Air panas adalah salah satu kebutuhan favorit bagi segala usia. Mulai balita hingga manula, membutuhkan keberadaan air panas dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sesuatu yang terlihat biasa saja, namun sangat dibutuhkan saat kita tidak bisa menemukannya. Menarik bukan?

Memasak air untuk menghasilkan air panas dalam kapasitas guna memenuhi kebutuhan membuat minuman, dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa perangkat. Yaitu : kompor gas, teko listrik, termos listrik dan dispenser. Ada beberapa perangkat lain yang dapat digunakan (mis. microwave) dengan tujuan sama, namun keempat perangkat tersebut adalah paling umum ditemukan dan digunakan.

Dari keempat perangkat tersebut, hanya kompor gas yang mampu menghasilkan air panas dalam kategori “benar-benar mendidih“. Tidak satu pun dari ketiga perangkat listrik untuk memasak air yang disebutkan di atas dapat mendidihkan air untuk menghasilkan seduhan kopi yang enak layaknya kompor gas. Namun, kompor gas memiliki kelemahan dalam segi kepraktisan. Dibutuhkan lebih dari satu perangkat untuk memasak air dan mempertahankan panas air yang dihasilkan oleh kompor gas.

Berbeda halnya dengan ketiga perangkat memasak air lainnya yang menggunakan tenaga listrik. Ketiga perangkat tersebut menjanjikan tingkat kepraktisan lebih baik dari kompor gas. Selain bisa mendidihkan air (walau tidak sebagus kompor), ketiga perangkat tersebut akan langsung mempertahankan panas air setelah dimasak tanpa harus dipindahkan ke sarana lain seperti termos non-listrik. Namun, perangkat mana diantara ketiganya yang paling cocok digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah kita?

Kebutuhan berdasarkan peruntukkan

Jika dilihat dari fungsi dan fiturnya, ketiga perangkat penghasil air panas tersebut memang dibuat dengan peruntukkan kebutuhan yang berbeda-beda. Di bawah ini, saya mencoba men-deskripsi-kan peruntukkan dari masing-masing perangkat secara singkat sebagaimana fungsi utama mereka yang saya ketahui :

Teko Listrik

Kebutuhan memasak air dengan menggunakan teko listrik, lebih diperuntukkan dengan tujuan memenuhi kebutuhan air dalam satu waktu (sekali pakai) saja. Seperti membuat minuman penghangat seperti teh / kopi / susu di pagi hari atau sore hari.

Dengan demikian, perangkat (umumnya) hanya diaktifkan ketika memang saat dibutuhkan saja. Begitu proses memasak air selesai dikerjakan, perangkat dapat langsung dimatikan. Sisa air hasil memasak biasanya tidak banyak dan tidak perlu dipertahankan panasnya karena takaran air yang dimasak cenderung disesuaikan hanya untuk memenuhi kebutuhan pada saat itu saja.

Teko listrik, termasuk salah satu perangkat yang banyak mengalami pengembangan fungsi. Mulai dari perangkat hanya memasak air saja hingga memasak mie instant. Karena tujuannya hanya untuk mendidihkan air dalam volume sedikit (max. ± 1 liter), jarang ditemukan produk dengan jenis (ber-konsep) teko listrik meng-konsumsi daya yang besar. Pada umumnya pada kisaran 350 Watt s/d 600 Watt saja. Tetapi, ada juga yang meng-konsumsi daya hingga mencapai 1200 Watt. Semakin tinggi konsumsi daya yang dibutuhkan, semakin cepat proses mendidihkan air di selesaikan. Umumnya, perangkat dengan konsumsi daya besar, cenderung dibuat oleh pabrikan brand / merk terkenal.

Biasanya, pada produk teko listrik dengan konsumsi daya di atas 600 Watt, sudah dilengkapi dengan fitur “lama waktu memasak air” (boiling) dan “tetap hangat” (keep warmed). Lama waktu yang dibutuhkan fitur “boiling” berada pada kisaran 5 s/d 10 menit untuk mendidihkan 1 liter air, dan otomatis beralih ke mode “keep warmed”. Rata-rata konsumsi daya fitur “keep warmed” yang ada di setiap teko listrik, berada pada kisaran 30 s/d 40 Watt.

Dari bentuk fisik perangkat, teko listrik dengan konsumsi daya besar cenderung menggambarkan bentuk teko sebenarnya. Terbuat bahan berkualitas lebih baik dan kuat untuk menahan panas air mendidih. Bagian elemen pemanasnya pun lebih bagus dan tahan lama. Berbeda jauh dengan teko listrik dengan konsumsi daya di bawah 600 Watt. Kualitas perangkat secara keseluruhan sangat rapuh. Tidak cocok dijadikan perangkat dapur untuk waktu lama. Jika di pakai setiap hari, paling bisa bertahan selama 3 bulan saja.

Namun demikian, dari sisi penggunaan, teko dengan konsumsi daya kecil lebih umum dan luas.

Foto : Teko Listrik multi manfaat.

Dengan wadah penampung air yang cukup besar, cenderung berbentuk “ember kecil”, teko listrik ini bisa digunakan untuk berbagai macam aktivitas memasak ringan. Seperti : merebus telur, memasak mie instant atau sekedar menghangatkan sayur berkuah (sop). Karena konsumsi daya listrik yang relatif kecil, perangkat ini bisa berperan penting dalam situasi lapangan / medan yang serba minim fasilitas. Selama ada listrik, perangkat ini bisa digunakan dan berfungsi dengan baik. Hanya perlu “sedikit” kesabaran saja, karena dibutuhkan waktu ± 20 menit untuk mendapatkan air mendidih dari perangkat ini.

Harga teko listrik sangat ditentukan oleh kualitas fisik perangkat. Umumnya, perangkat dengan konsumsi daya di bawah 600 Watt dapat diperoleh dengan harga maksimum Rp. 100.000,- per unit. Sedangkan untuk di atas 600 Watt, bisa mencapai harga Rp. 750.000,- s/d Rp. 1.000.000,- per unit. Seperti biasa… jumlah uang menunjukkan kualitas.

Termos Listrik

Teko listrik dapat dikatakan sebagai perangkat yang pertama me-revolusi cara memasak air panas menggunakan listrik dalam sebuah wadah. Setelah itu, banyak pengembangan perangkat dapur analog lainnya yang menggunakan dasar konsep seperti teko listrik, salah satunya adalah termos listrik.

Sebagaimana fungsi termos (analog) pada umumnya adalah menyimpan air tetap dalam kondisi panas untuk waktu relatif lama. Desain dari fisik interior termos yang unik, membuat suhu air dapat bertahan untuk tetap dalam kondisi relatif panas cukup lama. Cara ini juga diterapkan pada produk termos listrik. Perbedaannya terletak pada kondisi air yang disimpan lebih mendidih karena di dukung dengan konsumsi daya kisaran 40 Watt pada mode “keep warmed”.

Foto : Termos Listrik

Selain berfungsi untuk menyimpan air tetap dalam kondisi relatif mendidih, termos listrik juga dilengkapi fitur mendidihkan air (boiling) secara otomatis. Fitur ini, yang semula “hanya” bekerja saat perubahan suhu air dalam termos, kini dibuat tambahan tombol khusus untuk mendidihkan air secara terpisah. Sehingga, pemakai dapat langsung mendidihkan air tanpa harus mencampur air dalam termos dengan air dingin.

Konsumsi daya termos listrik dalam mendidihkan air, rata-rata berada pada kisaran 600 s/d 1000 Watt. Konsumsi daya ini biasanya ditentukan dari jumlah liter air yang bisa ditampung dalam wadah termos. Namun, dari beberapa kasus yang saya temukan, hal itu ditentukan dari kebijakan oleh pabrikan pembuat termos juga. Lama waktu proses mendidihkan air ± 10 s/d 15 menit dari kondisi air dingin biasa hingga akhirnya benar-benar mendidih.

Thermos listrik memiliki lebih banyak keunggulan dibandingkan teko listrik dari segi kualitas air panas. Selain dapat menyimpan air tetap dalam kondisi relatif mendidih dalam waktu lama, termos listrik memiliki wadah penyimpan air relatif lebih besar (max. ± 3 liter) daripada teko listrik (max. ± 1 liter). Selain itu, fisik perangkat secara keseluruhan jauh lebih menunjang untuk menahan suhu panas yang dihasilkan air mendidih dalam waktu sangat lama.

Karena memiliki daya simpan volume air panas yang cukup besar, termos listrik dilengkapi dengan fitur pompa manual untuk mengeluarkan air dari dalam wadahnya. Fitur pompa manual ini sangat membantu mempermudah pengambilan air panas dari dalam wadah termos. Jadi, kita tidak perlu repot membuka tutup termos, mengangkat dan menuangkan air panas di dalamnya ke dalam gelas.

Walau pun memiliki fitur “keep warmed” yang sama dengan teko listrik, wadah termos listrik dapat bertahan selamanya dalam kondisi tetap menyala selama 24/7. Teko listrik yang berkualitas bagus sekalipun, tidak memiliki fitur seperti itu. Jika teko listrik dipaksakan untuk berfungsi sebagaimana layaknya termos listrik, maka hanya akan bertahan 0,5 s/d 1 tahun jika dikondisikan menyala 24/7.

Namun, kekuatan wadah termos yang demikian tidak dibarengi dengan kekuatan fitur pompa manualnya. Fitur pompa manual ini hanya bisa bertahan untuk berfungsi dengan baik selama ± 3 – 5 tahun  Setelah itu, kemampuan pompa melemah dan akhir rusak. Saya tidak mengetahui apa yang menjadi penyebab melemahnya fitur pompa tersebut. Repotnya, kalau sudah rusak, “sangat” sulit untuk mencari suku cadang penggantinya.

Saya pernah menemukan beberapa pemakai termos listrik dengan kondisi pompa manual yang sudah rusak, tetap menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan air panas. Mereka menyiasati mengambil air panas dari dalam termos dengan menggunakan “gayung kecil” berlengan cukup panjang hingga dapat mencapai dasar permukaan termos. Cukup beresiko, namun menurut mereka, sayang untuk membuang unit termos yang masih berfungsi dengan baik.

Termos listrik memang nyaman untuk diusahakan keberadaannya di dapur. Selain banyak digunakan untuk penyediaan air panas saat sedang memasak makanan, juga banyak dipakai untuk membuat makanan / minuman balita, khususnya bayi. Banyak yang mengatakan bahwa air panas yang dihasilkan oleh termos listrik mendekati sempurna dan ideal untuk membuat makanan / minuman balita. Faktor inilah yang menjadikan termos listrik cenderung dipilih sebagai penyedia air panas setiap saat dibandingkan dispenser.

Dispenser

Dispenser, sangat identik dengan ketersediaan “air panas dan dingin” secara instant. Peruntukkan dispenser memang cenderung ditujukan untuk ketersediaan air panas / dingin secara instant. Jadi, kapan pun diperlukan, ketersediaan akan air panas / dingin dapat langsung diperoleh dengan cepat dan mudah tanpa harus melalui proses apa pun. Dispenser cocok untuk diusahakan keberadaannya pada tempat-tempat yang relatif banyak dikunjungi, bersifat umum namun eksklusif / terbatas hanya kalangan tertentu saja (kantor / rumah tinggal / tempat perkumpulan).

Kualitas air panas yang dihasilkan oleh dispenser, tidak benar-benar panas sebagaimana layaknya teko listrik atau termos listrik. Air panas dalam kondisi benar-benar panas hanya dapat diperoleh saat setelah dispenser selesai memasak air pertama kali. Untuk mendapatkan air panas yang sama dengan saat pertama kali dimasak, anda harus mematikan dispenser untuk beberapa saat hingga air dalam tangki air panas agak dingin. Lalu dispenser kembali dinyalakan.

Jadi, peruntukkan pengadaan air panas seperti apa yang anda butuhkan, salah satu dari ketiga perangkat tersebut dapat digunakan sebagai pendukung (support) sangat efektif untuk mempermudah pekerjaan anda. Bagi anda pemilik teko / termos listrik, ada satu hal yang perlu anda perhatikan, yaitu : jangan pernah memasak air atau membiarkan perangkat dalam mode “tetap hangat” (keep warmed) dengan kuantitas air di bawah parameter minimum dari masing-masing perangkat.

Perhitungan Efektivitas Pemakaian Listrik Dispenser

Pemahaman sebagai mesin penghasil air panas dan dingin secara instant yang disandangnya, membuat sebuah gambaran bahwa dispenser harus terus menerus dinyalakan agar tetap dalam kondisi siaga. Memang demikian tujuan sebenarnya produk dispenser dibuat. Namun, fitur tersebut menjadikan dispenser dipandang sebagai salah satu perangkat dengan konsumsi energi yang besar / boros. Sehingga banyak pemilik dispenser melakukan tindakan untuk mematikannya saat malam menjelang tidur dan kembali menyalakan pagi harinya. Atau (bahkan) kembali mematikannya sebelum pergi meninggalkan rumah dan kembali menyalakan ketika pulang.

Benarkan cara seperti itu dapat menghemat pemakaian daya oleh dispenser?

Dibawah ini, saya sertakan metode perhitungan untuk mengetahui jumlah pemakaian daya sebuah dispenser. Spesifikasi data pemakaian daya di bawah ini adalah data dari salah satu brand dispenser jenis penghasil air panas dan dingin yang sempat saya perhatikan di sebuah “counter” perangkat elektronik / listrik, yaitu :

Daya yang dibutuhkan untuk “boiling” (memasak air) = 600 Watt selama 10 menit. Mendinginkan air = 100 Watt dan mode “keep warmed / keep cool” (tetap hangat / dingin) = 40 Watt per jam.

Kita asumsi kan dispenser dimatikan pada pukul 22.00 s/d 05.00 dan pukul 07.00 s/d 17.00. Jadi, diluar jam-jam tersebut, dispenser dikondisikan dalam keadaan menyala.

Pertama-tama, kita perlu memastikan jumlah daya saat dispenser dimatikan. Jumlah ini harus lebih besar daripada jumlah pemakaian daya saat dispenser mengaktifkan mode “boiling + cooling”. Dengan demikian, baru dapat dipastikan bahwa tindakan mematikan dispenser benar-benar telah menghemat daya listrik.

Jumlah pemakaian daya ketika dispenser dalam kondisi siaga adalah 0,04 kwh atau 0,04 x 1000 = 40 Watt per jam. Dengan kata lain, tindakan mematikan dispenser akan menghasilkan penghematan pemakaian daya sebesar 40 Watt untuk setiap jam-nya.

Perhitungan jumlah daya yang dihemat selama dispenser dimatikan waktu :

pagi s/d sore hari – (07.00 s/d 17.00) :

= 40 / 1.000 x 10
= 0,04 Watt x 10 jam
= 0,4 kWh

malam s/d pagi hari – (22.00 s/d 05.00) :

= 40 / 1.000 x 6
= 0,04 Watt x 6 jam
= 0,24 kWh

Jadi total daya yang berhasil di hemat selama satu hari dispenser dimatikan adalah : 0,4 + 0,24 = 0,64 kwh.

Konsekuensi tambahan pemakaian listrik

Ada konsekuensi tambahan pemakaian listrik akibat dispenser dimatikan, yaitu pemakaian listrik yang cukup besar untuk proses mendidihkan + mendinginkan (boiling + cooling) setiap kali dispenser dinyalakan.

Kalau kita hitung jumlah pemakaian daya untuk proses “boiling + cooling” yang berlangsung selama 10 menit itu, maka jumlah pemakaian listrik yang terjadi adalah sebesar :

= ((700 / 1.000) x (10 / 60))
= (0,7 x 0,167)
= 0,1169 kWh

atau

= 0,1169 x 1000
= 116,9 Watt

Jika dispenser dimatikan dua kali dalam sehari, maka dibutuhkan pemakaian daya untuk proses “boiling + cooling” sebesar :

= 0,1169 x 2
= 0,2338 kWh per hari

Kemudian, ditambah pemakaian listrik mode “keep warm” selama 7 jam dispenser menyala dikurangi proses waktu “boiling + cooling” selama 20 menit, yaitu sebesar 6 jam 40 menit :

= (40 / 1000) x (((6 x 60) + 40) / 60)
= 0,04 x ((360 + 40) / 60)
= 0,04 x (400 / 60)
= 0,267 kWh

Jumlah pemakaian listrik selama dispenser menyala adalah :

= 0,2338 + 0,267
= 0,5008 kWh

Sekarang, tinggal kita lakukan perhitungan untuk mendapatkan selisih nilai sebenarnya dari listrik yang berhasil dihemat selama dispenser dimatikan dengan listrik yang terpakai saat dispenser dinyalakan :

= 0,64 – 0,5008
= 0,1392 kwh atau 0,1392 x1000 = 139,2 Watt setiap hari.

Jika di hitung total selama satu bulan, maka nilai keseluruhan penghematan pemakaian listrik akan menjadi :

= 139,2 Watt x 30 hari
= 4176 Watt atau 4176 / 1000 = 4,176 kwh per bulan.

Lama Waktu minimal mematikan dispenser

Besarnya perbedaan pemakaian listrik dispenser antara saat dimatikan dengan dinyalakan tersebut, mengakibatkan adanya satu keharusan lama waktu minimal untuk mematikan dispenser. Dengan begitu, tindakan mematikan dispenser bisa benar-benar dipastikan akan menghasilkan sebuah penghematan pemakaian listrik.

Sehingga, perhitungan jumlah jam yang dibutuhkan dalam mematikan dispenser agar akumulasi penghematan daya sebesar 40 Watt per jam dapat melebihi nilai 500,8 Watt, adalah :

= 500,8 / 40
= 12,52 atau 12 jam 31 menit

Jadi, tindakan mematikan dispenser baru menghasilkan satu penghematan energi dengan kondisi harus dimatikan selama lebih dari 12 jam (12 jam 31 menit). Kurang dari waktu tersebut, akan berdampak pemakaian listrik yang lebih besar atau boros. Pastikan lama waktu minimal itu bisa terpenuhi setiap anda berniat menghemat listrik dengan cara mematikan dispenser.

Spesifikasi konsumsi listrik yang berbeda

Penghematan pemakaian listrik sebesar 4,176 kWh per bulan, bukan nilai yang cukup signifikan. Namun tetap ada energi listrik yang berhasil dihemat. Untuk lebih mengefektifkan dalam menyala-matikan dispenser, anda dapat menggunakan timer harian (24 jam) dengan cara mengatur waktu nyala dan mati dispenser secara otomatis setiap harinya.

Perhitungan pemakaian listrik dispenser yang saya sajikan di atas adalah hanya berdasarkan satu merk / brand saja.

Jika anda hendak menggunakan metode perhitungan di atas untuk menghitung pemakaian dispenser di rumah, anda harus mengubahnya sesuai nilai pemakaian daya dispenser di rumah anda.

Gunakan berdasarkan peruntukkannya…

Besarnya pemakaian daya untuk melakukan proses memasak air (“boiling”) yang dimiliki oleh ketiga perangkat di atas, menjadikan perangkat-perangkat tidak sepenuhnya menguntungkan jika digunakan dengan tujuan menghemat energi. Namun, dengan mengetahui dan mengerti perilaku konsumsi daya dari perangkat-perangkat tersebut, kita dapat terhindar dari tindakan pemakaian daya secara percuma.

Dari segi “peruntukkan” pemakaian, ketiga perangkat memasak air di atas menjanjikan tingkat ke-praktis-an sangat tinggi dibandingkan menggunakan kompor. Jika memang sepadan dalam mengefektifkan dan menambah kenyamanan dalam menyelesaikan pekerjaan sehari-hari di rumah, tidak ada salahnya untuk memiliki perangkat-perangkat tersebut.

Semoga bermanfaat…! 🙂

Satu tanggapan untuk “Perangkat Listrik untuk Memasak Air

Komentar ditutup.