Foot klep, atau dikenal juga dengan sebutan tusen klep (klep tusen), adalah perangkat pemipaan yang dipasang di ujung pipa yang letaknya terendam dalam sumur atau bak penampungan. Fungsinya untuk menjaga agar jalur rentang pipa antara sumur dan pompa (jalur pipa hisap), tetap terisi dan dipenuhi oleh air.
Foot klep akan menahan air dalam jalur pipa hisap agar tidak (kembali) turun ke sumur atau bak tanam. Dengan mengkondisikan jalur pipa hisap tetap terisi penuh dengan air, maka kinerja pompa akan selalu siaga untuk digunakan mendistribusikan air keluar dari dalam sumur atau bak penampungan. Jika jalur pipa hisap kosong / tidak terisi air, maka dibutuhkan tindakan yang biasa disebut dengan “pompa harus dipancing” sebelum pompa bisa bekerja dengan normal.
Lalu, bagaimana jika ternyata foot klep yang terpasang di sumur atau bak penampungan mengalami gangguan / kerusakan?
Inilah alasan mengapa pemasangan jalur pipa hisap sebaiknya menggunakan konsep “plug and play” (mudah untuk di bongkar – pasang).
Penyebab Kinerja Foot Klep bermasalah
Pada dasarnya, pemilik dan pengguna sumur atau bak penampungan manapun, tidak mengharapkan bakal terjadi masalah setelah pemasangan jalur pipa hisap selesai dikerjakan. Namun, kenyataannya, apa yang terjadi tidak selalu berjalan sesuai dengan harapan.
Bagian yang paling rentan bermasalah di jalur pipa hisap, cenderung terletak pada daya tahan dan kekuatan elastisitas karet penahan tekanan air yang terpasang di jeroan foot klep. Karena, betapapun kuat materi berbahan karet, lebih mudah terkikis dan hancur akibat waktu (kadaluarsa) serta pemakaian. Demikian juga halnya dengan karet yang terdapat di dalam foot klep.
Letaknya yang berdekatan dengan dasar sumur / bak penampungan air, membuat agak sulit untuk kita bisa mengetahui dan memastikan secara langsung kondisi dari foot klep. Namun, kita dapat menggunakan indikator berdasarkan biasa-tidaknya suara nyala mesin pompa.
Identifikasi Kondisi Foot Klep
Pada pompa yang dilengkapi dengan fitur nyala-mati otomatis, dapat terdeteksi dari pengulangan fitur otomatis yang menyala-matikan pompa secara cepat. Baik pada saat pompa menyala maupun mati. Hal ini terjadi dikarenakan tidak pernah terpenuhinya parameter kekuatan tekanan air yang harus terdapat di dalam jaringan pipa. Situasinya mirip seperti ada keran air yang bocor. Jumlah air dalam jaringan pipa akan selalu berkurang karena ada air yang terus-menerus menetes keluar melalui keran yang bocor. Dengan begitu, pompa akan terus selalu secara otomatis menyala dan mati untuk mengisikan kembali kekurangan air yang terjadi akibat bocor
Sedangkan pada pompa non-otomatis, akan ditandai dengan suara nyala pompa yang mendengung setelah tidak lama pompa dinyalakan. Ini disebabkan tidak adanya air dalam jalur pipa hisap, karena kembali turun ke sumur atau bak penampungan. Dengan demikian, pompa bekerja menghisap udara yang ada dalam pipa, berbarengan dengan air yang ada di sumur / bak penampungan.
Pada situasi seperti itu, air yang didistribusikan keluar oleh pompa akan banyak berkurang disertai suara nyala pompa yang mendengung lemah. Jika pompa berhasil membuat jalur pipa hisap kembali dipenuhi air, maka distribusi air yang dikeluarkan pompa akan kembali normal. Dan itu ditandai dengan suara nyala pompa yang kembali melengking. Jika tidak berhasil, mesin pompa akan menjadi panas dan besar kemungkinan rusak.
Kedua kinerja pompa yang tidak normal seperti di deskripsikan di atas, akan tetap terus berlangsung seperti itu selama kondisi foot klep yang terpasang tidak dibenahi. Dan hanya ada dua kemungkinan yang menyebabkan foot klep tidak melakukan fungsinya dengan benar, yaitu : adanya kotoran yang mengganjal dan kondisi karet jeroan foot klep yang rusak.
Mengubah konvensional menjadi plug and play
Merawat foot klep tidaklah sulit, selama kondisi pemasangan jalur pipa hisap dikerjakan dengan konsep “plug and play“. Hal tersebut baru saya sadari ketika hendak memeriksa foot klep yang terhalang oleh perangkat LPF sebagaimana nampak pada foto berikut :
Bukan cerita butuh waktu sebentar untuk menyingkirkan perangkat LPF yang sudah terpasang rapi. Karena tidak mau repot untuk memindahkan Tabung-Filter, saya putuskan untuk memotong pipa hisap tersebut. Namun sebelum tindakan itu dieksekusi, saya perlu membuat penggantinya yang sudah dilengkapi foot klep dan water moor :
Dengan cara ini, begitu pipa hisap lama dipotoing, penggantinya sudah bisa langsung dipasang :
Inilah perangkat foot klep lama yang diganti karena melemahnya fungsi pegas (per) yang terpasang pada penghadang air :
Sebagaimana foto terlampir di atas, menjadikan pipa hisap plug n play bukanlah perkara rumit. Tidak juga harus menggunakan pipa baru seperti yang telah dicontohkan. Saya menggunakan pipa baru karena untuk mempersingkat waktu pekerjaan pemasangan saja.
Seandainya hendak menggunakan pipa baru, maka Anda harus menyediakan pipa sepanjang jalur pipa hisap yang hendak di potong. Panjang pipa PVC yang digunakan harus disesuaikan dengan panjang pemasangan untuk water moor dan foot klep baru. Setelah sesuai ukuran, semua sambungan pipa di lem. Dan, setiap ulir drat sambungan dibalut menggunakan salotip pipa. Pastikan balutan salotip pipa cukup tebal membungkus setiap sambungan drat. Karena, jika ada sedikit saja kebocoran, kinerja pompa (khususnya yang dilengkapi fitur nyala-mati otomatis) akan bermasalah.
Namun, selama permasalahan bukan terletak pada bagian pipa yang di lem, maka perbaikan akan lebih mudah dikerjakan. Karena, jalur pipa hisap bisa dibongkar pasang. Itulah kelebihan dengan menerapkan konsep plug and play. Meskipun lebih mahal dibanding cara konvensional, tapi sangat fleksibel dalam pemeliharaan dan perawatan.
Selamat mencoba! 🙂