Ada keterkaitan erat antara Voltase dan Watt. Tidak banyak pemahaman saya mengenai Voltase dan Watt secara teknik listrik. Semuanya hanya berdasarkan analisa dari pergerakkan jarum indikator unit Ampere meter dan Volt meter yang terdapat pada stabilizer di rumah saya saja.

Hubungan dan keterkaitan dari Voltase, Watt dan Ampere; mirip dengan konsep mendistribusikan Air dari satu ke lain tempat dengan menggunakan Pompa melalui Pipa.

Secara garis besar, Watt memiliki persamaan sebagai Air, Voltase sebagai kekuatan Tekanan Pompa Air dan Ampere sebagai Pipa sarana aliran Air.

Cara kerjanya, kurang-lebih seperti ini :

Semakin besar kekuatan Pompa mendistribusikan Air, maka akan semakin besar jumlah volume Air yang bisa dialirkan. 

Sedangkan nilai Ampere, mereprensentasikan besaran diameter Pipa yang “boleh” dilalui Air. Semakin besar diameter Pipa, mengartikan semakin banyak volume Air yang “boleh” dialirkan secara sekaligus.

Jadi, kekuatan tekanan Pompa akan selalu menentukan jumlah volume Air yang didistribusikan dimana nilai maksimalnya dibatasi dengan ukuran diameter Pipa. 

Itu sebab mengapa Voltase memiliki peran sangat dominan dalam memengaruhi kinerja sebuah perangkat elektronik. Kenaikan Voltase akan menambah jumlah Watt dari yang seharusnya dikonsumsi perangkat elektronik. Dan, penurunan Voltase akan menguranginya.

Biaya ketidakstabilan Voltase

Ketika kita menyalakan satu / beberapa perangkat elektronik secara bersamaan, kemudian terjadi pergerakan naik / turun dari tegangan (Voltase) listrik, maka hal itu otomatis akan ikut mempengaruhi jumlah besar / kecilnya daya (Watt) listrik yang sedang mengalir ke perangkat-perangkat elektronik tersebut. Saat Voltase bergerak naik, maka besaran Watt akan bertambah. Demikian juga sebaliknya.

Berapa jumlah bertambahnya nilai daya (Watt) yang terjadi?

Seandainya sebuah bohlam berdaya 5 watt ~ 220 Volt mengalami kenaikan tegangan pada kisaran 230 Volt, maka bohlam tersebut akan menerima jumlah daya sebesar :

= (5 Watt / 220 Volt) x 230 Volt
= 0,02273 Ampere x 230 Volt
= 5,2279 Watt

Jika terjadi kenaikan tegangan hingga kisaran 250 Volt, maka jumlah daya yang diterima oleh bohlam tadi menjadi :

= (5 Watt / 220 Volt) x 250 Volt
= 0,02273 Ampere x 250 Volt
= 5,6825 Watt

Demikian juga halnya jika terjadi penurunan tegangan.

Misalnya, dengan spesifikasi bohlam yang sama di atas, mengalami penurunan tegangan hingga angka 190 Volt, maka bohlam tersebut akan menerima jumlah daya sebesar :

= (5 Watt / 220 Volt) x 190 Volt
= 0,02273 Ampere x 190 Volt
= 4,3187 Watt

Efek dari kenaikan voltase akan berakibat pada kualitas sinar dari lampu menjadi lebih terang. Dalam keadaan voltase normal (220 Volt), kita harus menggunakan lampu dengan kapasitas Watt lebih besar agar mendapatkan sinar lampu yang lebih terang.

Logika ini menunjukkan bahwa penyebab lebih terangnya cahaya lampu saat terjadi kenaikan Voltase adalah bertambah besarnya jumlah daya listrik (Watt) yang diterima oleh lampu. Lonjakan kenaikan Voltase cenderung bersifat dinamis dan tidak diam pada angka tertentu saja.

Berdasarkan yang saya alami, nilai kenaikan dari lonjakan berada pada kisaran angka 225 Volt s/d 230 Volt. Pada kisaran angka tersebut, kelebihan terang dari cahaya lampu yang dihasilkan tidaklah terlalu terasa / terlihat. Namun, hal itu tetap akan berdampak tercatat pada meteran listrik PLN.

Jika melihat contoh dari efek kenaikan Voltase pada bohlam di atas, tidak terlihat perbedaan mencolok dan pengaruh yang besar. Baik dari sisi fisik perangkat maupun biaya pemakaian daya yang harus dikeluarkan. Terlebih lagi, perhitungan waktu pemakaian daya dari kelebihan Watt di atas menggunakan satuan jam.

Sedangkan dinamika pergerakkan dari ketidakstabilan Voltase yang terjadi hanya dalam hitungan satuan detik (mungkin lebih kecil dari itu). Walau pun begitu, hal itu biasanya terjadi terus-menerus selama periode waktu antara 2 s/d 3 jam saat pagi (mulai pukul 05.00) dan / atau sore hari (mulai pukul 16.00).

Dinamika pergerakan Voltase ini, terjadi berbeda-beda antara sesama pelanggan PLN. Biasanya, dipengaruhi oleh daerah / lokasi tempat tinggal dari masing-masing pelanggan. Namun, efek pemakaian daya yang tercatat pada meteran adalah sama. Untuk kenaikan Voltase, akan menghasilkan penambahan nilai pada pencatatan meteran. Sedangkan untuk penurunan Voltase, akan menghasilkan pengurangan nilai pada pencatatan meteran.

Baik kenaikan maupun penurunan Voltase, juga akan berpengaruh terhadap umur / daya tahan perangkat elektronik. Pengaruh tersebut, bisa berupa hanya sekedar menjadikan kinerja perangkat tidak benar atau bisa juga menjadikan perangkat rusak total. Tergantung seberapa besar dan jenis dinamika pergerakan yang terjadi. Umumnya, kerusakan perangkat yang terjadi secara instant (mendadak), cenderung disebabkan oleh kenaikan Voltase. Sedangkan penurunan Voltase, cenderung membuat daya tahan (umur) perangkat menjadi berkurang.

Suka atau tidak, mau atau tidak mau, itulah realita dari kondisi aliran listrik yang dipasok ke dalam rumah kita. Selama kita masih membutuhkan pasokan listrik dari PLN, maka kondisi seperti itulah yang akan kita terima dan bayar untuk mengoperasikan perangkat elektronik di rumah.

Lalu, sejauh mana kekuatan perangkat elektronik di rumah kita bisa bertahan dalam menerima kondisi pasokan aliran listrik seperti itu?

Toleransi Perangkat Elektronik terhadap Dinamika perubahan Voltase

Toleransi dan reaksi yang dimiliki setiap unit perangkat elektronik berbeda-beda terhadap efek dinamika pergerakan Voltase. Kemampuan bertahan satu perangkat elektronik terhadap kenaikan Voltase listrik dapat disebabkan oleh beberapa hal. Diantaranya adalah kualitas dan umur fisik komponen perangkat.

Perangkat dengan fisik komponen berkualitas rendah akan memiliki toleransi daya tahan yang rendah juga. Hal ini merupakan salah satu penyebab rusaknya perangkat setelah belum lama dipakai, walau pun baru dibeli.

Kondisi yang sama juga akan terjadi pada pendeknya umur fisik perangkat.

Walau pun berkualitas bagus, perangkat akan rusak dengan sendirinya setelah akumulasi waktu pemakaian telah tercapai. Seperti lampu SL (biasa disebut dengan “lampu hemat energi”) yang banyak dijual, apa pun merk-nya, memiliki batas umur pemakaian. Sehingga akan mati dengan sendirinya ketika akumulasi waktu pemakaian telah tercapai (max. 3 tahun).

Dinamika pergerakan Voltase sekecil apapun, baik kenaikan atau penurunan, akan berpengaruh menambah akumulasi pemakaian dan (otomatis) mengurangi umur fisik perangkat elektronik akibat ekstra kerja yang disebabkan penerimaan daya yang tidak seharusnya.

Jika diperhatikan lebih jauh, bertambahnya kinerja perangkat elektronik / listrik akibat kenaikan Voltase, terlihat sebagai hal yang memang demikian adanya. Sebagaimana dicontohkan sebelumnya di atas mengenai semakin terangnya cahaya lampu akibat jumlah daya yang diterima oleh lampu bertambah dari seharusnya.

Namun, apakah hal yang sama juga berlaku jika terjadi penurunan Voltase?

Bukankah dengan berkurangnya jumlah daya akibat penurunan Voltase akan menjadikan kinerja perangkat menjadi berkurang juga?

Bila pertanyaan tersebut ditujukan untuk diterapkan pada nyala lampu, memang benar bahwa penurunan Voltase “terlihat seolah-olah” akan menambah umur lampu. Seandainya kondisi penurunan Voltase diterapkan pada perangkat seperti lemari es / kulkas atau AC (Air Conditioner), maka efek yang dihasilkan akan sama seperti kenaikan voltase. Yaitu, mengurangi umur / daya tahan perangkat. Perbedaannya dengan lampu adalah perangkat seperti lemari es / kulkas atau AC, beroperasi berdasarkan sensor suhu udara (thermostat). Standar kinerja perangkat akan bertambah lama saat terjadi penurunan Voltase.

Misalnya, saat Voltase dalam keadaan stabil, waktu yang dibutuhkan AC untuk mendinginkan ruangan hanya selama 10 menit. Ketika terjadi penurunan Voltase, AC pasti akan bekerja lebih lama. Hal ini dikarenakan berkurangnya jumlah daya yang dibutuhkan kompresor saat proses mendinginkan ruangan. Berkurangnya pasokan daya tersebut, akan memperlambat kinerja kompresor. Semakin kecil jumlah daya yang diterima, semakin lambat kinerjanya. Dan kompresor akan tetap bekerja selama suhu ruangan belum mencapai nilai derajat yang ditentukan.

Demikian juga halnya dengan lemari es / kulkas. Semakin kecil jumlah daya yang seharusnya diterima, semakin lambat kinerjanya. Dan mesin akan tetap bekerja selama suhu ruang di dalam kulkas belum mencapai nilai derajat yang telah ditentukan.

Lamanya waktu kompresor AC / kulkas bekerja dalam proses mendinginkan, setidaknya, pasti akan berpengaruh terhadap daya tahan / umur dari kompresor itu sendiri. Namun, seberapa besar efek negatif dari pengaruh tersebut hingga membuat perangkat menjadi rusak, banyak faktor yang menentukannya. Seperti : besaran nilai penurunan Voltase, lama waktu terjadi penurunan, hentakkan pergerakan naik-turun Voltase dsb.

Kondisi ketidakstabilan ini hanya dapat di-netral-kan dengan cara menstabilkan Voltase sebelum daya dialirkan ke dalam perangkat. Saya tidak menemukan cara lain yang lebih efektif dari tindakan menginstall unit stabilizer di area box MCB dalam rumah.

Seandainya kondisi Voltase telah distabilkan, akankah menjamin daya tahan kualitas lebih baik dan umur fisik lebih panjang dari perangkat elektronik?

Saya tidak memiliki jawaban yang pasti mengenai hal itu. Namun, dari apa yang saya alami, 90% bagian dari jaminan itu dapat terpenuhi. Tidak menjadi masalah rendahnya kualitas dari produk perangkat yang saya beli, tetap dapat beroperasional dengan baik dan berumur relatif lebih lama dibandingkan sebelum kondisi Voltase distabilkan.

Seandainya kita tidak ingin memasang stabilizer, adakah cara lain untuk menstabilkan Voltase?

Default Voltase vs Toleransi Voltase

Sebagaimana yang telah dinyatakan sebelumnya, bahwa salah satu penyebab ketidakstabilan Voltase berasal dari aliran listrik yang oleh PLN. Namun, ada juga penyebab lainnya, yaitu instalasi jaringan kabel listrik di dalam rumah yang tidak benar. Kondisi yang dihasilkan dari ketidakstabilan Voltase dari kedua faktor tersebut sangat bervariasi.

Berdasarkan pengalaman, instalasi jaringan kabel yang terpasang dengan benar akan membuat kualitas hantaran daya listrik menjadi lebih baik. Tetapi, hal tersebut tidak menjamin kondisi Voltase di rumah menjadi stabil sepenuhnya.

Permasalahan sebenarnya adalah perilaku listrik di dalam kabel, tidak pernah bisa kita saksikan langsung dengan mata telanjang. Sebaik apapun instalasi jaringan kabel yang kita buat, tetap tidak akan menjadikan kita bisa memprediksi perilaku listrik yang beredar di dalamnya.

Kita tidak pernah mengetahui ragam situasi yang berlangsung, seperti :

  • kapan kondisi ketidakstabilan Voltase akan kembali normal (220 Volt) dengan sendirinya?
  • Atau, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk kembali normal dengan sendirinya?
  • Atau, apakah nantinya Voltase akan turun sudah pasti di besaran nilai 220 Volt?

Ada yang menyatakan bahwa pemikiran tentang perilaku Voltase listrik seperti uraian di atas, cenderung mengada-ada. Alasannya, perangkat elektronik dengan default tegangan 220 Volt, pada umumnya memiliki toleransi untuk beradaptasi terhadap perubahan Voltase sebesar ±10% dari default-nya. Atau, dengan kata lain, perangkat elektronik dengan default tegangan 220 Volt masih dapat beroperasi dengan baik dalam rentang tegangan 200 s/d 240 Volt.

Secara tidak langsung, pernyataan tersebut menekankan bahwa selama masih dalam batas toleransi Voltase yang dimilikinya, maka perangkat elektronik tetap aman untuk dioperasikan.

Memang benar, tidak akan terjadi kerusakan cukup berarti selama Voltase yang beredar pada jaringan kabel listrik dalam rumah berada dalam batas toleransi yang dimiliki perangkat elektronik. Atau bahkan, sama sekali tidak berpengaruh negatif terhadap kinerja dan fisik jeroan perangkat elektronik.

Namun, fokus yang saya tekankan bukan sekadar besarnya dinamika kenaikan / penurunan nilai Voltase yang dapat ditoleransikan, tetapi berapa lama waktu berlangsungnya dinamika itu terjadi diluar kondisi default.

Perlunya men-default-kan Voltase…

Pengertian kata toleransi dalam kasus besaran nilai Voltase disini adalah dapat menerima kondisi diluar normal (220 Volt) yang terjadi untuk periode jangka waktu tertentu.

Bukan menerima untuk dapat berlaku selamanya!

Jika satu kondisi diluar normal dapat diterima dan berlaku untuk selamanya, maka kondisi itu dinamakan sebagai standar / default pengoperasian. Bukan toleransi!

Seandainya mayoritas perangkat elektronik memiliki standar / default normal pengoperasian tegangan listrik adalah 200 Volt s/d 240 Volt, maka dinamika perubahan turun-naik tegangan yang berlangsung di atas nilai 220 Volt, tidak akan pernah menjadi masalah dan artikel ini-pun tidak akan pernah dipublikasikan.

Masalah yang sebenarnya jarang diketahui dan, bahkan, sering dianggap sepele adalah lama waktu pemakaian perangkat elektronik yang diperkenankan saat kondisi tegangan listrik diluar normal. Karena, baik perangkat elektronik maupun perangkat analog, jika dipaksakan untuk tetap bekerja di luar standar kemampuan yang dimilikinya, pasti akan lebih cepat mengalami kadaluwarsa / kerusakan.

Bagaimanapun juga, tetap dibutuhkan keberadaan stabilizer untuk membuat kualitas pasokan daya ke dalam rumah menjadi lebih baik dan aman untuk digunakan. Mengkondisikan pemakaian listrik tanpa stabilizer lebih banyak efek merugikan daripada menguntungkan. Terlepas dari alasan apa pun, tegangan listrik yang stabil merupakan hal yang memang sudah seharusnya dipenuhi pada instalasi listrik terpasang di rumah.

Semoga bermanfaat…! 🙂

26 tanggapan untuk “Voltase, Watt dan Perangkat Elektronik

  1. pak tu arus yg turun/naik pa bsa di atasi dgn memasang capasitor(komponen elektronik)pda instalasi trpasang guna mnghndari dampak negatip pada pralatan elektronik kita. kali aja bsa tu benda kan hrga nya lbh mrah dripada stabilizer he he he…..

    1. Mungkin saja. Maaf, sayangnya ilmu mengenai listrik yang saya miliki hanya sebatas user di ruang lingkup rumah tinggal saja. Orientasinya lebih pada hal-hal umum dan gampang dipahami serta diterapkan di kalangan yang memiliki pengertian ilmu listrik sangat sederhana (awam).
      Bisa jadi yang anda katakan benar adanya, tapi… hahahaha… ribeeeet. Gampangan masang stabilizer daripada ngerti-in ilmu listrik… hahahahaha…..
      Btw, thanks buat idenya… 😀

  2. salam skses pak om…mhon deh pencerahannya. sya kan ada stavol 500 N merk matsunaga yg sebagian komponennya sdh tdk brpungsi lagi(1/2 rusak kalee…)tpi jka d aktfkan & ukr arus ot nya mmang lbh bsar dri arus infut.apkah benda ini msh bsa di pakai? tq

    1. Secara tehnik, saya tidak mengerti masih berfungsi atau tidaknya komponen dalam stabilizer. Indikator output daya memang sudah seharusnya menunjuk pada angka 220 Volt, sedangkan indikator input daya bisa pada angka berapa saja. Selama indikator output daya berada pada angka 220, saya rasa, tidak ada masalah dengan stabilizer tersebut.

      Salam.

  3. Artikel yang baik dan bagus bermutu pula, ada rekomendasi Stavolt/stabilizer yang baik dan bagus untuk daya pemakaian max 900w sj. Terimakasih

    1. Terima kasih atas apresiasinya. 🙂

      Saya pakai merek OKI atas rekomendasi dari pedagang perangkat listrik di Glodok. Produk untuk pemakaian rumah tinggal, tersedia mulai dari kapasitas 350 VA s/d 10.000 VA. Anda dapat dengan mudah menemukan infonya di internet dan marketplace.

      Salam. 🙂

  4. Selamat malam Pak Omar Ramlee.
    Jika menggunakan 5 AC, mesin cuci, kulkas 2 pintu, Sanyo air 2, TV 4, setrika, magic com, freezer, water heater 2.
    Berapa daya listrik yg paling aman saya pasang?
    Biar tidak hidup mati listrik saya.

    1. Selamat malam Ramzey,

      Kalau dari perkiraan kasarnya dengan dikondisikan semua unit perangkat elektronik menyala bersamaan, maka kemungkinan kapasitas listrik terpasang yang Anda butuhkan berkisar antara 10.000 VA s/d 15.000 VA.

      Untuk mendapatkan nilai pemakaian listrik yang lebih akurat, tolong Anda sertakan nilai input daya dari masing-masing perangkat elektronik tersebut.

      Saya tidak dapat menghitung kapasitas listrik terpasang yang Anda butuhkan tanpa mengetahui besaran input daya dari masing-masing perangkat elektronik tersebut.

      Salam. 🙂

  5. Mau tanya kalau saya punya powerbank 100w 220v apa bisa untuk perangkat elektronik dengan watt 120w dengan 12 volt. klo tidak bisa ngakalinnya gimana? apa yg menyebabkan konslet kebakar suatu perangkat watt atau volt?

    1. Selamat pagi, Mi.

      Bisa, selama input listrik perangkat elektronik yang menjadi target menggunakan arus DC.

      Sedangkan penyebab perangkat elektronik terbakar, umumnya disebabkan voltase listrik yang menjadi input lebih besar dibanding default voltase dari perangkat elektronik yang mengkonsumsi listrik tersebut.

      Salam.

      1. Selamat malam, Maryati.

        Tegangan 198 Volt terbilang rendah dan berpotensi memperpendek usia pemakaian perangkat elektronik pada umumnya.

        Sebaiknya Anda menghubungi pihak PLN untuk memeriksakan situasi dan kondisi listrik di rumah Anda.

        Salam. 🙂

  6. Saya punya mesin cukur wahl legend. Dibodi mesinnya tertulis 9 watt, 220-230 volt. Agar arus stabil saya belikan sebuah stavolt 1000N dan dikalibrasi/di sett di angka 220 volt. Pertanyaanya adalah setelah menggunakan stavolt mesin cukur berjalan normal tetapi kadang2 kurang bertenaga. Apakah mesin cukur aman bila voltase stavolt saya naikkan ke angka 225 volt?
    Catatan: tipe mesin menggunakan lilitan kabel/spull

    1. Selamat malam, Fathor.

      Begini, saya ada sedikit janggal kalau Anda sampai bisa merasakan performa mesin bekerja di bawah normal. Karena hal itu menandakan ada penurunan voltase yang cukup siginifikan. Atau, bisa juga disebabkan tarikan pemakaian listrik yang cukup besar dari perangkat listrik lain di sekitar Anda. Sehingga, kalaupun stabilizer di set pada tegangan 225 Volt, menurut saya tidak akan banyak berpengaruh.

      Sekadar saran saja yaa… coba Anda buat jalur kabel baru untuk stopkontak yang sumber listriknya mengambil langsung dari MCB. Pakai jalur kabel baru ini sebagai pengganti dari stopkontak yang sebelumnya Anda pakai. Stabilizer tetap di set pada tegangan 220 Volt.

      Teknik tersebut biasa dipakai untuk menstabilkan kinerja AC (Air Conditioner) di rumah atau perkantoran yang suplai listriknya sering tidak konsisten. Semoga bisa membantu mengatasi permasalahan Anda.

      Salam. 🙂

  7. boleh tanya?
    apakah BENAR atau SALAH jika mencuci dimalam hari bebarengan dengan menyala nya semua elektronic seperti AC listrik kita semakin mahal.karena kata tetanggaku sebaik nya menyalakan mesin cuci dipagi hari karena lebih murah .
    siang malam nya apakah pengaruh juga

    1. Selamat malam, Desi.

      Kalau pakai mesin cuci SALAH.

      Sedangkan BENAR jika pakai AC. Namun dengan kondisi rumah Anda tidak didukung Stabilizer.

      Saya sudah menceritakannya pada artikel Pemakaian Listrik lebih Besar di bawah jam 10 malam???.

      Intinya, ada beberapa perangkat elektronik yang kalau dinyalakan sebelum jam 10 malam jadi bikin boros listrik. Salah satunya AC.

      Sedangkan kalau mesin cuci tidak, alias sama saja mau dipakai siang ataupun malam hari.

      Nah, kalau Anda tidak mau ribet dan listrik tidak jadi boros, maka pasang stabilizer untuk satu rumah. Dengan demikian, listrik yang dikonsumsi semua perangkat elektronik di rumah Anda akan sebatas kebutuhan. Otomatis, biaya listrik yang Anda harus bayar jadi hanya sebesar pemakaian perangkat-perangkat elektronik tersebut.

      Dengan dukungan stabilizer di rumah, Anda tidak perlu khawatir apakah semua perangkat elektronik mau dipakai berbarengan dan dinyalakan diwaktu siang ataupun malam hari, biaya listrik yang harus dibayar akan tetap hanya sebesar pemakaian perangkat-perangkat elektronik tersebut saja.

      Salam. 🙂

  8. Saya ada speaker dari luar voltase nya 240/50hz apa gak masalah dipasang di indo yg voltase nya 220 ? Ato hrs pake alat tambahan dl

    1. Selamat siang, Bayu.

      Tidak masalah.

      Nilai 240 Volt yang tertera disitu adalah nilai maksimum voltase yang bisa ditolerir speaker pada pemakaian di tegangan listrik 220 Volt.

      Memang seperti itu yang biasanya tercantum pada spesifikasi input daya perangkat /alat-alat elektronik yang menggunakan default pemakaian listrik ber-tegangan 220 Volt.

      Salam. 🙂

  9. Maaf mau bertanya pak om, saya beli aki = 12 volt, tapi pengin lampu yang besar di kasih lah lampu 50 watt tapi 220v dengan cara di kasih fitting tapi di fitting tertera maksimal 20watt. Kalau seperti itu apa efek yang terjadi pak om.
    Terima Kasih.

    1. Selamat malam, Surya Roseno.

      Aki 12 Volt butuh tambahan inverter DC ke AC untuk menyalakan lampu 50 Watt 220 Volt. Sedangkan fitting 20 Watt akan hangus jika dipakai untuk menyalakan lampu 50 Watt.

      Salam. 🙂

    1. Selamat malam Reza.

      Kabel 3 x 2,5 mm aman untuk pemakaian listrik 2200 Watt pada tegangan 220 Volt.

      Secara teori, kawat tembaga berdiameter 2,5 mm mampu untuk menghantarkan arus listrik hingga 5.270 Watt.

      Sedangkan MCB 16 Ampere memiliki kapasitas maksimum untuk dilalui listrik hingga 3.520 Watt.

      Jadi, tidak masalah jika Anda hendak menggunakan kabel 3 x 2,5 mm dan MCB 16 Ampere untuk diaplikasikan pada listrik 2.200 Watt.

      Salam. 🙂

  10. Selamat siang, saya ad pertanyaan.
    Sebelumnya voltase saya normal 220 TPI karena sering trouble jadi saya pindah induk listrik nya. Setelah pindah voltase saya jadi hanya kisaran 205-215
    Apakah itu normal? Dan apakah aman untuk peralatan rumah tangga kulkas, dan mesin pompa air, juga mesin jahit high speed dinamo besar?

    1. Selamat siang, Lina.

      Tegangan 205 – 215 Volt masih aman untuk pemakaian perangkat-perangkat elektronik di rumah tinggal (seperti kulkas, pompa air dsb.). Sedangkan untuk mesin jahit dengan dinamo besar sebagaimana yang Anda maksud, saya tidak tahu spesifikasi input listriknya. 

      Biasanya pada mesin berbasis motor penggerak, akan melambat putaran mesinnya jika input tegangan listrik yang dikonsumsi mesin kurang dari ukuran standar voltase listrik yang dibutuhkan. Kerja mesin menjadi sedikit di bawah normal namun tidak merusak. 

      Seandainya setelah tegangan berubah menjadi 205-215 Volt, mesin jahit tidak menunjukkan tanda-tanda apapun setiap kali Anda menggunakannya, menurut saya tidak menjadi masalah.

      Salam. 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *