Jauh hari sebelum memutuskan untuk mengubah tema (theme) blog sebagaimana diceritakan di artikel Cerita Mengubah Tema Blog, terbesit praduga di benak saya bakal ada rembetan panjang di kemudian hari.
Dan…, memang demikian yang terjadi.
Seminggu setelah mulai terbiasa dengan tampilan layar yang baru, perlahan tapi pasti, mulai terlihat banyak ketidaksesuaian saat konten ditampilkan di layar monitor.
Kesesuaian tampilan konten blog yang “enak dibaca dan dilihat” memang penting. Sama pentingnya dengan respon lama waktu konten disajikan di layar monitor pembaca. Kedua hal itu, mirip seperti nasi dengan lauk-pauk nya.
Jadi, saya kembali mengutak-atik beberapa tema (theme) blog yang disediakan WordPress. Tujuannya… supaya bisa mendapatkan kondisi tampilan blog seperti analogi nasi dengan lauk pauk itu tadi. Banyak tema blog (gratisan & premium) tersedia yang bisa dicoba. Setelah lelah mencoba sekitar 20 tema, kemudian, pilihan dijatuhkan pada tema Libre 2.
Ada satu hal yang jadi perhatian saya selama masa testing dikerjakan. Kelihatannya, pihak WordPress masih memiliki toleransi cukup besar atas tindakan saya mengutak-atik tema yang sedemikian banyak di servernya. Hampir 3 GB kuota habis terpakai dalam satu hari hanya untuk mengutak-atik 20 tema blog itu. Hebatnya…, tidak pernah ada kendala sedikitpun selama itu berlangsung. Malah, laptop & tablet saya yang kewalahan harus beberapa kali di reboot.
Two thumbs up for WordPress services.
Kembali ke tema blog…, tema Libre 2 yang saya pilih ini mirip dengan tema sebelumnya, yaitu Independent Publisher 2. Bedanya terdapat pada tampilan menu dan gambar tajuk yang lebih bersih saja.
Dari yang saya dapatkan mencoba 20 tema blog itu, kalau dari sudut waktu respon blog, ke-20 tema tidak ada yang menonjol. Kurang lebih sama. Tema Libre 2 saya pilih karena memang cocok dengan bawaan blog ini yang banyak berisi tulisan-tulisan panjang.
Tinggal kemudian letak permasalahan dari waktu respon yang lemot. Setelah ditelusuri, pemicunya adalah dari dalam konten blog itu sendiri. Diantaranya disebabkan isi tulisan yang panjang dan ukuran file gambar yang cukup besar.
Konten lama (dan juga yang baru) dengan tulisan-tulisan panjang yang masih banyak dibaca pengunjung, saya pecah menjadi beberapa halaman. Cara ini sangat efektif untuk mengurangi rasa lelah saat membaca artikel tulisan panjang dengan menggunakan smartphone. Sedangkan ukuran file gambar yang besar, dibiarkan saja. Saya mengandalkan teknik “pagination” agar konten (baik tulisan & gambar) bisa ditampilkan di monitor pengunjung secara lebih sederhana dalam waktu lebih singkat. Terutama untuk menampilkan galeri foto.
Letak kerumitan dalam mengerjakan revisi konten blog seperti itu adalah tidak adanya standar aturan yang bisa dijadikan acuan dalam hal letak konten yang nantinya bakal tampil di layar.
Ketika produk tablet dan smartphone masih berupa khayalan dan angan-angan para pencinta teknologi canggih, persoalan kesesuaian tampilan konten blog di layar monitor sangat mudah. Karena, hanya mengacu pada ukuran layar monitor dari PC dan Laptop.
Situasi yang ada sekarang, jauh lebih dan sangat rumit. Semakin banyak orang mengandalkan smartphone sebagai media untuk membaca blog. Pasalnya, smartphone (dan juga tablet) bisa memiliki dua ukuran layar : potrait dan landscape. Secanggih apapun sebuah tema blog bisa otomatis menyesuaikan ukuran layar monitor, pada akhirnya, pengaturan tata letak tampilan blog yang “enak dibaca dan dilihat” ditentukan oleh si admin pemilik blog.
Jadi, biar bagaimanapun sulit mengerjakan revisi tampilan konten blog, tetap harus mendapat perhatian cukup besar dan dikerjakan dengan benar. Seperti analogi nasi dengan lauk-pauk yang menentukan tingkat kepuasan bersantap, demikian juga hal yang perlu dilakukan pada tingkat kecepatan respon waktu dengan kesesuaian sajian konten blog di layar monitor para pengunjung blog.
Per bulan Agustus 2017, tema blog Libre 2 saya ganti dengan tema Twenty Fourteen. Tampilan layar halaman utama blog menggunakan tema tersebut, sangat “bersahabat” di monitor smartphone berukuran 5,5″ ke bawah.
Salam. ☺
Ya ampunn bang banyak banget nyoba 20 theme ga puyeng? hehe. Saya termasuk yg suka coba2 theme, pdhl ujungnya ga jadi ganti klo ga terpaksa. Theme yg kupakai sblmnya jatuh cinta pada pandangan pertama, setelah 1-2 minggu baru sadar ternyata pagenya dihilangkan komennya, pdhl ada bbrp page ku rame komennya, puyeng lagi nyari yg gantinya, sdh nemu terpaksa suka sih, ternyata judul blog ga tampil, lalu cari lagi dan lagi theme yg cocok … Sorry bang Omar ko malah saya yg curhat haha.
Pak listrik saya di rumah 900 pak. Apakah bisa makek stabiliser 3000N pak?
Cos saya mw ngudupin elek tronik sebesar 2000an gtu!
Kapasitas listrik 900VA yang terpasang di rumah, artinya, kita hanya diijinkan untuk menggunakan listrik untuk menyalakan satu atau beberapa perangkat elektronik yang ada di rumah hingga maksimum 900VA (720 Watt) saja.
Kalau kita mau menyalakan sebuah perangkat elektronik yang berdaya 2000 Watt, maka kapasitas listrik terpasang di rumah harus dinaikkan (istilahnya : tambah daya) menjadi 3500VA. Caranya dengan mengajukan permohonan penambahan daya ke PLN.
Setelah kapasitas listrik dinaikkan menjadi 3500VA, maka kita baru bisa menyalakan perangkat elektronik berdaya 2000 Watt itu. Supaya perangkat elektronik bisa bekerja maksimal dan tidak cepat rusak, kita gunakan stabilizer berkapasitas 5000VA untuk menjaga kualitas listrik yang dikonsumsi perangkat elektronik tersebut.
Salam. ☺
Kak, tampilan blog di aplikasi Uc Mini kurang bagus.
Coba diperbaiki lagi penampilannya.