Kipas angin merupakan salah satu perangkat listrik tidak asing lagi bagi kita. Walau pun kini sudah banyak tergantikan posisi-nya oleh AC (Air Conditioner), kipas angin tetap merupakan perangkat listrik favorit yang cenderung diusahakan keberadaannya di setiap rumah. Di saat musim panas, kipas angin merupakan perangkat penyejuk alternatif dengan konsumsi listrik relatif kecil dibandingkan AC.

Namun, berbeda halnya dengan AC, kipas angin tidak dapat difungsikan untuk menurunkan suhu ruangan. Kipas angin hanya dapat berfungsi sebagai penggerak udara agar tercipta pergerakan udara dalam ruangan. Bergeraknya udara dengan benar ke seluruh sudut ruangan, akan menghasilkan “sensasi” (rasa) sejuk di tubuh saat kondisi suhu udara sedang panas.

Prinsip kerja kipas angin sangat sederhana, yaitu mengalihkan udara di sekitarnya agar terhembus ke satu tempat / area. Penggunaannya pun sama, sangat sederhana. Kita tinggal menekan switch / tombol pada posisi “ON”, maka kipas langsung menyala. Satu kondisi yang menjadi syarat utama dari pemakaian kipas angin adalah akses langsung dengan ruang terbuka di luar rumah (pintu / jendela / lubang angin). Tanpa keberadaan kondisi tersebut, kipas angin tidak akan berfungsi maksimal.

Model kipas angin

Banyak model kipas angin dijual di pasaran saat ini. Namun, konsep dasarnya hanya ada beberapa, antara lain : kipas angin meja (desk fan), kipas angin duduk , kipas angin berdiri (stand fan), kipas angin dinding (exhaust fan) dan kipas angin langit-langit (ceiling fan).

1. Kipas angin meja (Desk Fan)

Merupakan model kipas angin paling populer dan banyak di produksi dengan beragam bentuk fisik. Sebuah kipas dikategorikan desk fan dengan melihat dari diameter bentangan daun kipas yang, umumnya, berukuran < 14″. Sehingga pantas diletakkan di atas permukaan meja dengan hasil hembusan udara / angin tidak terlampau kencang. Biasanya, desk fan memiliki leher pendek (± < 0,5 meter) dengan kaki penampang cukup lebar di bagian bawah.

2. Kipas angin duduk (box fan)

Kipas angin duduk adalah model kedua terpopuler setelah kipas meja. Ada dua model kipas duduk yang saat ini cukup mendominasi di pasaran, yaitu terbungkus box berbahan plastik keras dan terbungkus kawat kerangkeng. Model kipas duduk terbungkus box plastik keras lebih dulu di produksi, sehingga banyak orang menamakan kipas duduk sebagai box fan.

Sedangkan model kipas terbungkus kawat kerangkeng, baru belakangan saja di produksi dan dipopulerkan. Model fisik kipas berbungkus box, biasanya, dilengkapi dengan fitur “jalusi” (kisi-kisi kecil) berputar (360 derajat) atau berpaling (samping kiri dan kanan) di bagian depan kipas. Fokus hembusan udara yang dihasilkan berpindah-pindah mengikuti arah gerak jalusi. Gerakan jalusi dapat dihentikan atau diaktifkan sesuai keinginan pemakainya.

Berbeda dengan saudaranya yang lebih muda, kipas angin terbungkus kerangkeng memiliki tipe hembusan udara “monoton” (tidak berubah arah). Tetapi, karena tidak terbungkus dalam box, hembusan udara dari kipas model ini tidak terlalu ter-fokus. Sehingga, penyebaran hembusan udara yang dihasilkan menjadi lebih luas.

Bentangan diameter daun kipas berkisar antara 14″ s/d 20″ untuk model berbungkus kotak (box). Sedangkan kipas berbungkus kawat kerangkeng, pernah saya temukan, hingga hampir 30″ (75 mm). Namun, kipas tersebut (standarnya) memiliki maksimal kecepatan putaran motor tidak sekencang model kotak.

3. Kipas angin berdiri (stand fan)

Modelnya mirip dengan kipas duduk berbungkus kawat kerangkeng (kandang), hanya saja dilengkapi tangkai leher yang panjang (> 1 meter). Posisi tangkai leher kipas (umumnya) bisa diatur ketinggiannya. Fitur ini sangat membantu untuk menghasilkan posisi hembusan udara sesuai dengan kebutuhan pemakainya. Selain itu, kipas ini juga dilengkapi dengan fitur bergerak “berpaling” (samping kiri dan kanan). Sehingga arah angin yang dihasilkan menjadi lebih bervariasi.

4. Kipas Dinding (exhaust fan)

Model kipas ini berbentuk kotak / empat persegi, biasanya diletakkan diletakkan permanen di dinding tepat dibawah langit-langit (plafon) rumah atau di plafon rumah itu sendiri. Exhaust fan, umumnya, dapat bekerja menghembuskan angin dua arah, yaitu masuk dan keluar ruangan. Untuk exhaust fan yang dipasang di langit-langit rumah, cenderung memiliki satu arah hembusan udara saja. Tujuannya untuk membuang udara yang berada di bawah plafon. Perangkat ini, lebih banyak dipasang di bagian rumah area dapur atau kamar mandi / mck.

5. Kipas langit-langit (ceiling fan)

Seperti sebutannya, model kipas ini cenderung dipasang permanen menggantung / menempel di plafon rumah. Kipas ini tidak pernah dilengkapi dengan box atau rumah kipas. Daun kipas berputar tanpa ada pelindung apa pun. Karena diposisikan tergantung dengan hasil hembusan udara mengarah ke bawah (lantai), sebaran angin kipas model ini paling luas di antara seluruh model kipas yang ada.

Konsumsi daya kipas angin

Tidak semua kipas angin memiliki konsumsi daya yang sama. Hal itu sangat ditentukan oleh ukuran fisik, model, kualitas motor penggerak dan pabrikan pembuatnya.

Besar daya konsumsi kipas angin tidak besar, rata-rata hanya 15 Watt s/d 60 Watt per jam (0,015 kWh s/d 0,06 kWh). Nilai konsumsi daya yang tertera pada sebuah kipas diartikan untuk putaran kipas dalam kondisi maksimal. Misalnya, kipas angin di rumah anda memiliki tiga pengatur putaran kipas ~ konsumi daya 45 Watt. Berarti, kipas tersebut akan meng-konsumsi daya sebesar 45 Watt saat pengatur kecepatan diposisikan pada nomor 3.

Saya belum pernah mengukur dan menggunakan jalan pintas dalam menentukan nilai konsumsi daya dari sebuah kipas yang memiliki pengatur kecepatan, yaitu membagi total konsumsi daya dengan jumlah pengatur kecepatan. Misalnya, box fan memiliki tiga pengatur kecepatan dengan konsumsi daya 45 Watt. Maka, nilai konsumsi daya dari pengatur kecepatan pertama adalah :

= (45 / 3) x 1
= 15 x 1
= 15 Watt.

Selanjutnya tinggal mengubah angka 1 dengan pengatur kecepatan yang dikenakan pada kipas saat digunakan untuk mengetahui kisaran rata-rata konsumsi daya pemakaian kipas..

Walau pun rata-rata konsumsi daya kipas angin tidak besar, pemakaiannya cenderung memakan waktu lama dengan konsumsi daya listrik tetap. Daya yang di konsumsi ini akan terakumulasi (menumpuk) sampai kipas akhirnya dimatikan. Pada praktek sehari-hari, begitu setelah kipas angin dinyalakan, sering kali kita terlena dan melupakan kipas masih dalam kondisi menyala. Terlebih lagi jika kita menggunakan kipas angin secara rutin setiap hari. Inilah faktor / penyebab utama yang membuat konsumsi daya kipas angin menjadi besar.

Saya mencoba mengatasi sikap ke-alpa-an dari pemakaian kipas angin seperti itu dengan menggunakan timer harian (daily timer). Seandainya kita rutin menggunakan kipas angin setiap hari, maka kita akan dapat memperkirakan pada waktu kapan kipas harus menyala dan mati. Dengan steker kipas angin terhubung pada timer harian, saya dapat men-set / mengatur berapa kali kipas harus menyala, lama waktu kipas menyala / mati dan pada waktu kapan kipas saja harus menyala / mati secara otomatis dalam sehari.

Perawatan dan kerusakan kipas angin

Perawatan kipas angin sangat mudah. Bersihkan debu yang menempel pada body perangkat serta bilah daun kipas secara rutin. Kemudian semprotkan minyak pelumas cair pada bagian motornya. Cuma itu saja.

Kipas angin, termasuk perangkat listrik dalam kategori “bandel” dan panjang umur. Diluar faktor akibat benturan atau terjatuh, sulit untuk sebuah unit kipas angin menjadi rusak. Hanya dua penyebab yang saya ketahui dapat membuatnya rusak tanpa unsur kesengajaan di banting ke permukaan lantai, yaitu : kualitas perangkat yang memang benar-benar buruk atau akibat korsleting listrik.

Kerusakan kipas angin akibat korsleting listrik, bisa diartikan bahwa kondisi asupan listrik yang dikonsumsinya memang benar-benar sudah diluar batas normal. Kalau hanya sekadar voltase listrik yang tidak stabil, tidak akan membuat kipas angin menyerah (rusak). Hanya korsleting yang bisa membuat kipas angin mati total. Apakah korsleting yang disebabkan dari luar atau dari dalam kipas angin itu sendiri, pasti akan berdampak. Melambatnya putaran kipas secara permanen, merupakan dampak korsleting paling ringan.

Jika sudah rusak karena korsleting, saya cenderung membuang dan menggantinya dengan unit baru. Saya tidak pernah mau menggunakan perangkat yang telah diperbaiki dari kerusakan akibat korsleting. Kecuali memang tersedia suku cadang pengganti mesin, merupakan tindakan sia-sia memperbaiki mesin motor akibat korsleting. Karena, sangat jarang mesin dapat bertahan lama setelah perbaikan akibat kasus korsleting.

Ceiling Fan dan kipas angin lainnya

Dengan konsumsi daya rata-rata sama antara masing-masing model kipas, tidak menjadi berarti semua kipas menghasilkan sensasi yang juga sama. Awalnya, saya pun berpendapat tidak ada perbedaan cukup significant dari kinerja masing-masing model kipas. Ternyata pendapat itu salah. Perbedaan itu saya rasakan setelah menggunakan ceiling-fan untuk pertama kalinya.

Ceiling-fan atau kipas langit-langit, saat ini beredar dalam dua ukuran fisik, yaitu : standar dan mini. Jenis perangkat yang saya gunakan pertama kali (1990) adalah berukuran standar karena saat itu memang belum diproduksi perangkat berukuran mini. Perangkat tersebut saya tinggalkan ketika pindah rumah.

Ceiling-fan standar (contemporary ceiling fan), walau pun berukuran besar, dapat menghasilkan sensasi angin yang lebih halus daripada model kipas angin lainnya. Angin yang dihasilkan menyebar rata ke seluruh ruangan secara konstan. Ukurannya yang besar, menjadikan konsumsi daya ceiling fan standar berada di atas rata-rata model kipas angin pada umumnya (75 Watt s/d125 Watt). Harga termurah ceiling fan standar saat ini dimulai dari kisaran Rp. 1.500.000,-. Cukup mahal, namun setara dengan kinerja yang dihasilkan.

Ceiling fan kecil (mini ceiling fan)

Gambar : Mini Ceiling Fan

Walau pun ceiling fan kecil (mini ceiling fan) sudah cukup lama beredar di pasaran, baru sekitar akhir tahun 2013 saya membeli dan mencobanya. Tidak ada niat atau maksud apa pun, hanya untuk “memuaskan” rasa penasaran saja melihat perangkat itu banyak digunakan oleh para pemilik toko yang letaknya di basement Mangga Dua Jakarta. Cukup mengherankan jika melihat para pedagang di sana dapat bertahan menghadapi hawa pengap basement dengan bantuan perangkat sekecil itu.

Perangkat ini sangat mudah ditemukan karena banyak dijual di toko listrik / elektronik. Harga rata-rata mini ceiling fan per unit-nya Rp. 30.000,- s/d Rp. 40.000,-. Harga yang relatif untuk perangkat listrik saat ini…, cukup murah. Dengan konsumsi daya listrik berada pada kisaran antara 15 Watt s/d 30 Watt, perangkat tersebut benar-benar mempunyai daya tarik tersendiri.

Berbeda dengan produk pendahulunya (ceiling fan standar), mini ceiling fan tidak dilengkapi fitur pengatur putaran kecepatan kipas sama sekali. Hanya nyala-mati (ON – OFF) saja. Jadi, begitu dinyalakan, kekuatan angin dari udara yang dihembuskan harus “dipasrahkan” dan semaunya kipas angin itu sendiri. Tidak ada pilihan atau cara lain untuk mengaturnya.

Berbeda dengan ceiling fan standar yang memiliki pengatur putaran kecepatan kipas. Sehingga, walaupun berukuran besar, selama pemakaian perangkat tersebut terasa lebih “manusiawi” dibandingkan yang berukuran kecil.

Efek perbedaan ukuran ceiling fan

Bilah daun kipas dari ceiling fan standar yang besar, cenderung lebih mampu “mengayuh” udara di samping kipas dengan jarak lebih jauh. Bentuk dasar dengan ukuran bilah daun kipas yang besar ini menghasilkan hembusan udara lebih melebar (menyebar / tidak terfokus).

Beberapa model konstruksi kemiringan bilah daun kipas mampu mengayuh udara yang menghasilkan gerakan udara relatif lebih merata ke seluruh ruangan. Sehingga, meski pun dipasang di ruangan relatif berukuran kecil (3 x 3), perangkat ini masih terasa nyaman digunakan. Dengan kecepatan putaran kipas paling kecil, perangkat ini dapat menghasilkan sensasi pergerakan udara mirip dengan angin di luar ruangan (alami).

Kekurangan terbesar dari ceiling fan standar adalah fisiknya itu sendiri yang berukuran besar. Terlihat tidak pantas / nyaman jika dipasang di ruangan berukuran kecil. Hal itu, berbanding terbalik dengan kondisi yang dimiliki mini ceiling fan.

Ukuran fisik mini ceiling fan yang kecil, menjadikannya seolah-olah pantas diposisikan dalam sebuah kamar. Namun, hembusan udara yang dihasilkan, sangat jauh dari rasa nyaman. Jadi, jangan dikecohkan dengan manis penampilan fisiknya belaka.

Perbedaan fisik perangkat disertai kecilnya ukuran bilah daun kipas merupakan salah satu penyebab mini ceiling fan memiliki hembusan lebih kuat daripada pendahulunya. Memasang mini ceiling fan mirip dengan memasang box fan di atas ruangan yang difokuskan ke satu titik di bawah ruangan.

Tanpa dilengkapi fitur pengatur putaran kecepatan kipas (hanya ON atau OFF saja), membuat mini ceiling fan semakin kurang nyaman jika dipasang terlalu lama. Walaupun kecepatan putaran kipas tidak sekencang box fan, letaknya yang menggantung di langit-langit ruangan menghasilkan hembusan udara terasa jauh lebih kuat.

Memasang ceiling fan di rumah

Ketika saya membeli ceiling-fan standar, pemasangan dilakukan oleh teknisi yang dikirim oleh toko penjual perangkat tersebut. Saya tidak mau mengambil resiko terjadi “kesalahan pemasangan” untuk perangkat semahal itu. Harga ceiling fan standar pada tahun 1990 adalah Rp. 500.000,- dengan kurs Rupiah terhadap Dollar berada di kisaran Rp. 1.000,- s/d Rp. 1.500,-. Semua kebutuhan sudah dipersiapkan atas inisiatif toko. Saya tinggal terima jadi.

Gambar : Sekrup Tanda Tanya

Sedangkan untuk memasang unit mini ceiling fan sangatlah mudah. Hanya perlu membuat panjangan stop kontak baru menggunakan kabel (serabut / tunggal) 2 x 0,75 mm. Gunakan stop kontak gantung untuk menancapkan steker mini ceiling fan. Sedangkan untuk steker panjangan stop kontak, gunakan steker ber-saklar agar bisa lebih mudah menyala-matikan kipas.

Karena perangkat ini hanya dilengkapi “kait gantungan“, maka diperlukan “sekrup tanda tanya” sebagai dudukan tempat kipas menggantung. Setelah sekrup tanda tanya terpasang, kait gantungan perangkat harus diikat menggunakan “kawat pengikat kabel“.

Jangan abaikan tindakan mengikat kait gantungan pada sekrup tanda tanya, karena kipas memiliki kecenderungan terjatuh saat sedang dioperasikan. Guna merapikan kabel, dibutuhkan “clamp kabel” agar kabel tidak menjuntai.

Membuat mini ceiling fan lebih nyaman dipakai

Meski pun memiliki ukuran fisik dan fitur sangat “mini”, bukan berarti memakai mini ceiling fan merupakan sebuah harga mati yang sudah pasti tidak nyaman digunakan. Perangkat ini bisa menghasilkan kenyamanan saat digunakan dengan cara pemakaian tertentu.

1. Memasang perangkat pada ruangan terpisah.

Memposisikan mini ceiling fan di ruangan berbeda, bukan berarti tindakan sia-sia. Misalnya, mini ceiling fan terpasang di area dapur dan anda berada di ruangan keluarga. Selama ada akses langsung dalam keadaan terbuka (pintu / jendela / lubang angin) antara dapur dengan ruang keluarga, anda akan merasakan sensasi pergerakan udara dari mini ceiling fan di dapur. Demikian juga sebaliknya.

Jadi, jika anda berniat menggunakan perangkat ini, sebaiknya jangan hanya satu unit saja terpasang di sebuah ruangan. Seperti contoh tadi, seandainya anda memasang satu di dapur, usahakan juga memasang satu unit di ruang keluarga. Keduanya dapat digunakan bergantian dan berlawanan dengan ruangan yang anda sedang / akan tempati lebih lama.

2. Membalikkan posisi bilah daun kipas.

Default / standar pemasangan bilah daun dari mini ceiling fan adalah mengayuh udara ke area bawah ruangan. Seandainya bilah daun kipas dipasang terbalik akan mengubah posisi “lekuk mengayuh udara” menjadi menghadap ke atas. Lekuk mengayuh udara seperti itu, walau pun rotasi putaran mesin tidak berubah, akan mengurangi cukup banyak fokus arah hembusan udara ke area bawah ruangan yang digerakkan bilah daun kipas saat mesin berputar.

Saya memasang pita di area sisi sekitar kipas untuk mengetahui arah angin yang dihembuskan antara bilah daun kipas terpasang normal dan terbalik. Pita bergerak lebih aktif dengan kondisi bilah daun kipas dipasang terbalik. Dengan kata lain, fokus angin lebih banyak menyebar ke area samping sekitar kipas daripada ke area di bawah kipas. Sensasi yang dihasilkan terasa menjadi lebih halus dibandingkan posisi bilah daun kipas terpasang normal.

3. Menambahkan perangkat pengatur kecepatan kipas angin

Beberapa informasi di internet menyatakan gerak putaran sebuah kipas dapat diatur dengan menambahkan rangkaian elektronik buatan sendiri. Ada juga yang menyatakan untuk menggunakan “dimmer” lampu. Saya tidak mengerti mengenai elektronika dan belum mencoba menggunakan dimmer lampu untuk diterapkan memperlambat putaran motor mini ceiling fan. Mungkin, suatu hari nanti saya akan mencoba menggunakan dimmer lampu untuk menjadikan kinerja mini ceiling fan di rumah lebih “manusiawi”.

4. Membuat bilah daun kipas baru

Untuk cara nomor empat ini, belum lama saya kerjakan (kwartal terakhir tahun 2013). Namun, setelah beberapa minggu pemakaian, saya mendapatkan cara tersebut (membuat bilah baling-baling terbalik) menjadikan pemakaian mini-ceiling-fan terasa nyaman untuk diterapkan sehari-hari di rumah. Bahkan, berdasarkan pengalaman ber-eksperimen membentuk sirkulasi udara di rumah yang cukup lama telah saya kerjakan, pemakaian mini-ceiling-fan berbilah baling-baling terbalik adalah cara terbaik untuk membentuk dasar sirkulasi udara di rumah.

Dua teknik memperlakukan mini ceiling fan pertama di atas, telah saya praktekkan pada sebuah rumah di Jakarta. Hasilnya, “jauh lebih nyaman” dibandingkan menggunakan model kipas angin berbeda. Walau suhu udara tetap sama sebelum dan setelah pemasangan perangkat ini, sensasi pada permukaan kulit tubuh tidak terasa “lengket” akibat keringat seperti biasa bereaksi yang disebabkan suasana pengab dalam ruangan.

Kualitas perangkat mini ceiling fan

Perbedaan harga mini ceiling fan yang tidak terlalu besar antara satu merk dengan merk lainnya, bukan berarti semua perangkat tersebut memiliki kualitas mirip. Terutama pada tingkat kebisingan suara mesin motor pemutar kipas. Sulit untuk menentukan sejauh mana tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh mesin motor dari sebuah unit kipas angin. Hal tersebut sangat ditentukan oleh kejujuran dari toko penjual unit kipas angin.

Hingga saat ini, saya belum mengetahui bagaimana cara mengurangi kebisingan mesin motor kipas saat sedang dioperasikan. Cara termudah adalah menggantinya dengan unit baru dengan model dan merk berbeda.

Sebelum anda memutuskan untuk mencoba…

Kembali saya tekankan disini, kipas angin (apa pun modelnya) tidak dapat berfungsi menurunkan suhu ruangan layaknya AC. Kita tidak dapat menyamakan hasil kinerja AC dengan kipas angin. Kondisi ruangan yang dibutuhkan saat pengoperasian kedua perangkat tersebut juga berbeda. Kipas angin membutuhkan akses dengan ruang terbuka, sedangkan AC sebaliknya.

Perbedaan harga yang sangat drastis antara kipas angin dan AC, tidak menjadikan kualitas salah satu perangkat tersebut menjadi lebih baik atau pun buruk. Jika kita bisa mengatur penggunaan masing-masing perangkat sesuai waktu dan kebutuhan, maka manfaatnya akan sama, yaitu : menambah keadaan lebih nyaman saat berada di rumah.

Tertarik untuk (tetap) mencoba?

Semoga bermanfaat…! 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *