Entah apa nama resmi dalam bahasa Indonesia dari perangkat Pelampung (Air) Analog ini. Fungsinya untuk menghentikan aliran air berdasarkan ketinggian permukaan air dalam satu wadah. Biasanya digunakan untuk mengatur aliran air pada tangki air atau kloset duduk. Mungkin bisa disebut dengan nama “keran otomatis”, karena bisa bekerja mengatur aliran air tanpa campur tangan manusia.

Saya menyebutnya dengan istilah pelampung-analog karena fisik perangkat yang menjadi ciri khasnya adalah kemasan pelindung udara bertekanan tinggi berbentuk bola pelampung. Kata analog mengacu pada pengoperasian perangkat tanpa menggunakan listrik.

Salah satu contohnya seperti foto berikut :

Foto : Ball Tap

 

Dalam bahasa Inggris, perangkat itu diberi nama “Ball-tap”.

Di bawah ini adalah foto dari salah satu perangkat pemipaan yang memiliki konsep sama dengan ball-tap :

Foto : Float Valve

Dalam bahasa Inggris, perangkat ini dinamakan “float valve”. Sama dengan “ball-tap”, saya juga tidak tahu apa sebutan resmi dari “float valve” dalam bahasa Indonesia. Saya menyebutnya dengan nama “keran-berpelampung”, karena mengacu pada ciri fisiknya yang seperti keran air tetapi memiliki fitur pelampung berbentuk kubus sebagai pengatur aliran air.

Keran-berpelampung ini, adalah juga termasuk dalam kategori pelampung-analog, yaitu menggunakan udara bertekanan tinggi yang tersimpan dalam satu kemasan berbahan plastik keras untuk mengatur aliran air, namun tanpa melibatkan listrik dalam pengoperasiannya.

Di kisaran tahun 2015, pemakaian pelampung-analog masih jauh lebih banyak dibanding keran-berpelampung. Baik untuk dipasang di tangki air maupun kloset duduk. Namun demikian, baik pelampung-analog maupun keran-berpelampung, memiliki fungsi dan cara pemasangan untuk tujuan pemakaian yang sama.

Karena, banyak orang lebih banyak mengenal “ball-tap” dengan nama “pelampung-analog”, saya pun menggunakan sebutan “pelampung-analog” untuk mengacu pada penamaan “ball-tap”. Sedangkan untuk “float valve”, saya namakan sebagai “keran-berpelampung”.

Perbedaan penggunaan berdasarkan keadaan

Perbedaan bentuk fisik yang sebenarnya mendasari antara pelampung-analog dengan keran-otomatis adalah kondisi bentuk ruang dari wadah penampung air tempat masing-masing perangkat tersebut dipasangkan. Pelampung-analog memerlukan bentuk ruang secara horisontal (mendatar) cukup luas agar bola pelampung-nya bisa bergerak turun-naik dalam porsi yang benar untuk membuka dan menutup katup aliran air.

Kondisi ruang mendatar yang luas seperti itu tidak dibutuhkan untuk memasang keran-berpelampung dikarenakan bola-pelampung nya berukuran kecil dan melekat dengan fisik keran. Namun begitu, harus ada ruang vertikal (tegak lurus) setinggi 25 cm (kira-kira sedikit lebih panjang dari satu jengkal telapak tangan orang dewasa) agar keran bisa terpasang dengan semestinya.

Keran-berpelampung mulai semakin banyak diproduksi dengan model bervariasi dikisaran tahun 2019 dan dipromosikan sebagai pengganti keran bak mandi. Saya sempat membeli salah satu produk keran-berpelampung dengan model seperti foto berikut :

Foto : Keran-berpelampung merk Invelco

Mengapa saya membelinya sementara sudah memiliki keran-berpelampung berwarna biru sebagaimana foto di awal artikel?

Saya berkepentingan menggunakan keran-berpelampung untuk dipasang pada perangkat Low Pressure Filter (LPF) guna membuka-tutup aliran air PDAM yang masuk ke dalam filter.

Ada suatu hari, saya menemukan air meluber keluar dari tabung filter. Disitu, saya menemukan kalau keran-berpelampung tidak dapat mengakomodir aliran air yang bertekanan sangat lemah. Sehingga dalam situasi seperti itu, katup keran dari keran-berpelampung tidak menutup dengan sempurna dan menjadikan air tetap mengalir bahkan sampai meluber sekalipun.

Awalnya, saya berpikir hal itu disebabkan karena memang sudah menjadi bawaan produk dari model keran-berpelampung berwarna biru tersebut yang harus dioperasikan pada aliran air bertekanan kuat.

Kemudian saya mencari produk keran-berpelampung model lain di internet dan menemukan merk Invelco sebagaimana foto di atas. Melihat harganya yang hanya seperlima dari harga keran-berpelampung berwarna biru, saya berasumsi kalau bawaan kekuatan dan performa produknya juga tidaklah sekelas dengan keran-berpelampung warna biru.

Saya pun membelinya, dengan harapan keran Invelco ini bisa mengakomodir aliran air bertekanan sangat lemah.

Namun, harapan itu sirna setelah keran Invelco dipasang dan mendapatkan beberapa kali air PDAM tetap meluber keluar tabung filter.

Disinilah saya baru memahami yang menjadi letak perbedaan sebenarnya antara pelampung-analog dangan keran-berpelampung.

Bola-pelampung yang berukuran besar dan tidak melekat pada fisik keran, menjadikan pelampung-analog sangat sensitif bereaksi dengan ketinggian permukaan air. Sehingga katup keran pelampung-analog selalu dapat menutup dengan sempurna dan menghentikan aliran air yang bertekanan sangat lemah.

Keran-berpelampung juga mengandalkan bola-pelampungnya untuk mendeteksi ketinggian permukaan air guna membuka-tutup katup keran. Namun dikarenakan bola-pelampungnya berukuran kecil dan terpasang melekat dengan fisik keran, reaksi mendeteksi ketinggian permukaan air-nya menjadi tidak se-sensitif bola pelampung-analog. Akibatnya, katup keran-nya selalu gagal berfungsi jika dikondisikan untuk menghentikan aliran air bertekanan sangat lemah.

Dua unit keran-berpelampung pada foto-foto di atas, sama sekali tidak berguna untuk dipasang pada perangkat Low Pressure Filter (LPF). Itu sebabnya kemudian saya membuat pelampung-analog DIY agar dapat mengakomodir aliran air PDAM yang sangat lemah dan bisa dipasang di dalam ruang terbatas layaknya keran-berpelampung.

Seperti foto berikut ini pelampung-analog yang saya buat :

Foto : Pelampung-analog DIY

Sejak pertama kali dibuat dan dipasang di dalam tabung filter hingga sekarang, pelampung-analog DIY itu masih berfungsi dengan baik.

Jadi, kalau Anda menemukan wadah penampungan air di rumah yang menggunakan keran-berpelampung selalu meluber meskipun tekanan aliran airnya lemah, itu dikarenakan sudah menjadi bawaan produk dari keran-berpelampung. Satu-satunya solusi hanyalah dengan mengganti keran-berpelampung dengan pelampung-analog.

Semoga bermanfaat! 🙂

13 tanggapan untuk “Perangkat Pemipaan : Pelampung Analog

  1. Terima kasih atas informasinya pak Omar, kalau boleh tau untuk pembelian keran-berpelampung bapak beli di mana ya? Saya sudah cek ke toko material bahan bangunan tidak ada

      1. Ace Hardware, harganya nyaris 0,5 jt. Bisa juga pakai merk Invelco (online), harganya Rp. 80 rb-an (2014). Performa kedua keran sama. Bedanya, Invelco hanya diperuntukkan menangani air bertekanan tinggi.

        Salam.☺

      1. * link dihapus oleh admin *

        Pak kalau liat foto ini itu yg keluaran dari keni 3/4″ namanya apa yang warna putih kaya ada cincinya dan yg warna abu2 ?

  2. Fitting toren itu bentuknya sama dengan mur tandon yg nempel sama pipa 6″ itu ya sepeti yg ditunjuk panah merah digambar ini?

    * link dihapus oleh admin *

    Soalnya saya googling Fitting toren munculnya gambar mur tandon/vault ring fitting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *