Saya sangat menikmati mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan kipas BBT (Bilah Baling-baling Terbalik). Membuat dan mengembangkan model bilah baling-baling kipas baru, merupakan satu-satunya cara yang saya ketahui untuk bisa berinteraksi lebih nyata dengan sifat dan karakteristik udara. Dari mengutak-atik kipas BBT ini juga, pemahaman saya tentang penanganan sirkulasi udara di rumah berkembang lebih terarah.

Uji Coba Fleksibilitas Metode Membuat Bilah Kipas

Di beberapa minggu terakhir ini, saya fokus bereksperimen dengan teori metode cara untuk mendapatkan standar cara menentukan nilai lekukan bentuk kipas BBT. Metode yang saya susun sendiri itu, menggunakan rumus Potongan Kencana sebagai dasar menentukan bentuk dan lekukan bilah. Model bilah baling-baling kipas BDK (Bilah Daun Kubis) merupakan awal dimana metode itu mulai saya coba terapkan.

Kerangka eksperimennya adalah memastikan bisa-tidaknya metode perhitungan itu diterapkan untuk membuat model bilah yang sama namun berbeda ukuran.

Jika bisa, maka terdapat kemungkinan juga bisa berlaku secara universal. Jika kemudian juga bisa digunakan secara universal, maka saya bisa lebih mudah membuat bilah baling-baling terbalik untuk setiap produk model mini ceiling fan yang beredar di pasaran. Dengan demikian, saya bisa terhindar dari ketergantungan terhadap hanya pada pemakaian satu produk mini ceiling fan saja.

Langkah yang ditempuh adalah menguji-cobakan dengan membuat bilah baling-baling baru pada produk unit kipas yang sama namun berbeda ukuran fisiknya. Jika saat masa penyusunan metode saya menggunakan unit mini ceiling fan berukuran kecil, maka dalam tahap uji-coba digunakan unit mini ceiling fan yang berukuran lebih besar.

Untuk itu, saya harus dibuat pola baru yang ukurannya disesuaikan dengan fisik unit kipas. Foto berikut ini memperlihatkan perbedaan ukuran dua pola bilah baling-baling dari masing-masing unit kipas :

Adakah alasan tertentu saya menggunakan bentuk yang demikian untuk dijadikan dasar bentuk bilah baling-baling?

Tidak ada.

Panjang ukuran bentuk kedua pola bilah baling-baling tersebut dihitung dari dua kali nilai diameter lingkaran masing-masing unit kipas.

Mengapa harus dua kali?

Tidak ada alasan yang spesifik mengenai hal itu. Saya akan ceritakan tentang itu lebih detail di artikel lain yang membahas bentuk bilah baling-baling kipas.

Dari ukuran panjang bilah tersebut, ukuran lainnya pun dikembangkan. Seperti ukuran lebar dan posisi lekukan yang nantinya diterapkan.
Sebelum lekukan pada bilah dibentuk, terlebih dulu di-test dalam kondisi standar. Dengan demikian, bisa diketahui apakah performa bilah lebih baik sebelum dengan setelahnya. Seperti inilah penampakannya :

Sedikit cerita tentang kualitas mini ceiling fan

Ada yang perlu anda ketahui bagi yang belum pernah maupun hanya sedikit berurusan dengan pemakaian produk mini ceiling fan seperti yang terlihat pada foto di atas.

Harga yang relatif murah, turut menentukan tingkat kualitas dari produk tersebut. Rendahnya QC (quality control) dari setiap produk kipas memiliki persoalan sendiri dan berdampak cukup mengganggu kenyamanan dalam pemakaiannya.

Dari 5 unit kipas yang saya gunakan, hanya satu yang memiliki kualitas layak pakai. Empat unit sisanya, memiliki cacat bawaan pabrik (bermasalah) yang berbeda-beda dan tidak bisa diperbaiki.

Cacat bawaan tersebut tidak mengartikan bahwa kipas sama sekali tidak bisa digunakan. Kipas masih bisa menyala normal, tapi disertai suara dengungan atau suara mengelitik cukup keras dan sangat mengganggu di telinga.

Beberapa penyebab timbulnya suara-suara yang mengganggu itu dikarenakan bentuk baling-baling tidak sama, putaran kipas tidak berada pada titik setimbang, dan / atau ukuran bentuk pér (pegas) kawat di dalam casing kipas yang tidak sesuai ukuran.

Dari beberapa kali ber-eksperimen membentuk bilah baling-baling kipas, saya mendapatkan bahwa dampak cacat bawaan tersebut bisa diminimalisir jika kipas dipasangi dengan ukuran dan model lekukan bilah baling-baling yang dibuat menggunakan perhitungan rumus Potongan Kencana.

Contoh beberapa bilah baling-baling tersebut adalah seperti yang terlihat pada foto-foto di bawah ini :

Kesemua kipas itu telah aktif dioperasikan setiap hari selama lebih dari 6 bulan. Beberapa bulan terakhir, saya mendapatkan hanya model bilah di foto terakhir (kanan bawah) yang bertahan tetap setimbang disertai suara dengungan perlahan.

Model bilah baling-baling tersebut dibuat replikanya, lalu saya pasang pada empat unit kipas bermasalah. Hanya satu unit kipas angin yang sama sekali tidak berhasil diatasi, yaitu unit dengan masalah ukuran pér kawat kipas yang tidak sesuai. Masalah di tiga unit kipas lainnya, bisa teratasi meskipun tidak sempurna sepenuhnya. Kira-kira 70% dampak suara bising bawaan dari ketiga kipas dapat diredam setelah dipasangi model baling-baling tersebut.

Satu bulan yang lalu, muncul pertanyaan di kepala saya, “Apakah model bilah baling-baling itu akan memiliki performa sama jika dipasang pada unit kipas yang berbeda ukuran fisiknya?”.

Inilah foto perbandingan unit kipas berukuran kecil dan besar dengan model bilah baling-baling kipas yang sama namun telah disesuaikan menurut ukuran masing-masing unit kipas :

Hasilnya…?

Kalau berdasarkan tujuan yang menjadi kerangka eksperimen, boleh dibilang memuaskan.

Secara umum, performa bilah berukuran besar tidak berbeda dengan pendahulunya yang berukuran lebih kecil. Dalam hal memengaruhi pergerakan udara, adalah wajar jika ada perbedaan yang disebabkan ukuran fisik bilah kipas. Jangkauan area kipas berukuran lebih besar sudah pasti lebih luas dibanding yang kecil. Hal itu berbanding sama dengan efek yang ditimbulkan.

Sedangkan untuk fleksibilitas metode cara membuat bilah, dalam kasus ini bisa dikatakan memberi harapan positif untuk dijadikan standar. Namun, semua itu masih dalam batasan satu produk kipas yang sama tapi berbeda ukuran saja. Belum dicoba untuk diterapkan pada produk unit mini ceiling fan dengan ukuran dan model fisik yang sama sekali jauh berbeda.

Meskipun kemungkinan besar untuk berhasil tetap ada, rasanya agak berlebihan jika disimpulkan hanya menggunakan dasar perkiraan belaka. Namun demikian, ada satu kepastian yang saya peroleh dari eksperimen ini, yaitu : nilai yang dihasilkan rumus Potongan Kencana dalam membentuk parameter lekukan bilah, benar-benar bisa diandalkan kebenarannya.

Jadi…?

Bagi anda yang hendak maupun telah mencoba membuat bilah baling-baling mini ceiling fan sendiri, tidak ada salahnya untuk memanfaatkan rumus Potongan Kencana guna mendapatkan nilai besaran dari ukuran dan lekukan bilah yang proporsional. Bilah baling-baling yang dibuat menggunakan dasar ukuran tersebut, lebih mudah di-setel titik keseimbangannya serta memiliki default tingkat kesenyapan yang lebih baik. Setidaknya kedua hal itu bisa meredam sebagian besar efek suara bising dari kipas yang bermasalah.

Semoga bermanfaat! ☺

4 tanggapan untuk “Mini Ceiling Fan : Rumus Potongan Kencana dan Bilah Kipas BBT

  1. Selamat Pagi Pak Omar. Pak, itu kipas angin yang ad di artikel di jual tdk? Jujur saya selalu tertarik dg artikel – artikel yang bapak buat. Dan ingin sekali mengaplikasikannya. Namun diluar kemampuan saya. Mohon infonya ya. Terimakasih

    1. Selamat siang Sani,
      Terima kasih atas apresiasinya. ☺
      Niat untuk menjualnya sudah ada, tapi belum bisa terlaksana. Kendala terbesar di packing untuk pengiriman. Tidak ada yang mau ataupun bisa menjamin bilah berbahan aluminium tidak berubah bentuk tanpa dikemas kedalam boks kayu. Sedang saya cari informasi kemungkinan sebagai penggantinya.
      Salam. ☺

      1. Dibungkus bubble pak..? Lalu dibuat serapat mungkin agar tdk ada celah unt kipasnya bergerak. Masa sih ga bisa. Ga sabar ini. Hahaha. Btw kalo filter air nya bapak jual juga ga? alat + jasa pasangnya mungkin? Saya suka sekali dengan ide-ide bapak looh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *