Selama beberapa tahun belajar sendiri mencoba menangani permasalahan listrik di rumah, saya mendapatkan bahwa peran kabel sangatlah penting dalam menentukan kebenaran daya listrik yang dihantarkan ke perangkat elektronik yang mengkonsumsinya. Hanya sedikit pengetahuan mengenai teknis per-kabel-an yang saya miliki. Saya kurang mengerti spesifikasi teknis mengenai kualitas, jenis dan fungsi penggunaan kabel listrik dalam instalasi sebuah rumah. Selama ini hanya mengikuti sedikit informasi yang diberikan oleh pemilik / pelayan toko penjual kebutuhan alat-alat listrik saja.
Beberapa waktu lalu (November 2012), salah seorang kerabat meminta untuk memeriksa instalasi kabel listrik di rumahnya. Keluhan yang disampaikan adalah switch MCB pada meteran seringkali jatuh, walau pun jumlah pemakaian masih di bawah total daya terpasang (900VA). Padahal, instalasi penggantian menggunakan kabel baru dengan kemampuan kapasitas lebih besar (kabel tunggal NYM – 3 x 2,5 mm²) belum lama dilakukan.
Tidak lama setelah tiba di lokasi, saya di perlihatkan pada kondisi hampir semua unit stop kontak di rumah dalam keadaan hangus. Hal yang sama terjadi pada semua kawat kabel di bagian dalam boks MCB. Ketika diamati, susunan kawat kabel terpasang di kotak MCB (gambar pada foto) berbeda dengan yang ada di rumah saya.
Susunan kawat kabel yang dipasang di bagian bawah adalah sama. Tapi, jauh berbeda dengan yang di bagian atas.
Pada bagian atas foto, kelihatan ada dua jalur kabel yang menjadi output MCB. Berarti, jaringan kabel listrik dalam rumah didukung dengan dua jalur kabel utama. Disitu terlihat kawat hitam dan kuning dari masing-masing kabel, menancap ke MCB.
Kalau input listrik setiap MCB dialiri arus Fase, maka output dari MCB juga akan berupa arus Fase. Dengan begitu, kawat hitam dan kuning dari kedua kabel pasti bermuatan arus Fase.
Jadi, kawat kuning yang seharusnya ditempatkan dan berfungsi di bagian Arde / Grounding, dialihfungsikan menjadi kawat Fase (sama dengan kawat hitam).
Cukup menarik!
Listrik yang mengalir ke dalam rumah dapat berjalan “seperti normal”, hanya pada saat-saat tertentu mengalami kasus seolah-olah terjadi overload pemakaian. Membandingkan dengan keseluruhan model instalasi listrik yang saya kerjakan di rumah sendiri, perbedaan yang nampak hanya di susunan pemasangan kawat kabel dibagian boks MCB saja. Dugaan yang menjadi penyebab seringnya MCB trip, mengarah ke perbedaan susunan kawat di boks MCB.
Karena kondisi kawat kabel listriknya terlihat hangus, si empu rumah juga meminta saya untuk sekalian mengerjakan penggantian jaringan kabel yang terpasang saat itu.
Standar Pengerjaan Instalasi
Ada dua standar pengerjaan pemasangan jalur utama sambungan kabel listrik ke dalam rumah yang saya lakukan. Pertama, setiap titik stop kontak tersambung dengan spesifikasi jenis kabel tunggal (NYM) 3 x 2,5 mm². Kedua, setiap titik lampu tersambung dengan spesifikasi jenis kabel tunggal (NYM) 2 x 1,5 mm².
Permintaan pembuatan “panjangan stop kontak”, dibuat dengan kabel serabut (NYMHYrd-O) 3 x 2,5 mm². Semua kabel yang digunakan adalah kabel biasa dan umum dijual di toko-toko listrik untuk kebutuhan rumah tinggal pada umumnya. Tidak ada yang istimewa.
Alasan apa yang mendasari standar pemasangan dengan spesifikasi kabel sebagaimana disebutkan di atas? Mengapa untuk titik stop kontak harus menggunakan spesifikasi jenis kabel isi tiga kawat (hitam, biru dan kuning)? Saya tidak memiliki penjelasan ilmiah untuk itu, namun ada pengalaman yang menjadi pemicu nya.
Saya pernah menancapkan travel adaptor (ekstension stop kontak) ber-saklar ke stop kontak di dinding. Travel adaptor itu meledak dan mengeluarkan percikan kembang api berbarengan dengan saklar-nya ditekan ke posisi ON (menyala). Sama sekali tidak jelas apa yang menjadi penyebabnya. Travel adaptor hangus, saya pun membuangnya.
Kemudian, saya membuat panjangan stop kontak menggunakan kabel tunggal 3 x 2,5 mm². Panjangan stop kontak ditancapkan di stop kontak yang sama tempat dimana travel adaptor meledak. Lalu, travel adaptor yang masih baru, ditancapkan pada panjangan stop kontak. Tidak terjadi apa-apa. Travel adaptor dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Beranjak sejak kejadian tersebut (dan mulai saat itu), setiap kali menyambung kabel stop kontak (inbow / outbow), saya selalu menggunakan kabel 3 x 2,5 mm². Apakah itu kabel serabut atau tunggal, tetap harus yang 3 x 2,5 mm².
Dampak Kesalahan Pemasangan Kabel di boks MCB
Kembali ke cerita membenahi kabel listrik…
Pekerjaan diawali dengan melakukan pembenahan susunan kawat kabel output meteran di box MCB. Secara bertahap, dilanjutkan dengan susunan pemasangan kawat pada MCB untuk jaringan kabel di dalam rumah.
Ketika sebagian pekerjaan memasang jaringan kabel baru selesai dikerjakan, saya mencoba men-test fungsi salah satu stop kontak-nya dengan cara me-recharge handphone. Terjadi selisih waktu ± 2 jam lebih cepat dibanding ketika me-recharge handphone menggunakan stop kontak jaringan kabel listrik lama.
Saya berkesimpulan, ada satu keterkaitan erat antara kualitas daya listrik yang dihantarkan dengan kebenaran pemasangan susunan kawat kabel di boks MCB. Perbedaan lama waktu me-recharge handphone, bisa dijadikan sebagai contoh kasus untuk mendukung kesimpulan itu.
Selanjutnya, tidak ada kendala apapun selama mengerjakan penggantian sisa kabel lama dengan yang baru. Namun, ada terbersit di benak saya, hal apa dan bagaimana kesalahan susunan pemasangan kawat kabel di boks MCB bisa berdampak membuat MCB trip? Dimana bagian yang menjadi missing link-nya?
Re-check Instalasi
Satu bulan kemudian, saya kembali dan memeriksa hasil instalasi yang telah dikerjakan. Tidak ada masalah yang dikeluhkan dan beberapa perangkat elektronik, seperti lemari es, berfungsi menjadi lebih baik.
Apakah itu dikarenakan susunan kawat kabel yang terpasang di boks MCB telah dipasang dengan benar?
Saya kira, untuk kasus tersebut, kesalahan susunan pemasangan kawat di boks MCB, tidak membuat MCB di rumah itu menjadi sering trip. Tapi, kesalahan itu membuat kabel 3 x 2,5 mm² yang sebelumnya dipasang, menjadi cepat rusak.
Menurut penuturan si pemilik rumah, ketika penggantian kabel yang terdahulu selesai dikerjakan, semuanya juga berjalan normal. Masalah seringnya MCB trip baru terjadi 1 tahun setelah itu selesai dikerjakan. Beberapa kali diperbaiki oleh orang yang sama ketika dulu memasang kabel, namun hasilnya tetap sama. Padahal, ngaku-nya, pernah bekerja untuk PLN sebagai instalatur jaringan kabel listrik rumah.
Setelah kemudian saya ambil alih, satu-satunya yang menyebabkan MCB trip selama 4 tahun berjalan adalah pemakaian perangkat elektronik di atas kapasitas listrik terpasang oleh para penghuni rumah.
Jadi, kesalahan susunan kawat yang terpasang di MCB, selain sebagai awal penyebabnya, juga memang semakin memperburuk kualitas dan daya tahan kabel. Ketika kabel mulai dan sudah menjadi rusak, kemampuan menghantarkan beban listrik yang dimilikinya juga turut berkurang.
Disitulah missing link yang sempat terlintas dan menjadi pertanyaan dalam benak saya sebelumnya. MCB akan bereaksi memutuskan aliran setelah menerima arus balik akibat buruknya kemampuan kabel menghantarkan arus listrik.
Niat Buruk Instalatur Listrik…?
Kalau dipikir-pikir lagi, mungkin ada benarnya orang terdahulu yang memasang kabel di rumah itu, memang pernah bekerja sebagai instalatur kabel listrik. Karena, secara kasat mata, sepintas terlihat instalasi kabel dibuat menggunakan dasar teknik jaringan kabel tiga kawat (memiliki kawat Arde). Semuanya dikerjakan dengan rapi. Baru ketahuan itu hanya kamuflase dari penerapan jaringan kabel dua kawat setelah casing boks MCB dibuka dan jalur kabel listriknya ditelusuri.
Dan, hanya orang yang memahami pekerjaan instalasi jaringan kabel listrik yang mengerti dan bisa mengerjakan teknik kamuflase seperti itu.
Berniat curang?
Bisa jadi.
Tetapi, apa benar teknik instalasi jaringan kabel dua kawat bisa merusak kualitas fisik kabel?
Saya tidak pernah bisa membuktikan adanya keterkaitan saling memengaruhi dari kedua hal itu.
Logika gampangnya, kalau penerapan teknik jaringan kabel dua kawat tidak sampai membuat rusak kualitas dan daya tahan fisik kabel, maka tidak akan ada permintaan dari kerabat saya untuk memperbaiki permasalahan MCB yang sering nge-trip di rumahnya. Lalu, mengapa masalah itu bisa diatasi dan terselesaikan setelah dengan menerapkan teknik instalasi jaringan kabel tiga kawat?
Terlepas dari semua kemungkinan yang bisa menjadi pemicunya, tidak semua masalah tentang listrik di rumah harus selalu disebabkan karena niat buruk dari yang mengerjakan instalasi jaringan kabel.
Meski sangat jarang terjadi, tetap ada kemungkinan timbulnya masalah dikarenakan fisik kabel yang memang sudah rusak dan harus diganti. Pastikan spesifikasi kabel penggantinya adalah kabel tunggal 3 x 2,5 mm².
Seandainya stop kontak hendak dimatikan (tidak dipakai lagi), sebaiknya anda memutuskan sambungan / pencabangan kabel ke stopkontak yang bermasalah agar terlepas dari aliran listrik. Tindakan ini dapat menghindari efek negatif yang mungkin timbul dari bagian tersebut ke seluruh instalasi kabel yang terpasang.
Hal-hal yang berguna saat pengerjaan Instalasi Kabel Listrik
Selama masa pengerjaan instalasi kabel berlangsung, ada beberapa hal yang cukup berkesan dan membantu mempermudah saya menyelesaikan pekerjaan instalasi :
1. Travel Adaptor
Apa keistimewaan travel adaptor untuk digunakan selama saya membenahi jaringan kabel?
Dalam situasi kabel listrik berceceran disana-sini selama pekerjaan membenahi kabel berlangsung, saya mencoba untuk tidak bertindak sembarangan langsung menancapkan steker ke stop kontak.
Saya memanfaatkan fungsi saklar (ON / OFF) yang terdapat pada travel adaptor. Dengan begitu, nyala-mati aliran listrik di stop kontak tempat travel adaptor menancap, jadi bisa diatur. Ini bisa mencegah terjadinya percikan kembang api yang sering terjadi ketika menancapkan kaki steker perangkat elektronik ke stop kontak.
Disamping itu, lubang kaki steker travel adaptor umumnya memiliki format yang fleksibel. Selain dapat mengakomodasi kebutuhan perangkat elektronik ber-steker kaki-tiga, dapat juga digunakan untuk perangkat elektronik ber-steker kaki-dua.
Saat ini, banyak perangkat elektronik yang mulai dilengkapi dengan steker berkaki-tiga. Pada jaringan kabel di rumah yang telah didukung dengan Grounding, pemakaian perangkat elektronik ber-steker kaki-tiga memiliki performa dan daya tahan lebih baik daripada yang ber-steker kaki-dua. Tanpa Grounding, maka tidak ada bedanya dengan perangkat elektronik ber-steker kaki-dua.
2. Pembungkus Sambungan antar Kawat Kabel
Dalam menyambung kabel, sebagaimana biasa diketahui, kulit pembungkus kabel dikelupas hingga tinggal serabut / batang tembaga. Kemudian dililitkan satu dengan lainnya seperti di kepang. Setelah lilitannya cukup kuat, dibungkus dengan salotip (seal tape) berwarna hitam. Cara menyambung kabel seperti ini adalah standar penyambungan kabel yang umum dikerjakan oleh tehnisi listrik, baik profesional maupun amatir. Saya pun melakukan hal yang sama awalnya.
Sebagaimana terlihat pada gambar, ada 3 jenis sarana pembungkus sambungan kawat tembaga antar kabel, yaitu : salotip, karet bakar berbagai ukuran dan terminal sambungan (entah apa penamaan resminya).
Dua sarana pembungkus sambungan selain karet bakar, pernah saya coba dan gunakan sebelumnya.
Terminal sambungan merupakan sarana termudah untuk menyambung kabel. Cukup dengan mengelupaskan pembungkus kawat tembaga, kemudian memasukkan pada lubang yang tersedia dan mengencangkan mur-nya. Saya tidak menyarankan menggunakannya untuk keperluan menyambung kabel. Apalagi menyambung kabel jalur utama dari jaringan kabel listrik di rumah. Kualitas plastik hitamnya sangat buruk. Mudah meleleh saat terkena panas kawat tembaga dari kabel yang melaluinya.
Salotip merupakan sarana pembungkus lilitan sambungan kawat tembaga paling ideal sebelum saya mengetahui keberadaan karet bakar. Kelemahan salotip ini terletak pada perekatnya yang mudah luluh ketika terkena keringat dan panas. Namun, tetap lebih baik secara keamanan daripada terminal sambungan.
Karet bakar merupakan sarana pembungkus sambungan kawat tembaga antar kabel yang belum lama saya ketahui (2009). Berbentuk seperti selang kecil, terbuat dari bahan karet yang alot serta tahan panas (max. 125º C). Terdiri dari banyak ukuran, tergantung kebutuhan pemakaian. Harganya pun tergantung dari ukurannya. Semakin besar, semakin mahal.
Pengaplikasiannya sangat mudah.
Karet bakar dipotong sedikit lebih panjang ukuran lilitan sambungan kawat tembaga, kemudian di sarungkan pada sambungan kawat tembaga. Setelah itu, dipanaskan dengan korek api gas atau pengering rambut (hair dryer). Karet bakar akan menciut dan membungkus dengan sangat baik lilitan sambungan kawat tembaga di dalamnya. Karena sifatnya yang menciut ketika terkena panas, karet bakar (menurut saya) sangat ideal untuk digunakan sebagai pembungkus sambungan kabel.
3. Tang Kupas Kabel
Alat ini sangat dapat diandalkan untuk pengerjaan membuka kulit pembungkus kawat tembaga. Saya menggunakannya setiap berurusan dengan kepentingan mengelupaskan kulit pembungkus kawat tembaga pada kabel. Jika anda suka / hobi dalam praktek listrik sederhana, tidak ada salahnya memiliki alat ini.
Cara menggunakannya sangat mudah. Kelupaskan pembungkus kabel paling luar terlebih dahulu dengan menggunakan tang potong atau cutter, hingga tinggal kawat tembaga dan pembungkusnya saja. Renggangkan kawat tembaga, lalu capit kulit pembungkusnya dengan tang kabel. Kulit pembungkus kawat akan tertarik mengikuti genggaman tangan pada tuas tang kabel. Panjang maksimal kulit pembungkus yang dapat dikelupaskan kira-kira 2,5 cm (1 inch). Kawat tembaga telanjang sepanjang itu, nyaman digunakan untuk kebutuhan membuat sambungan rumah lampu, saklar, stopkontak dan antar kabel,
Tang Kupas Kabel ini dapat membuka kulit pembungkus kawat tembaga mulai berdiameter kecil (untuk komponen elektronik) hingga sebesar 2,5 mm². Saya belum pernah mencoba menggunakannya pada kawat berukuran diameter diatas 2,5 mm². Untuk menyesuaikan besar ukuran kawat tembaga yang hendak dikelupaskan pembungkusnya, cukup dengan memutar baut yang terletak pada bagian punggung capit. Gerakan memutar ke kiri untuk memperbesar ukuran capit, sedangkan ke kanan untuk mempersempit.
Baut ini sebaiknya dilonggarkan (diputar kekiri) lebih dulu sebelum dipakai, baru kemudian disesuaikan dengan ukuran kawat yang pembungkusnya hendak dikelupaskan. Ukuran capit terlalu sempit dapat memotong sebagian fisik kawat tembaga. Jika terlalu banyak fisik yang terpotong, kawat tembaga akan mudah putus saat diaplikasikan.
Harga alat ini tidak terlalu mahal (tergantung pabrikan pembuatnya), kira-kira pada kisaran Rp. 30.000,- per unit. Peredaran alat ini di pasaran tidak sebanyak alat-alat yang umum lainnya seperti Tang Potong atau Tang Buaya, karena penggunaannya lebih spesifik pada kebutuhan penanganan kabel.
4. Kabel : Tunggal vs Serabut
Untuk keperluan membuat panjangan stop kontak guna kepentingan perangkat elektronik seperti komputer, saya menggunakan kabel serabut (NYMHYrd-O – 3 X 2,5 mm²) dibanding kabel tunggal (NYM – 3 x 2,5 mm²). Penyebab utamanya adalah kabel serabut memiliki fleksibilitas yang tinggi untuk beradaptasi dengan bentuk dan ruang.
Panjangan stop kontak untuk perangkat elektronik yang tidak se-sensitif komputer dan digunakan hanya sebentar atau sewaktu-waktu saja, lebih baik menggunakan kabel serabut dengan spesifikasi NYMHYrd-O – 3 X 0,75 mm². Fisik kabel yang jauh lebih ramping, menjadikannya mudah dibawa kemana-mana dan dirapikan kembali setelah selesai dipakai.
Ada yang mengatakan bahwa kualitas kabel serabut lebih baik dari kabel tunggal dalam menghantarkan arus listrik. Banyak praktisi lapangan mengatakan pendapat yang sama mengenai hal ini. Secara harga per meter pun, lebih tinggi dari kabel tunggal.
Sejauh mana dan seperti apa kategori “lebih baik” yang dimaksudkan, saya tidak mengerti. Jika diperhatikan pada sekitar kita sehari-hari, setiap steker pada perangkat elektronik selalu dilengkapi dengan kabel serabut, bukan kabel tunggal. Mungkin, secara teknis, kabel serabut memang memiliki kemampuan dan kualitas lebih baik dari kabel tunggal. Bagi saya, tidak ada kelebihan lain dari kabel serabut dengan kabel tunggal selain memiliki sifat fleksibilitas yang tinggi (tidak mudah patah).
Anda dapat menemukan pembahasan lebih jauh mengenai kabel di artikel MCB, Kabel dan Beban Daya.
Semoga bermanfaat ! 🙂
Salam super….artikel yg sangat menarik
Semoga sukses, bro…
Mas
Makasih sharingnya
Salam kenal
LT
Terima kasih kembali…
Salam kenal juga…