Ilustrasi gambar skema pemipaan di bawah ini bisa diterapkan di rumah yang memasang satu tangki air namun memiliki dua sumber pasokan air, yaitu : PAM dan Sumur :
Untuk mencegah air dari PAM masuk ke sumur maupun sebaliknya, di masing-masing jalur pipa dipasangi check-valve (klep satu arah). Hal yang penting diperhatikan jika menggunakan teknik pemipaan seperti ini adalah “buka-an stopkran” di jalur pipa PAM tidak boleh dibuka penuh.
Bahkan, kalau bisa, default tekanan air di jalur pipa PAM diusahakan untuk “tidak melebihi” tekanan air dari pompa air.
Hal ini perlu dilakukan untuk mempersempit / menghindari kemungkinan terjadi kondisi tekanan air yang sama besarnya antara PAM dengan pompa di saat pengisian kembali air ke dalam tangki dilakukan oleh pompa.
Misalnya : saat pompa tengah menyala mengisi air ke dalam tangki kemudian dihadang oleh kekuatan tekanan air yang datang dari PAM secara tiba-tiba, maka check-valve yang terpasang di jalur pipa outlet pompa akan langsung menutup.
Seandainya pompa yang digunakan tidak memiliki fitur otomatis nyala-mati, maka pompa akan terus menyala dengan kondisi air tidak tersalurkan. Kondisi seperti ini, meskipun jarang dan sangat kecil kemungkinan untuk terjadi, bisa menyebabkan pompa menjadi rusak.
Seandainya pompa yang digunakan memiliki fitur otomatis nyala-mati, ada kemungkinan pompa akan berkali-kali nyala-mati selama waktu pengisian kembali. Memang tidak ada masalah dengan kondisi seperti itu, namun setiap tarikan awal listrik yang dilakukan pompa akan memengaruhi kinerja perangkat elektronik lainnya.
Disitulah kepentingan untuk membatasi buka-an stopkran di jalur pipa PAM. Untuk menentukan besar batas buka-an stopkran sesuai dengan yang diperlukan, harus dikerjakan pada waktu air PAM mengalir dengan kekuatan tekanan yang terbesar. Biasanya, kondisi seperti itu bisa diperoleh pada malam hari di atas pukul 23.00. Itu adalah waktu terbaik untuk mengatur besar bukaan stopkran di jalur PAM agar kekuatan tekanan air tertinggi yang didistribusikan PAM berada pada level mendekati / mirip dengan kekuatan tekanan air yang dihasilkan pompa. Atau, bisa juga diatur lebih kecil dari kekuatan tekanan air yang dihasilkan oleh pompa. Karena yang menjadi tujuan utamanya adalah air PAM bisa tetap mengalir masuk mengisi ke dalam tangki tanpa kemungkinan dapat menghambat air yang didistribusikan pompa.
Pada siang hari, dimana umumnya tekanan air PAM mengecil, air tetap akan mengalir masuk ke dalam tangki dan akan dihentikan oleh pelampung analog saat air sudah memenuhi tangki. Seandainya jumlah pemakaian air dalam rumah lebih besar daripada jumlah air yang diisikan ke dalam tangki oleh PAM, maka ada kemungkinan air dalam tangki akan terus menyusut dan habis. Ketika air terus menyusut dan melampaui batas pelampung RADAR yang paling bawah (menggantung), maka pompa otomatis menyala untuk mengisikan air ke dalam tangki. Air sumur akan terus diisikan ke dalam tangki dan otomatis berhentI ketika kedua pelampung RADAR sudah dalam kondisi mengapung di permukaan air.
Setelah pompa mati, aliran air PAM akan mengambil alih kembali pengisian ke dalam tangki. Siklus mengisi air ke dalam tangki secara bergantian ini akan terus berlangsung secara otomatis. Tidak ada “kerepotan” lebih lanjut setelah buka-an stopkran jalur aliran PAM dikerjakan. Disamping itu, cara seperti ini akan membuat air dalam sumur tetap terpelihara kesegarannya karena selalu terpakai bergantian dan bersamaan dengan air PAM dalam satu tangki.
Teknik penyambungan kabel yang digunakan untuk RADAR dengan pompa air, dapat anda temukan di artikel Skema Pemipaan : Satu Tangki Air, Sumur dan RADAR.
Semoga bermanfaat!