Cooking timer merupakan salah satu perangkat yang dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan rutinitas pekerjaan rumah sekaligus mengefisiensikan energi pemakaian perangkat rumah tangga.

Saya kurang mengenal penamaan resmi mengenai alat yang satu ini. Biasanya sering diistilahkan dengan nama “timer” saja, namun ada juga yang menyebut dengan nama “Egg Clock”. Pada kebanyakan handphone “low end”, biasanya, ada program aplikasi yang sama fungsinya dengan cooking timer yang dinamakan “countdown timer”.

Alat ini sangat dikenal oleh orang-orang yang biasa berkecimpung di area dapur. Fungsi utamanya lebih ditujukan sebagai pengingat lama waktu memasak, baik bahan makanan padat mau pun cair. Lama waktu yang dimiliki cooking timer adalah satu jam (60 menit). Jadi, alat ini cocok untuk digunakan sebagai pengingat waktu proses pengerjaan satu pekerjaan yang memakan waktu tidak lebih dari 1 jam.

Cara penggunaan

Cara menggunakannya sangat mudah, penunjuk waktunya tinggal diputar hingga ke-angka 60. Kemudian, diputar balik ke arah waktu sesuai yang diinginkan.

Misalnya, waktu yang dibutuhkan untuk merebus telur hingga dalam kondisi matang adalah 10 menit. Maka, setelah api kompor dinyalakan dengan panci yang telah diisikan air dan telur diletakkan diatasnya, anda tinggal memutar cooking timer ke angka 60 dan memutar balik ke arah 10. Setelah 10 menit kemudian, timer akan berbunyi yang menandakan bahwa waktu merebus telur telah berlangsung selama 10 menit.

Sangat mudah dan praktis. Anda dapat meninggalkan proses merebus telur dan melakukan pekerjaan lain. Setelah 10 menit kemudian, cooking timer akan berdering mengingatkan anda bahwa proses merebus telur telah selesai dan kompor harus dimatikan. Dalam hal ini pemakaian cooking timer akan membuat pengerjaan satu pekerjaan menjadi lebih efektif. Selain menghindari terbuangnya waktu akibat menunggu selesainya proses pengerjaan satu pekerjaan / aktivitas, kita dapat melakukan aktivitas berbeda lainnya hingga proses pekerjaan pertama selesai dilakukan.

Ada beberapa pekerjaan yang mana keberadaan cooking timer biasa saya gunakan untuk menghindari waktu menunggu, seperti mencuci pakaian, membuat kopi menggunakan coffee maker dan menyempurnakan pematangan menanak beras di rice cooker. Demikian juga halnya dengan pekerjaan membuat kue atau pekerjaan lainnya yang sekiranya membutuhkan waktu penyelesaian kurang dari 1 jam.

Jenis cooking timer

Ada dua macam cooking timer yang beredar di pasaran, digital dan analog. Contoh penggunaan cooking timer yang dijelaskan di atas adalah cooking timer analog, yang mana tidak memerlukan tambahan baterei untuk mengoperasikannya. Cooking timer digital, membutuhkan baterei untuk dapat beroperasi. Mirip seperi aplikasi “countdown timer” pada handphone.

Biasanya, model ini berfungsi sebagai jam digital mini saat fungsi timer tidak digunakan. Secara fisik perangkat, model digital sudah tentu menyajikan informasi perhitungan waktu mundur yang lebih akurat daripada model analog. Namun, bagi saya, tingkat keakuratan waktu dalam mengerjakan pekerjaan rumah relatif tidak dibutuhkan. Secara daya tahan, saya lebih memercayakan pada model analog karena tidak memiliki komponen elektronik di dalamnya. Kondisi dapur yang relatif lebih lembab dan berminyak, cenderung menyebabkan komponen elektronik menjadi cepat rusak.

Harga cooking timer analog umumnya yang dijual dipasaran tidaklah terlalu mahal, hanya pada kisaran Rp. 10.000,- s/d 25.0000,- per unit. Ada juga yang seharga Rp. 200.000,- per unit, tergantung dari pabrikan yang memproduksinya. Anda dapat dengan mudah menemukan alat ini di mal-mal atau supermarket pada bagian perangkat / alat-alat kebutuhan dapur.

Contoh penggunaan sehari-hari.

Dalam praktek sehari-hari, saya menggunakan alat ini (utamanya) sebagai alat bantu dalam meningkatkan efektifitas kerja untuk hasil se-maksimal mungkin dengan pemakaian energi se-efisien mungkin.

Misalnya, saat menggunakan kompor untuk merebus air, merebus telur atau menghangatkan sayur (teman untuk makan nasi).

Tidak hanya sebatas saat menggunakan kompor saja, cooking timer dapat juga dipakai untuk meng-efektifitas-kan pemakaian dan meng-efisiensi-kan energi perangkat elektronik tertentu. Seperti, saat membuat kopi dengan menggunakan coffee maker. Saya selalu men-set cooking timer untuk waktu 20 menit. Sepuluh menit pertama untuk memasak (boiling) dan 10 menit selanjutnya (keep-warm) untuk menyempurnakan keseluruhan hasil proses pemasakan. Pada menit ke-20, alarm / bel cooking timer akan berbunyi. Maka, saya tinggal mematikan coffee maker dengan melepaskan stekernya dari stopkontak.

Selain untuk pemakaian coffee maker, cooking timer juga saya gunakan sebagai pengingat saat pemakaian rice cooker. Ada tiga proses yang biasa saya lalui / lakukan untuk menanak beras, yaitu : memasak – menyempurnakan – mengaduk.

Untuk proses menanak beras sebanyak 1 liter dengan menggunakan rice cooker berkapasitas 350 Watt, biasanya, dibutuhkan waktu selama 25 menit. Sedangkan untuk menyempurnakan seluruh kondisi beras setelah pemasakan, dibutuhkan waktu selama 20 menit. Setelah itu, nasi baru di aduk. Rice cooker pada umumnya memiliki fitur keep-warm yang otomatis aktif setelah proses cooking selesai. Begitu juga yang terjadi pada setelah proses pemasakan selesai (25 menit pertama), rice cooker secara otomatis akan berpindah dari fitur cooking mode ke fitur keep-warm mode.

Pada dasarnya, proses penyempurnaan beras menjadi nasi selama 20 menit setelah pemasakan, keberadaan fitur keep-warm mode tidaklah dibutuhkan. Jadi, pada awal proses menanak beras, saya men-set cooking timer untuk perhitungan waktu mundur selama 25 menit. Setelah 25 menit proses pemasakan (cooking) selesai, saya mematikan rice cooker agar fitur keep-warm mode tidak berfungsi.

Lalu, saya kembali men-set cooking timer untuk perhitungan waktu mundur yang kedua kalinya selama 20 menit guna menunggu penyempurnaan hasil pemasakan. Baru setelah 20 menit kemudian nasi di aduk. Dalam hal ini, bagi saya, keberadaan cooking timer dapat dikatakan sebagai pelengkap fitur pengingat waktu penyelesaian setiap tahap proses menanak beras yang tidak dimiliki oleh rice cooker. Selain kesempurnaan hasil pemasakan, efektifitas kerja dan efisiensi pemakaian energi listrik menjadi lebih maksimal.

Rendah pemakaian energi – tinggi mengefisiensikan waktu.

Daya listrik yang dibutuhkan perangkat coffee maker di rumah saya untuk menghasilkan 1 liter kopi adalah 600 Watt selama 10 menit (boiling). Setelah 10 menit kemudian, coffe maker akan secara otomatis men-switch ke mode “keep warm” berdaya 40 Watt. Saya selalu membiarkannya dalam kondisi keep-warm selama 10 menit setelah proses boiling selesai.

Tindakan ini dimaksudkan agar hasil keseluruhan pemasakan kopi tercampur dengan sempurna. Baru setelah itu saya mematikannya. Tanpa bantuan cooking timer, saya harus menunggu selama 20 menit untuk meyakinkan hasil akhir proses pemasakan kopi telah berjalan sesuai sebagaimana yang saya inginkan.

Seandainya tindakan tersebut tidak dikerjakan, hal yang paling sering terjadi adalah lupa mematikan dan tetap membiarkan coffee maker dalam keadaan menyala (keep-warm) tanpa diketahui untuk waktu berapa lama. Jika mode keep warm ini tetap menyala rata-rata selama 6 jam sehari, maka telah terbuang daya listrik dengan percuma sebesar 40 Watt x 6 jam = 240 Watt per harinya. Dalam 1 bulan akan menjadi 30 hari x 240 Watt = 7200 Watt atau 7,2 kwh sebulan. Dengan bantuan cooking timer, saya dapat mencegah pemakaian energi berlebih dari fitur keep-warm yang sebenarnya tidak dibutuhkan setelah 20 menit proses pemasakan kopi selesai dikerjakan.

Tindakan ini dapat kita berlakukan untuk pemakaian perangkat elektronik / listrik lainnya yang biasa dipakai menyelesaikan rutinitas perkerjaan di rumah. Memang tidak banyak jumlah energi yang dapat dihemat dari kebiasaan pemakaian cooking timer ini. Jika kita hanya membandingkan kebiasaan pemakaian cooking timer berdasarkan dengan jumlah energi yang dapat dihemat, tidaklah banyak berarti. Manfaat terbesar yang saya peroleh dari kebiasaan pemakaian cooking timer adalah tingginya efisiensi waktu dalam mengerjakan rutinitas pekerjaan rumah dengan hasil yang maksimal. Semua pekerjaan dilakukan dengan santai dan wajar, namun singkat dan tepat.

Dengan menggunakan cooking timer, kita dapat memanfaatkan waktu menunggu untuk mengerjakan pekerjaan lain. Setidaknya, alat ini dapat membantu kita untuk mengingatkan bahwa ada pekerjaan lain yang telah selesai dikerjakan dan harus dihentikan sebagaimana waktu yang telah kita tentukan sebelumnya. Jadi, selain meningkatkan efektifitas mengerjakan rutinitias pekerjaan rumah sehari-hari, cooking timer dapat dimanfaatkan untuk mengefisiensikan waktu kerja dan konsumsi energi (baik listrik maupun non-listrik) pada pengoperasian beberapa perangkat rumah tangga di rumah.

Semoga bermanfaat…! 🙂