanlah cerita pekerjaan yang terjamin bisa diselesaikan hanya dengan sekali jalan. Hal berikutnya yang cukup memberatkan bagi saya adalah semua pekerjaan setting gambar harus dikerjakan secara online.
Kemudian, saya kembali melakukan pencarian di Google untuk mendapatkan alternatif cara membuat file font… dan tautan berikut ini yang didapat.
Penjelasan di artikel tersebut cenderung pada pembahasan tentang meng-kolaborasikan Inkscape dengan software FontForge guna menghasilkan file font secara offline. Kebetulan, software FontForge tersedia gratis di pustaka software Linux Manjaro yang terinstall di laptop saya. Tanpa perlu menunggu lama, saya segera meng-install-nya.
Selesai install dan dipraktekkan, ternyata… membuat file font itu tidaklah semudah yang sebelumnya saya bayangkan… hahahaha….
Tidak salah rupanya keputusan saya mengurungkan niat untuk membuat file font secara online… Apalagi karakter yang hendak dijadikan bahan file font berupa rangkaian huruf alphabet lengkap (huruf kapital dan huruf kecil) disertai tanda baca. Sangat berbeda situasinya dan akan lebih mudah prosesnya jika bahan file font yang hendak dibuat hanya terdiri dari huruf kapital saja.
Setelah tiga hari berkutat di depan laptop, akhirnya saya bisa juga kesampaian memiliki satu file font untuk pertama kalinya. Tentu saja hasilnya masih sangat jauh dari kategori “layak pakai” dibanding file-file font yang sudah banyak beredar pada umumnya. Lagipula, pembelajaran masih berfokus pada cara menggunakan FontForge dengan benar.
Cara singkat Membuat File Font menggunakan FontForge…
Dalam FontForge itu sendiri sudah tersedia fitur-fitur untuk membuat rangkaian gambar karakter. Namun, menurut saya, lebih mudah jika semua pekerjaan tersebut dilakukan dengan menggunakan Inkscape atau Adobe Illustrator atau software apapun lainnya yang memang diperuntukkan pada kepentingan pengolahan gambar tipe vektor. Atau, cara yang lebih mudah dan relatif lebih singkat adalah meng-ekstrak gambar karakter alphabet yang tersedia gratis di internet khusus untuk pemakaian personal non-komersial.
Gambar : Tangkapan Layar FontForge dari file *.SVG.
Meng-kolaborasikan Inkscape dengan FontForge untuk membuat file font, bisa dilalui dengan dua cara :
- Meng copy-paste setiap karakter gambar huruf dari Inkscape ke FontForge
- Menggunakan file perantara *.SVG yang ditujukan untuk mempersiapkan dalam membuat file font.
Saya pakai cara kedua, karena memang sudah terlanjur berkubang dalam lingkungan Inkscape. Sehingga ada dua file *.SVG yang dibuat, yaitu :
- file utama yang berisi rancangan asli dari semua gambar karakter
- file perantara yang berisi hasil akhir gambar-gambar karakter dari file utama yang nantinya akan dibaca FontForge.
File perantara tersebut bisa langsung dibuka menggunakan FontForge sebagaimana terlihat pada gambar tangkapan layar di atas. Kemudian, dilakukan penyesuaian jarak antar karakter.
Fitur pengaturan jarak ini, dapat diakses melalui menu Metrics.
Sayangnya, saya belum mendapatkan cara untuk membuat auto rata Baseline pada menu Metrics ini. Sehingga, pengaturan rata-horisontal setiap karakter harus dikerjakan secara manual.
Sedangkan pengaturan jarak secara horisontal, tersedia beberapa fitur untuk mengerjakannya. Supaya lebih mempercepat pengaturan jarak antar karakter, kita bisa mem-blok beberapa karakter sekaligus :
Kemudian pilih Metrics->Auto Width… default jarak yang tersedia nampak di layar laptop saya adalah 154. Saya menggantinya dengan nilai 100. Setelah klik tombol Ok, kita bisa melihat tampilannya dengan cara klik-kiri salah satu karakter yang sebelumnya di blok -> klik kanan dan pilih menu teratas, yaitu New Outline Window.
Agar setiap karakter berada di posisi tengah, pilih Metrics->Center in Width … dan jika kita menghendaki agar posisi setiap karakter lebih rapat ke kiri, pilih Metrics->Third in Width.
Untuk melihat kesetaraan jarak antar karakter sebagaimana yang telah kita kerjakan, pilih menu Metrics->New Metrics Window
Setelah semua pengaturan selesai dikerjakan dan disimpan menggunakan menu File->Save…, lanjutkan dengan proses File->Generate Font… pilih jenis file ber-ekstensi *.ttf . Tidak sampai dua detik untuk menyelesaikan proses pembuatan file *.ttf tersebut. Selanjutnya, file font diinstall dan bisa kita pakai sebagaimana font yang ada pada umumnya.
Secara garis besar, cuma itu proses tahapan cara membuat file font dengan menggunakan FontForge.
Sangat mudah!
Namun lewat beberapa waktu kemudian, perasaan puas dan menyenangkan dari keberhasilan membuat file font itu perlahan sirna. Terutama setelah berulangkali menyaksikan hasil ketikkan kata-kata yang mengandung karakter huruf F, T, f dan j memiliki perbedaan jarak antar karakter lebih lebar dibanding huruf lainnya.
Adakah cara untuk mengatasi perbedaan lebar jarak antar karakter yang dimiliki oleh huruf F, T, f dan j?
Kerning dan Ligature
Selain pengaturan jarak seluruh karakter secara umum, ada beberapa karakter huruf yang sifatnya spesial seperti yang saya nyatakan sebelumnya, yaitu : F, T, f dan j. Keempat karakter huruf tersebut butuh penanganan tambahan supaya nampak alami saat dipakai berdampingan dengan huruf yang mengikuti sebelum maupun sesudahnya.
FontForge menyediakan fitur yang dinamakan kerning, yang mana bisa kita pakai untuk membuat aturan perilaku yang bakal dikenakan atas pemakaian keempat karakter huruf tersebut. Sehingga, saat font digunakan pada software pengolah kata atau software pengolah gambar, aturan perilaku ini otomatis menjadi acuan oleh software-software tersebut. Dengan demikian, setiap kali salah satu keempat karakter huruf diketikkan di antara karakter huruf dalam sebuah kata, tampilannya akan mengikuti aturan sebagaimana yang telah kita buat.
Gambar : Tangkapan Layar fitur Kerning
Disamping Kerning, fitur lainnya yang digunakan menjadikan dua karakter tampil natural adalah ligature.
Gambar : Tangkapan Layar fitur Ligature
Kalau diartikan secara sederhana fitur Ligature ini mirip dengan Kerning, yaitu memosisikan jarak antar dua karakter menjadi tampil natural. Namun secara penerapannya fitur Kerning tidak mengubah model awal dari kedua karakter. Contohnya seperti huruf F dan a pada gambar tangkapan layar di atas. Sedangkan fitur Ligature ditujukan untuk menjadikan dua (atau tiga) model karakter menjadi satu kesatuan model karakter. Umumnya, fitur Ligature digunakan pada karakter huruf f dan karakter huruf yang mengikutinya (f + i (fi), f + f (ff), f + f + i (ffi) dan lainnya).
Namun, semua itu kembali pada model karakter huruf yang dibuat. Sebagai contoh adalah model font di atas yang menjadikan tampilan rangkaian huruf fi, ff dan ffi tetap terlihat natural tanpa menggunakan Ligature. Sehingga saya tidak perlu secara sengaja membuat Ligature untuk ketiga rangkaian karakter tersebut.
Pada intinya, fitur Ligature bertujuan untuk menangani keunikan model karakter yang sekiranya perlu dibuat agar karakter dapat ditampilkan mendekati natural.
Misalnya, seperti pasangan karakter F + i (Fi) di bawah ini :
Kemudian, saya gunakan fitur Ligature agar kedua karakter tersebut nampak lebih rapat saat diketikkan :
Jadi, setiap kali pengetikan yang diawali karakter huruf F dilanjutkan dengan huruf i, maka model tampilan huruf i otomatis berubah. Yaitu, tanpa disertai titik di atasnya. Sedangkan pada pengetikan huruf i setelah karakter huruf selain F, akan tampil sebagaimana model dasarnya.
Perlu-tidaknya Kerning dan Ligature…
Penggunaan fitur Kerning dan Ligature bukanlah bagian yang wajib untuk dikerjakan. Kita bahkan dapat sama sekali mengabaikannya, terlebih jika karakter gambar huruf yang hendak dijadikan file font hanya huruf kapital. Tidak ada jarak antar karakter yang membutuhkan penanganan tambahan yang menggunakan fitur Kerning dan Ligature file font dengan huruf kapital. Cukup dengan menyesuaikan jarak pada karakter huruf I, J, M dan W.
Kalau kepentingannya hanya sekadar untuk penulisan judul dan pengantar pada gambar/foto, bisa dibilang pemakaian fitur Kerning dan Ligature tidak banyak berdampak.
Namun jika kita menghendaki satu file font dengan minimum standar layak pakai, pemahaman cara menggunakan fitur Kerning dan Ligature merupakan satu keharusan.
Dengan demikian, hanya ada tiga tahapan utama yang perlu dikerjakan untuk membuat file font yang berisi karakter gambar huruf kapital saja :
- memindahkan gambar setiap karakter ke FontForge
- mengerjakan pengaturan jarak antar karakter
- menjadikan semua pekerjaan menjadi satu file font
Sedangkan untuk membuat file font dengan karakter gambar dalam format alphabet yang lebih lengkap, dibutuhkan lima tahapan, yaitu :
- memindahkan gambar setiap karakter ke FontForge
- mengerjakan pengaturan jarak antar karakter
- membuat aturan untuk pemakaian karakter tertentu (kerning)
- mengkompilasi aturan menjadi satu karakter unik (ligature)
- menjadikan semua pekerjaan menjadi satu file font
Detail pengerjaan fitur Kerning dan Ligature, bisa Anda temukan di youtube. Banyak video yang menerangkan dengan sangat baik dan jelas setiap langkah yang perlu dilalui. Penjelasan di artikel ini saya fokuskan pada jalur utama yang harus dikerjakan untuk membuat file font pada level standar minimum layak pakai saja.
Kapasitas kemampuan FontForge mengembangkan File Font…
Sepintas pemahaman saya selama beberapa hari membuat file font, FontForge mirip dengan work benched software untuk membuat file executable yang terkait dengan seni karakter bentuk huruf. Layaknya software development untuk membuat file *.exe dari bahasa pemrograman komputer seperti C, Pascal, Fortran dsb.
Disamping fitur kerning dan ligature, terdapat berbagai fitur lain yang berfungsi untuk menangani perilaku pemakaian dari berbagai model karakter huruf yang ada dan dipakai didunia saat ini.
Jadi, penggunaan FontForge sangatlah luas. Tidak terbatas hanya untuk kepentingan menangani karakter huruf Latin sebagaimana yang saya kerjakan saja. Bisa juga untuk menangani pemakaian perilaku karakter huruf Kanji, Arabic, Hebrew, Russia dsb.
Prioritas kepentingan membuat File Font Sendiri…
Ketika jumlah gambar di blog ini hampir setara dengan jumlah artikel yang dipublikasikan, terlintas di pikiran saya agar sebaiknya mulai menentukan font untuk dijadikan standar dalam penulisan judul dan pengantar di setiap gambar/foto yang nantinya dipublikasikan. Sehingga selalu ada kepastian untuk menggunakan model huruf yang sama untuk keperluan tersebut dikemudian hari.
Sebelumnya, saya telah mencoba menggunakan cara manual dan merasakan bagaimana repotnya menyusun semua huruf untuk penulisan nama dan slogan blog ini tanpa menggunakan file font. Jika tindakan seperti itu harus dikerjakan pada setiap gambar/foto yang hendak dipublikasikan, maka akan banyak waktu terbuang sia-sia. Menyusun huruf demi huruf untuk dijadikan kata menjadi kalimat judul dan pengantar demi idealisme penerapan menstandarkan pemakaian font, bukanlah sebuah solusi cerdas. Situasi inilah yang memicu untuk saya merasa perlu mempelajari cara membuat file font sendiri.
Proses membuat karakter huruf (kapital dan huruf kecil) dan tanda baca sangat menyita waktu, tenaga dan pikiran. Ini merupakan fase paling rumit bagi “seniman karbitan” seperti saya dalam membuat file font. Namun harus saya akui…, mengerjakan proses menggambar huruf demi huruf untuk dijadikan file font merupakan aktivitas yang menyenangkan. Walau membutuhkan waktu, semuanya dikerjakan dan berjalan tanpa terasa. Aktivitas seperti ini sangat membantu menjaga pikiran tetap waras selama menjalani waktu di masa pandemi ini.
Jadi, kalau Anda memang memiliki tujuan yang pasti untuk membuat file font sendiri, tidak ada salahnya untuk mulai mempelajari cara yang sekiranya cocok dan sesuai dengan kemampuan Anda atau dapat menggunakan jasa pihak-pihak yang memang bergerak di bidang terkait.
Jika tanpa tujuan yang jelas, lebih baik gunakan font gratis yang sudah tersedia dari sistem operasi di laptop atau PC yang Anda pakai.
Saran saya… hindari tindakan men-download sembarang file font untuk tujuan pemakaian yang bersifat komersil. Baik untuk pemakaian sementara waktu saja, apalagi untuk jangka panjang. Termasuk juga untuk keperluan pemakaian di blog pribadi yang sudah dimonetasikan layaknya blog ini.
Semoga bermanfaat! 🙂