Kabel, sebagaimana kita kenal, merupakan media yang digunakan untuk menghantarkan arus listrik. Seperti biasa kita dengar dan lihat di media elektronik atau membacanya dari media cetak, ada dua jenis arus listrik yang biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga, yaitu arus positif (aktif) dan arus negatif (netral). Dengan menggunakan kabel, kedua arus listrik tersebut bisa mengalir dari satu ke lain tempat.
Warna Kawat Kabel
Kabel itu sendiri pada dasarnya adalah kumpulan kawat tembaga yang dibungkus dengan bahan sejenis karet. Masing-masing pembungkus kawat tembaga memiliki warna berbeda antara satu dengan lainnya. Warna-warna tersebut berfungsi sebagai tanda pengenal untuk mewakili jenis arus listrik yang mengalir di setiap kawat didalam pembungkus.
1. Kabel isi 3 (tiga) Kawat
Ada empat warna pembungkus kawat dalam sebuah kabel isi 3 kawat yang pernah saya lihat, yaitu : merah, hitam, biru dan kuning.
Pembungkus berwarna merah dan hitam, diidentifikasikan sebagai kawat untuk penghantar muatan arus positif yang dilambangkan dengan karakter tambah (+). Sedangkan pembungkus berwarna biru sebagai kawat untuk menghantar muatan arus negatif yang dilambangkan dengan karakter kurang (-). Pada kesehariannya, kawat dengan pembungkus berwarna merah / hitam sering disebut sebagai kawat fasa / fase, sedangkan yang berwarna biru disebut sebagai kawat netral.
Dari pemakaian secara umum atau yang paling sering digunakan sebagai media aliran listrik adalah kawat berwarna merah, hitam dan biru. Kawat berwarna kuning (berbalut hijau) lebih banyak difungsikan sebagai arde untuk menyalurkan kelebihan listrik yang ditimbulkan arus positif ke grounding.
2. Kabel isi 2 (dua) Kawat
Banyaknya ragam warna pembungkus yang terdapat pada produk kabel isi 2 kawat, seringkali membingungkan saat kita hendak menyambungnya dengan kabel isi 3 kawat.
Seperti : merah-biru, hitam-biru dan merah-hitam.
Jika berada dalam situasi ketidaksesuaian warna antara kabel isi 3 dengan kabel isi 2 yang hendak kita gabungkan, maka gunakan parameter pembungkus berwarna merah sebagai yang utama dan selalu untuk listrik bermuatan positif. Sedangkan pembungkus berwarna biru, selalu menjadi warna utama untuk listrik bermuatan negatif.
Contoh :
» Kabel berisi dua kawat dengan pembungkus berwarna merah dan hitam. Maka, warna merah untuk positif dan hitam untuk negatif.
» Kabel berisi dua kawat dengan pembungkus berwarna hitam dan biru. Maka, warna hitam untuk positif dan biru untuk negatif.
Jadi, jika ditemukan warna merah dan biru, maka gunakan keduanya sebagai pilihan warna utama untuk Positif (merah / fasa) dan Negatif (biru / netral). Sedangkan hitam akan selalu menjadi sebagai warna pengganti dari kedua warna tersebut.
Dengan demikian, untuk setiap pemasangan kabel semua perangkat listrik, kecuali saklar lampu, selalu gunakan acuan warna merah sebagai pembawa arus positif (fasa) atau warna biru sebagai pembawa arus negatif (netral).
Bagaimana dengan susunan warna yang digunakan untuk memasang saklar lampu, yang mana keduanya merupakan pembawa arus listrik positif?
Saya sarankan untuk menyeragamkan penggunaan warna merah / hitam sebagai pembawa arus positif yang masuk (line-in) ke saklar dan warna selain merah (atau hitam) sebagai pembawa arus positif yang keluar (line-out) dari saklar.
Dalam praktek di lapangan, hampir selalu semua kabel khusus untuk pemakaian listrik dua arah (AC), hanya menggunakan 3 warna pembungkus kawat. Yaitu hitam untuk Fasa, biru untuk Netral dan kuning berbalut hijau untuk Arde. Diluar ketiga warna tersebut, lebih sering digunakan kabel untuk pemakaian listrik satu arah (DC).
Tespen dan arus listrik
Selain dari warna pembungkus kawat sebagai cara untuk mengenali jenis arus listrik yang dihantarkan oleh masing-masing kawat tembaga dalam kabel, cara lainnya adalah dengan menggunakan alat yang disebut “tespen”. Bentuknya sama dengan obeng “min”, namun terdapat lampu sikring di bagian dalam pegangannya. Lampu sikring ini akan menyala jika ujung tespen ditempelkan pada kawat penghantar arus positif. Dan akan mati jika ditempelkan pada kawat penghantar arus netral dan arde.
Seberapa jauh kepentingan kita untuk memiliki sebuah tespen?
Kawat-kawat tembaga dalam kabel saat tidak bermuatan arus listrik, apapun ceritanya, hanyalah merupakan kawat tembaga saja. Secara fisik, kawat-kawat tersebut satu dengan lainnya adalah sama. Tidak ada perbedaan antara kawat penghantar arus positif, netral dan arde. Warna-warni kulit pembungkus kawat tembaga yang berbeda-beda, digunakan untuk membantu kita untuk mengingat dan mengenali jenis arus listrik dari masing-masing kawat saat sedang mengerjakan penyambungan antar kabel atau pemasangan unit perangkat listrik (stop kontak / saklar lampu).
Namun saat kita hendak memperbaiki sambungan antar kabel, sering kita dibuat bingung akibat banyaknya jumlah kawat tembaga yang saling melilit satu dengan lainnya. Pada bagian ini, sulit mengandalkan hanya pada warna pembungkus kawat untuk menentukan kawat penghantar arus positif.
Disinilah kita memerlukan tespen untuk membantu dalam menentukan kawat mana yang menghantarkan arus positif. Karena, hal pertama dan utama yang harus diketahui dan ditemukan sebelum melakukan modifikasi apa pun pada jaringan kabel adalah kawat mana yang menjadi penghantar arus positif. Tidak peduli apa pun warna pembungkus kawatnya. Setelah kawat penghantar arus positif ditemukan, kita akan mendapat gambaran lebih jelas mengenai posisi kawat penghantar arus netral dan kawat arde.
Demikian juga saat hendak memasangkan unit MCB atau saklar lampu. Dengan mengetahui posisi kawat penghantar arus positif, kita dapat terhindar dari kesalahan memasangkan kawat penghantar dengan jenis arus yang tidak seharusnya.
Cara menggunakan tespen sangatlah mudah. Misalnya, jika kita hendak mengetahui jenis arus listrik dari dua lubang pada stopkontak. Tusukkan ujung tespen yang berbentuk obeng min (-) ke dalam salah satu lubang, kemudian tempelkan jari pada bahan metal di bagian ekor tespen.
Jika lampu di bagian gagang (pegangan) tespen menyala, berarti lubang tersebut mengandung arus positif. Seandainya mati, maka lubang tersebut mengandung arus netral. Contohnya seperti gambar di bawah ini :
Konsep penggunaan tespen yang sama jika hendak mengetahui jenis arus listrik pada kawat tembaga atau unit MCB.
PENTING DIPERHATIKAN & DIKETAHUI !!!
Biasakan untuk menggunakan alas kaki (sandal karet / sepatu ber-sol karet) dan dalam kondisi kering (tidak basah) pada seluruh anggota tubuh (khususnya kaki dan tangan), jika hendak melakukan tindakan apa pun yang berhubungan dengan listrik di saat sedang menyala. Lebih baik untuk mencegah untuk tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, walau pun sepele sifatnya.
Mengapa sangat penting untuk mengetahui posisi kawat penghantar arus positif saat hendak memasangkan unit MCB atau saklar lampu?
Keseragaman letak pemasangan kawat listrik
Pemahaman bahwa kawat pembawa arus positif (fasa) yang harus melalui MCB atau saklar lampu adalah agar aliran arus Fasa bisa dimatikan kapanpun kita menghendakinya. Ketika switch dari kedua perangkat tersebut di posisikan mati (OFF), maka aliran arus Fasa juga harus mati. Kita pun tidak akan merasakan apa-apa saat memegang kedua kawat meski salah satunya masih dialiri oleh arus Netral.
Dengan demikian, seandainya hendak melakukan penggantian rumah (fitting) lampu, maka kita hanya perlu memastikan bahwa switch saklar lampu dalam posisi mati (OFF). Begitu juga saat hendak melakukan penggantian stop kontak, cukup memastikan switch MCB dalam posisi mati saja.
Jadi, MCB dan saklar lampu bisa disebut sebagai perangkat untuk mengendalikan nyala-mati aliran arus Fasa ke stop kontak / lampu.
Pada prakteknya, walau arus Netral tidak menimbulkan reaksi pada tubuh kita, fungsi dan keberadaannya mirip dengan arus Fasa. Lampu yang sedang menyala, juga akan padam jika aliran arus Netral-nya kita hentikan / matikan. Meski pada saat yang sama, arus Fasa masih tetap mengalir ke lampu.
Dalam kondisi arus Fasa masih tetap mengalir seperti itu, lampu tespen akan menyala jika kita tempelkan pada fitting lampu. Itu bedanya antara MCB atau saklar yang dipasang “tidak” pada jalur kawat yang dialiri arus Fasa. Masih terdapat “setrum” yang mengalir di dalam kabel.
Artinya, konsumsi / pemakaian listrik tetap terjadi meskipun lampu dalam keadaan padam. Walau jumlahnya tidak sebesar saat lampu dalam kondisi menyala. Hal serupa juga berlaku pada perangkat elektronik yang steker-nya menancap di stopkontak jika kawat yang di pasang ke MCB bermuatan arus Netral.
Pentingnya membatasi arus Fasa
Itulah sebabnya mengapa switch saklar lampu atau MCB selalu harus dilalui dengan arus Fasa. Terutama saklar lampu, dimana nyala-mati aliran arus Fasa harus mengikuti dan sesuai dengan nyala-mati lampu.
Sedangkan pada perangkat elektronik, lebih baik steker-nya tetap dicabut dari stop kontak jika memang telah selesai dipakai. Baik untuk susunan pemasangan kawat di MCB sudah benar atau masih salah, tindakan ini akan sepenuhnya menghentikan listrik untuk tidak lagi mengalir ke perangkat elektronik.
Ada beberapa perkembangan mengenai perlakuan dalam menancapkan steker ke stop kontak yang dapat anda lihat pada artikel : Steker, Stop kontak dan Arus LIstrik.
Meskipun arus Netral memiliki fungsi mirip dengan arus Fasa dalam hal menyala-matikan perangkat elektronik, jangan pernah berniat untuk memasang kawat bermuatan arus Netral pada unit MCB di box MCB dengan sengaja. Apapun cerita kebaikan / keuntungan tentang efek dari tindakan tersebut adalah sama sekali salah. Ini bukan sekadar agar terhindar dari hentakan arus Fasa saat mengganti perangkat listrik (saklar / stopkontak). Tetapi juga agar arus listrik yang beredar pada jaringan kabel dalam rumah menjadi sebagaimana seharusnya.
Selain untuk membagi pemakaian arus Fasa, MCB dalam rumah juga berfungsi untuk membatasi besaran aliran arus Fasa dalam kabel. Kalau kapasitas daya hantar listrik semua kabel yang terpasang di dalam rumah melebihi besaran kapasitas listrik terpasang, maka tidak ada masalah untuk membiarkan arus Fasa mengalir semaunya di seluruh jaringan kabel. Tapi kalau tidak, maka kita harus bersiap-siap untuk mengalami kejadian ada kabel yang terbakar.
Jadi, selain digunakan untuk membagi besaran pemakaian arus listrik, MCB dalam rumah juga memiliki manfaat pencegahan agar besaran arus Fasa tidak melebihi batas kemampuan daya hantar listrik kabel yang terpasang dalam rumah.
Efek tertukarnya posisi arus listrik
Kondisi yang sebenarnya sering terjadi adalah kawat bermuatan arus Fasa tidak terpasang melalui MCB di meteran. Kawat bermuatan arus Fasa yang tidak melalui MCB di meteran seperti itu, biasanya, juga diikuti dengan kawat yang terpasang pada MCB di dalam rumah. Artinya, meski semua MCB yang ada dan terpasang di rumah tersebut telah dimatikan, tetap akan ada setrum di jaringan kabel.
Efek dari kondisi tersebut, yang paling umum, adalah mengubah kinerja perangkat elektronik menjadi tidak normal. Mirip dengan kinerja perangkat elektronik bermutu rendah. Misalnya, kinerja kulkas yang sudah tidak dingin atau nasi hasil olahan rice cooker yang cepat basi.
Walau kinerja perangkat menjadi tidak normal, bukan berarti perangkat benar-benar sudah rusak. Kinerja perangkat menjadi tidak pasti. Kadang normal, kadang tidak. Ketidakberaturan kinerja perangkat seperti itu, membuat semakin sulit untuk kita dapat mendeteksi / mengidentifikasi permasalahan secara lebih dini. Setelah perangkat benar-benar rusak, kita pun cenderung menganggapnya disebabkan karena kualitas / mutu perangkat yang buruk.
Memang sulit untuk mengidentifikasi kasus ketidak-benaran kinerja perangkat elektronik. Terlalu banyak kemungkinan yang bisa menjadi penyebabnya. Kawat bermuatan arus Fasa yang tidak dipasang pada MCB hanyalah salah satu diantaranya, dan sebagian besar dari kita memiliki anggapan bahwa instalasi listrik di area meteran hingga box MCB, sudah terpasang dengan semestinya.
Sebuah anggapan yang wajar, karena tanggung jawab instalasi listrik di area tersebut telah menjadi bagian dan diserahkan sepenuhnya pada pihak PLN serta pengembang rumah. Jarang diantara pembeli / pemilik rumah yang benar-benar memahami teknik instalasi listrik / pemasangan kawat di area tersebut.
Memastikan arus positif terpasang melalui MCB
Cara paling mudah untuk mengetahui kebenaran kawat bermuatan arus Fasa terpasang pada MCB atau tidak adalah dengan menggunakan tespen. Matikan MCB di meteran, kemudian tancapkan tespen ke dalam masing-masing lubang stop kontak. Jika lampu tespen menyala saat di tes ke salah satu atau kedua lubang stop kontak, sudah bisa dipastikan kawat bermuatan arus Fasa tidak dipasang melalui MCB meteran.
Dalam situasi seperti itu, saya sarankan anda untuk meminta bantuan petugas PLN membenahinya. Jangan sesekali mengerjakan sendiri membuka / mem-preteli box meteran PLN. Anda sama sekali tidak diperkenankan untuk melakukan hal tersebut oleh PLN.
Biarkan kondisinya seperti itu sampai petugas PLN datang memperbaiki hingga selesai dan semuanya terpasang seperti sebagaimana mestinya. Setelah itu, baru perhatikan warna kawat yang terpasang masuk dan keluar unit MCB di meteran.
Seharusnya, ada dua warna kawat yang “tidak” terpasang melalui unit MCB di meteran, yaitu biru dan kuning. Jika memang terlihat demikian, maka pastikan bahwa kedua warna kawat tersebut juga tidak terpasang masuk ke unit MCB yang ada di (boks MCB) dalam rumah.
Skema di bawah ini adalah gambaran susunan kawat tembaga yang seharusnya terpasang antara unit meteran PLN dengan box MBC dalam rumah :
Seandainya belum pernah melakukannya, untuk keamanan anda juga, matikan terlebih dahulu unit MCB di meteran PLN. Selanjutnya, anda perlu membuka cover (pelindung luar) boks MCB dalam rumah. Kemudian tinggal dibandingkan, apakah warna kawat yang keluar dari unit MCB di meteran adalah sama dengan yang masuk ke unit MCB di dalam rumah. Jika sama, maka kawat bermuatan arus Fasa telah dipasang sesuai tempatnya.
Kalau tidak yakin, nyalakan MCB di meteran. Kemudian tempelkan tespen pada unit MCB dalam rumah sebagaimana seperti foto di awal artikel. Kondisi listrik seperti itulah yang semestinya terpasang di rumah.
Memperbaiki Sendiri Posisi Kawat Arus Positif
Sebenarnya, kita bisa mengerjakan sendiri perbaikan posisi kawat bermuatan arus Fasa yang salah tanpa bantuan petugas PLN. Tidak perlu dengan cara membongkar casing meteran, melainkan cukup mengatur ulang susunan kawat yang terpasang di boks MCB dalam rumah. Namun, saya ingatkan, hati-hati mengerjakannya. Anda membutuhkan peralatan listrik (tang kombinasi, tang buaya, obeng min, obeng kembang dan tespen) yang memadai untuk bisa mengerjakannya dengan risiko tersengat listrik sekecil mungkin.
Jangan lupa untuk selalu menggunakan alas kaki berbahan karet saat hendak dan sedang mengerjakan kasus seperti ini.
Berikut ini saya sajikan dua kemungkinan kesalahan pemasangan posisi kawat arus Fasa pada meteran PLN yang biasa terjadi dan ditemukan di rumah tinggal.
Kesalahan pemasangan pertama :
Cara memperbaikinya :
Pada gambar 1 di atas, kawat arus Fasa yang terdapat pada kabel input ke meteran adalah berwarna hitam. Kawat hitam inilah yang seharusnya dihubungkan pada unit MCB di meteran. Yang nampak pada gambar adalah posisi kawat hitam bertukar tempat dengan posisi kawat biru (netral).
Susunan kawat pada kabel output antara meteran ke box MCB, pada dasarnya sudah terpasang dengan benar. Tapi karena susunan kawat kabel input yang salah, membuat jenis arus listrik yang mengalir dalam kawat hitam dan biru pada kabel output ikut menjadi salah. Dengan kondisi seperti itu, sama dengan keadaan membiarkan arus Fasa mengalir langsung ke dalam rumah tanpa batasan apa pun (loss).
Umumnya, kekuatan meng-hantarkan arus listrik pada kabel input dan output di meteran jauh lebih besar dibandingkan kabel pada jaringan kabel di dalam rumah. Itulah yang menjadi penyebab utama kerusakan perangkat listrik / elektronik dari kesalahan pemasangan kawat sebagaimana diilustrasikan pada gambar 2. Tidak ada penghalang yang membatasi besaran arus Fasa untuk tetap berada di bawah kondisi kemampuan hantar arus kabel di dalam rumah.
Seandainya kita mengerti “sedikit” mengenai teknik sambungan antar kawat dan mengerti cara memperlakukannya, kondisi sambungan seperti itu akan menjadi sangat menguntungkan. Dengan kesalahan sambungan kawat seperti itu, kita dapat memperbesar kapasitas listrik terpasang menjadi berapa pun yang kita inginkan. Cukup melakukan penggantian kapasitas unit MCB di box MCB dan kapasitas hantar arus dari kabel pada jaringan kabel sesuai dengan besaran kapasitas unit MCB.
Misalnya, kapasitas listrik terpasang di rumah adalah 900VA, maka setelah jalur pemasangan kawat diperbaiki sesuai gambar sebelah bawah, kita dapat menjadikannya 6600VA dengan cara mengganti unit MCB berkapasitas 30 Ampere di box MCB. Tentu saja, tindakan tersebut harus disertai penggantian kemampuan hantar arus dari kabel yang sebesar / di atas 6600VA juga. Maka, untuk waktu selanjutnya, kita akan menikmati fasilitas penggunaan listrik sama dengan pelanggan 6600VA, tetapi dengan biaya tarif pelanggan 900VA. Kondisi ini akan berlangsung selamanya dengan syarat kita bisa membatasi pemakaian listrik maksimal sama dengan pelanggan 900VA (< 648 kwh) per bulan.
Disamping kasus kesalahan sambungan seperti itu, terdapat kesalahan lain yang mirip. Tetapi tidak sampai membuat arus positif menjadi loss. Ilustrasi-nya di gambarkan pada skema di bawah ini.
Kesalahan pemasangan kedua :
Cara memperbaikinya :
Kalau diperhatikan, tidak ada masalah dengan kondisi susunan kawat seperti yang diilustrasikan dalam skema sebelah atas pada gambar 3. Karena, arus Fasa yang dialirkan masuk ke dalam rumah sudah melalui dan dibatasi oleh unit MCB di meteran PLN.
Namun, sebagaimana telah di ceritakan sebelumnya, bukan besaran arus dari kapasitas listrik terpasang di rumah yang menjadi masalah. Tetapi, besaran kapasitas daya hantar listrik dari jaringan kabel yang terpasang di rumah.
Jika kita meyakini semua kabel yang ada memiliki besaran daya hantar listrik lebih besar dari kapasitas listrik terpasang di rumah, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tidak perlu ada tindakan membagi pemakaian listrik menggunakan MCB dalam rumah.
Jika tidak, lebih baik ubah susunan kawat yang terpasang di boks MCB sebagaimana yang terlihat pada gambar 4.
Kawat keluaran dari MCB dalam box MCB yang tidak benar
Kesalahan ini, cenderung disebabkan oleh pihak pemilik rumah ketika melakukan pemasangan jaringan kabel di dalam rumah. Baik itu dilakukan dengan menggunakan jasa seorang teknisi listrik ataupun kita sendiri.
Sama halnya dengan petugas PLN, kita pun tidak selalu dapat mengandalkan diri sendiri untuk mengerjakan susunan pemasangan kawat pada MCB secara benar. Namun demikian, walau pun kita membuat kesalahan adalah wajar, karena tidak semua mayoritas di antara kita hidup dan berkecimpung di bidang kelistrikan.
Kesalahan pemasangan kawat keluaran dari MCB seperti ini dapat diperbaiki dengan mudah. Kita tinggal mengganti posisi kawat output MCB dari hitam menjadi biru. Anda dapat melihat ilustrasi dua skema dari Gambar 5 di bawah, dimana bagian kesalahan ditunjukkan di area kotak merah dan perbaikannya ditunjukkan pada area kotak hijau.
Kesalahan pemasangan kawat arus pada boks MCB :
Cara memperbaikinya :
MCB : meteran PLN vs box MCB
Jadi, fungsi MCB di meteran adalah membatasi besaran arus Fasa yang masuk ke dalam rumah. Nilai batas besaran itu disebut juga dengan nilai kapasitas listrik terpasang. Atau, jumlah nilai pemakaian listrik yang bisa digunakan oleh kita sebagai pelanggan PLN.
Sedangkan fungsi MCB pada boks MCB dalam rumah adalah untuk membagi besaran arus listrik yang keluar dari meteran, sekaligus membatasinya agar tidak melebihi besaran daya hantar listrik jaringan kabel.
Hubungan antara MCB, tespen dan kawat yang dibalut pembungkus berwarna hitam adalah sama-sama digunakan untuk kepentingan yang berhubungan dengan keberadaan arus Fasa di jaringan kabel listrik sebuah rumah. Besaran arus Fasa yang seharusnya beredar, memiliki keterkaitan yang erat dengan fungsi MCB dan kapasitas hantar arus kabel. Dan fungsi tespen adalah untuk memudahkan kita mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai keberadaan arus Fasa pada MCB dan kabel.
Semoga bermanfaat…! 🙂