Mengganti keran bak mandi dengan keran-otomatis, sangat efektif menjaga ketersediaan air di bak mandi. Tanpa perlu diawasi, proses pengisian berjalan otomatis setiap terjadi pemakaian air.

Berikut foto penggunaan keran-berpelampung sebagai pengganti keran konvensional pada bak mandi :

Foto : Keran-berpelampung pengganti keran konvensional.

Atau, bisa juga dengan menggunakan Pelampung-Analog :

Foto : Pelampung Analog sebagai pengganti keran konvensional.

Secara fungsi, kinerja kedua pelampung sama. Hanya berbeda pada model dan bentuk fisiknya saja.

Keran-berpelampung sebagaimana model foto pertama, bisa diandalkan dalam menghentikan aliran air bertekanan tinggi (25 s/d 30 liter per menit). Namun, dalam kondisi tekanan air yang sangat lemah (1 s/d 3 liter per menit), perangkat yang satu ini sangat tidak bisa diandalkan. Aliran air akan tertahan sepenuhnya dan sama sekali terhenti, meskipun sebenarnya aliran air yang demikian masih bisa diharapkan untuk memenuhi tangki yang benar-benar kosong.

Di area pemukiman rumah tinggal padat penduduk, aliran air yang kecil sudah menjadi satu kondisi normal. Memiliki instalasi penampungan air (seperti : bak air tanam) yang bisa mengakomodir distribusi aliran air yang (sangat) lemah, merupakan satu keharusan untuk bisa mendapatkan air PAM dalam kategori bisa mencukupi kebutuhan pemakaian air bersih sehari-hari. Model keran-berpelampung seperti ini, bukan perangkat yang cocok untuk digunakan pada kondisi demikian.

Untuk mengatur aliran air dalam berbagai kondisi tekanan, masih belum ada yang mampu menandingi fleksibilitas dan kemampuan dari pelampung-analog.

Penerapan kedua model keran-otomatis di atas sangat terasa manfaatnya pada rumah tinggal yang berpenghuni banyak orang. Atau rumah kos-kosan dengan kamar mandi bersama maupun sendiri-sendiri. Selain mencegah kemungkinan air luber karena lupa mematikan keran, ketersediaan air di bak mandi tetap terjaga tanpa perlu dipantau.

Semoga bermanfaat! 🙂