Stabilizer untuk kepentingan listrik skala rumah tangga, yang saya ketahui saat ini beredar di pasaran, terdiri dari dua model input listriknya.

Model pertama, dengan menggunakan kabel yang dilengkapi steker berkaki-dua. Kabel ini sudah terpasang menyertai saat kita membeli stabilizer. Saya menamakannya dengan sebutan stabilizer siap pakai. Tinggal menancapkan steker-nya ke stop kontak, maka sudah langsung dalam kondisi siap pakai. Kapasitas stabilizer model ini, yang saya pernah temukan, adalah 500VA, 1000VA dan 1500VA. Bisa digunakan sebagai pendukung satu atau dua unit perangkat elektronik sekaligus sesuai kapasitasnya input listriknya, seperti : kulkas (lemari es), televisi, komputer (PC) dan lain-lain .

Model kedua, saya namakan stabilizer tanpa kabel. Karena, memang dijual tanpa menggunakan kabel sama sekali. Artinya, kita (pembeli) yang harus menyediakan dan memasang sendiri kabel pada stabilizer agar bisa tersambung dengan jaringan kabel listrik di rumah. Untuk stabilizer tanpa kabel ini, minimal kapasitas dimulai dari 2500VA hingga 10 kVA. Bisa digunakan untuk mendukung kestabilan pemakaian listrik satu rumah dengan kapasitas listrik terpasang mulai 1300VA s/d 6600VA.

Hubungan Stabilizer dengan Muatan Arus Listrik

Pada dasarnya, stabilizer juga merupakan perangkat elektronik seperti yang lain ada di rumah kita saat ini, seperti : lampu, kipas angin, kulkas, pompa air dll. Bedanya, stabilizer tidak mengubah arus Fasa dan Netral yang dikonsumsinya. Sedangkan perangkat elektronik bukan stabilizer, mengubah kedua arus tersebut ke dalam satu bentuk energi bukan listrik.

Secara garis besar, hubungan keterkaitan stabilizer dengan muatan arus listrik sangatlah sederhana. Stabilizer akan memodifikasi tegangan arus Fasa dan Netral agar sesuai dengan default dari kedua arus tersebut. Kemudian dialirkan untuk keperluan konsumsi perangkat elektronik yang membutuhkannya.

Hanya itu saja… sederhana sekali, bukan?

Namun, semua kesederhanaan itu hanya akan terjadi jika kondisi kabel input dan output yang terpasang pada stabilizer sudah benar dan sesuai pada tempatnya.

Mengapa harus dikerjakan seperti itu?

Ketika input arus listrik itu kita tukar, dimana : Fasa menjadi Netral dan Netral menjadi Fasa, tidak akan menyebabkan kinerja jeroan stabilizer otomatis menyesuaikan dengan perubahan muatan arus listrik yang diterimanya. Input muatan arus Fasa akan tetap ditangani dan diperlakukan oleh jeroan stabilizer sebagai arus Netral. Dan input arus Netral akan tetap ditangani dan diperlakukan sebagai arus Fasa. Kondisi input muatan arus listrik yang salah seperti ini, berdampak pada daya tahan jeroan stabilizer akibat mendapatkan porsi menangani muatan arus listrik yang tidak semestinya.

Itu sebabnya kebenaran input muatan jenis arus listrik menjadi penting untuk diperhatikan dalam pemasangan stabilizer. Karena tujuan stabilizer mengkonsumsi listrik adalah untuk kepentingan memperbaiki kualitas tegangan dari masing-masing jenis muatan arus listrik tersebut agar menjadi aman saat dikonsumsi perangkat elektronik. Bukan menyatukan kedua jenis muatan arus listrik untuk menghasilkan sebuah energi yang berbeda sebagaimana yang dikerjakan perangkat elektronik lainnya.

Gejala awal yang paling sering terjadi diakibatkan tertukarnya input muatan arus listrik pada stabilizer siap pakai adalah sikring stabilizer yang mendadak putus saat hendak dinyalakan. Sedangkan untuk stabilizer tanpa kabel, MCB (meteran, boks MCB atau stabilizer) akan kembali trip saat hendak dinyalakan.

Seandainya Anda mengalami salah satu dari kedua gejala tersebut saat pertama kali memasang dan menyalakan stabilizer baru, hentikan dan jangan melanjutkan memaksa listrik harus tetap menyala. Santai saja… luangkan sedikit waktu untuk memeriksa kembali kebenaran pemasangan bagian input dan output stabilizer sesuai dengan muatan arus listrik sumbernya.

Biasanya, setelah kabel input dan output sudah terpasang dengan benar posisi muatan arus listriknya, stabilizer akan bisa dinyalakan tanpa ada perlawanan.


Memasang Stabilizer Siap Pakai

Foto : Stabilizer Siap Pakai – Tampak Depan
Foto : Stabilizer Siap Pakai – Tampak Belakang

Sebagaimana peruntukkannya yang siap pakai, stabilizer ini memang dibuat sedemikian rupa agar siapa pun bisa dengan cepat memahami garis besar cara penggunaannya  Hal itu terlihat jelas dari fitur-fitur yang turut melengkapi fisik stabilizer terasa umum dan sering dijumpai pada perangkat listrik sehari-hari. Kita bisa langsung menancapkan steker stabilizer ke stop kontak di dinding, kemudian menancapkan steker perangkat elektronik ke stop kontak di stabilizer, maka kualitas voltase listrik yang nantinya dikonsumsi perangkat elektronik sudah dalam kondisi aman.

Walaupun begitu, saat steker stabilizer maupun perangkat elektronik hendak ditancapkan ke stop kontak, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan sebelum akhirnya saklar stabilizer dinyalakan.

1. Mempersiapkan Stabilizer Siap Pakai

Langkah Pertama :

Tentukan stop kontak yang nantinya dijadikan sumber input listrik stabilizer. Kemudian, kita harus memastikan salah satu lubang stop kontak yang dialiri muatan arus Fasa. Gunakan tespen (test pen) untuk memeriksanya (baca uraiannya di : Tespen , Kawat Hitam dan MCB). Tandai setelah diketahui agar nantinya lebih mudah untuk ditemukan.

Langkah Kedua :

Ambil steker (colokan) kabel stabilizer. Tandai mana diantara kedua kakinya yang menjadi kaki sebelah kanan steker (baca uraiannya di Steker, Stopkontak dan Arus Listrik). Pastikan nantinya kaki sebelah kanan steker ini menancap masuk di lubang stop kontak yang bermuatan arus Fasa.

Foto : Posisi Muatan Arus Listrik pada Steker

Untuk steker berbentuk huruf “L” terbalik, kaki kanan steker sudah langsung bisa diketahui dengan memosisikan default pemasangan steker tersebut ke stop kontak.

Langkah Ketiga :

Di bagian belakang produk stabilizer tertentu, terdapat switch yang menunjukkan nilai tegangan listrik yang nantinya menjadi input stabilizer. Pastikan switch tersebut menunjuk pada angka yang sama dengan tegangan listrik di rumah anda saat ini. Kalau kurang yakin, lihat dulu pada MCB yang terpasang di meteran PLN. Jika disitu tertera nilai 220V, maka tegangan listrik rumah anda adalah 220 Volt. Demikian juga halnya dengan yang 110 Volt.

Foto : Switch Input Voltase di bagian belakang Stabilizer Siap Pakai

Langkah Keempat :

Setelah ketiga kondisi diatas telah dipastikan kebenarannya, tancapkan steker stabilizer ke stop kontak. Jangan lupa untuk memposisikan kaki kanan steker pada lubang stop kontak yang bermuatan arus Fasa.

Hingga tahap ini, stabilizer sudah dalam kondisi siap untuk dihubungkan ke perangkat elektronik.

2. Menancapkan Steker Perangkat Elektronik ke Stabilizer

Langkah Kelima :

Umumnya, terdapat tiga titik stop kontak pada stabilizer siap pakai. Dua titik di bagian depan dan sisa satu titik lagi di bagian belakang stabilizer. Dua titik yang di bagian depan, masing-masing memilki voltase listrik yang berbeda, yaitu 220 Volt dan 110 Volt. Sedangkan satu titik dibelakang, hampir selalu bernilai 220 Volt di setiap stabilizer siap pakai.

Foto : Posisi Muatan Arus Listrik pada Stopkontak di bagian belakang Stabilizer Siap Pakai

Ketiga titik stop kontak ini, setahu saya, bisa digunakan secara berbarengan sekaligus. Tetapi, hingga saat ini, saya sendiri tidak memiliki keberanian untuk mencobanya. Penerapan pemakaian yang biasa saya kerjakan adalah hanya pemakaian satu titik stop kontak saja, yang ditambahkan panjangan stop kontak agar bisa melayani beberapa perangkat elektronik sekaligus. Sebelumnya, konsumsi listrik setiap perangkat telah dihitung terlebih dulu supaya tidak melebihi kapasitas kemampuan stabilizer.

Langkah Keenam :

Harap diingat dan diperhatikan, bahwa lubang di setiap titik stop kontak yang ada di stabilizer juga mengikuti aturan posisi letak muatan arus listrik yang standar. Lubang sebelah kanan bermuatan listrik Fasa dan Netral di sisi kiri. Jika menggunakan panjangan kabel, maka kita harus memastikan lubang bermuatan arus fasa setiap titik stop kontak yang terpasang di ujung panjangan kabel.

Saat hendak menancapkan steker perangkat elektronik ke titik-titik stop kontak tersebut, ikuti aturan main cara menancapkan kaki steker kabel stabilizer yang telah dideskripsikan pada langkah kedua di atas.

Foto : Fitur-fitur yang umumnya tersedia di bagian depan Stabilizer Siap Pakai

Setelah beres, nyalakan saklar pada stabilizer… sudah selesai.

3. Perlakuan Selama Pemakaian

Untuk waktu selanjutnya, matikan saklar pada stabilizer setelah selesai pemakaian perangkat elektronik yang tersambung dengannya. Karena, memang tidak ada gunanya juga jika stabilizer dibiarkan menyala sementara perangkat elektronik yang tersambung dengannya telah dimatikan.


Memasang Stabilizer Tanpa Kabel

Foto : Stabilizer Tanpa Kabel – Tampak Depan
Foto : Stabilizer Tanpa Kabel – Tampak Belakang

Sebelum stabilizer tanpa kabel bisa kita pakai, sudah tentu harus kita pasangi sendiri terlebih dulu kabel yang menjadi input dan output listriknya. Dikondisikan dibuat tanpa kabel, mungkin, karena memang ditujukan untuk melayani kepentingan pemakaian listrik dalam kapasitas relatif besar. Dalam skala rumah tangga, sejak pertama kali saya temukan, instalasi stabilizer model ini selalu terlihat digunakan untuk kepentingan melayani pemakaian listrik satu rumah.

Secara teknik, cara memasangnya sangat mudah. Kurang-lebih mirip dengan langkah pemasangan kabel pada perangkat listrik umumnya. Begitu juga perlakuan kondisi sebelum tindakan menyambung kawat kabel dikerjakan.

1. Mempersiapkan Kabel Input dan Output

Hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan tempat dimana stabilizer hendak diletakkan. Lokasi paling favorit umumnya stabilizer model ini diletakkan adalah dekat dengan kotak MCB dalam rumah. Siapkan tempat untuk meletakkan stabilizer di area tersebut. Gunakan “bracket” untuk menahan kompressor AC jika stabilizer hendak diletakkan di bagian atas dinding rumah. Pasang jarak antar bracket sesuai jarak antar kaki karet stabilizer. Pakai dyna-bolt ukuran panjang 5 s/d 7 cm agar kedua bracket terpasang melekat kuat di dinding.

Setelah dipastikan posisi letaknya, ukur jarak antara tempat stabilizer dengan kotak MCB, dan beri tambahan sepanjang 40 cm. Sediakan dua untai kabel (2 x 2,5 mm) dengan panjang sesuai nilai total hasil pengukuran.

Hingga tahap ini, kondisi bahan-bahan dari apa yang harus tersedia adalah :

• 1 unit stabilizer tanpa kabel
• 1 untai kabel input (2 x 2,5 mm)
• 1 untai kabel output (2 x 2,5 mm)

Kabel input dan output tersebut, nantinya dipasang di bagian belakang stabilizer. Disitu, ada enam besi berulir dilengkapi penutup yang sekaligus berfungsi sebagai penjepit kawat kabel. Setiap besi berulir mewakili muatan arus listrik beserta voltase dari listrik yang nantinya dihantarkan kabel input dan output yang hendak kita pasang.

Foto : Panel Input arus Fasa dan Netral di bagian belakang Stabilzer Tanpa Kabel

Kemudian, kelupaskan kulit kabel (warna putih) di setiap ujungnya masing-masing sepanjang 20 cm. Kelupaskan juga pembungkus (warna hitam dan biru) di setiap ujung kawat masing-masing sepanjang 5 cm. Ujung kawat yang hendak disambung ke stabilizer, dibentuk melilit melingkari baut berulir agar bisa di-kalung-kan dan dijepit pada besi berulir.

Foto : Memasangkan Kawat arus Fasa (Merah) dan Netral (Biru) pada panel input di belakang Stabilizer Tanpa Kabel

Setelah itu selesai dikerjakan, beranjak dari tahap inilah yang perlu kita perhatikan dan diingat konsistensi aliran muatan arus listrik selama pengerjaan pemasangan kabel. Mulai kawat kabel yang dijepit di belakang stabilizer hingga akhirnya dihubungkan dengan jaringan kabel listrik dalam rumah.

Gunakan pedoman warna pembungkus kawat untuk memudahkan dalam mengingat jenis muatan arus listrik yang dihantarkan oleh masing-masing kawat.

Sebagai catatan saja, saya selalu menggunakan pembungkus kawat berwarna biru sebagai wakil arus Netral. Karena, dari semua kabel listrik isi dua kawat yang pernah saya pakai, selalu ada pembungkus kawat berwarna biru di dalamnya. Sisanya, bisa berwarna hitam, merah atau coklat.

2. Mempersiapkan Stabilizer dengan Kabel

Langkah Pertama : 

Di bagian belakang stabilizer, besi berulir yang memiliki dasar warna merah akan selalu mewakili input dan output dari arus Fasa. Sedangkan warna hitam mewakili arus Netral.

Foto : Pilihan Output Voltase pada Stabilizer Tanpa Kabel

Dari enam (tergantung merk / brand) besi berulir yang tersedia, hanya empat yang digunakan. Yaitu, setiap besi berulir yang diwakili keterangan voltase 220 Volt. Pastikan kabel nantinya terpasang di keempat besi berulir tersebut.

Langkah Kedua :

Kalung-kan setiap kawat kabel input dan output (yang telah dibentuk sebelumnya) pada besi berulir sesuai keterangan muatan arus listrik dan voltase yang tertera mewakili masing-masing besi berulir tersebut.

Foto : Memasang Kawat arus Fasa (Merah) dan Netral (Biru) pada masing-masing panel arus listrik.

Kawat warna “biru“, sebagai penghantar muatan arus Netral, akan selalu dipasang di bagian besi berulir untuk input dan output yang berwarna hitam. Kawat dengan warna “bukan biru“, sebagai penghantar muatan arus Fasa, dipasang di bagian besi berulir untuk input dan output yang berwarna merah.

Lalu, jepit setiap kawat yang sudah ter-kalung di besi berulir menggunakan penutup sesuai warna dasar masing-masing pasangannya.

Foto : Menyelesaikan pemasangan kawat arus Fasa dan Netral di bagian belakang Stabilizer Tanpa Kawat

Setelah kabel input dan output selesai dipasang, pindahkan stabilizer ke tempat yang telah ditentukan.

3. Menyambung ke Jaringan Kabel dalam Rumah

Lengkapi diri dengan mengenakan sandal karet atau sepatu karet saat menjalani dan mengerjakan tahap ini. Jangan gegabah, apalagi menganggap remeh. Biar bagaimanapun, tindakan sederhana tersebut memiliki porsi terbesar dalam meminimalisir kemungkinan kita untuk ke-setrum.

Langkah Ketiga :

Selanjutnya adalah melepaskan kabel output meteran yang disematkan ke dalam kotak MCB. Buka cover kotak MCB, urutkan kabel output meteran dan temukan kedua ujung kawatnya. Jangan sesekali memegang kawat-kawat tersebut dengan tangan telanjang selama arus Fasa masih mengalir.

Gunakan tespen untuk memeriksanya (baca uraiannya di : Tespen , Kawat Hitam dan MCB). Yakinkan mana kawat penghantar arus Fasa yang mengalir diantara kedua kawat itu. Tandai agar nantinya mudah ditemukan kembali.

Matikan MCB meteran PLN. Lalu, kembali ulangi memeriksa setiap kawat kabel di kotak MCB dengan tespen.

Jika lampu tespen kembali menyala, tunda dan hentikan rencana memasang stabilizer tanpa kabel ini. Hubungi dan minta bantuan pihak PLN untuk memperbaiki kesalahan posisi letak kawat penghantar arus Fasa yang terpasang di dalam meteran. Apapun alasannya, jangan pernah memberanikan diri untuk melanjutkan dalam kondisi arus Fasa masih mengalir.

Jika lampu tespen mati, lepaskan “hanya” kawat dari kabel output meteran yang dijepit ke unit MCB (Fasa), dan juga yang dijepit pada panel Netral.

Langkah Keempat :

Ambil ujung kabel INPUT stabilizer untuk disambung dengan ujung kabel OUTPUT meteran PLN.

Kawat input stabilizer berwarna biru harus disambung dengan kawat output PLN yang bermuatan arus Netral. Sambungkan kawat input pasangannya (hitam) dengan kawat output meteran PLN yang bermuatan arus Fasa.

Langkah Kelima :

Ambil ujung kabel OUTPUT stabilizer untuk dipasang menggantikan posisi kabel OUTPUT meteran PLN yang tadi dilepaskan.

Kawat output stabilizer berwarna biru harus disematkan ke panel kawat Netral yang ada di kotak MCB. Sedangkan kawat lainnya (hitam) disematkan ke unit MCB yang sebelumnya tempat dimana kawat output PLN (Fasa) disematkan.

Langkah Keenam :

Setelah semua penyambungan kabel selesai dikerjakan, kembali perhatikan sejenak semua kawat yang terdapat di dalam kotak MCB. Pastikan semua kawat telah tersambung sesuai pasangannya. Kemudian, bungkus semua sambungan kawat tembaga yang “telanjang” dengan salotip. Rapikan letak kabel, kemudian nyalakan MCB di meteran.

Lalu, nyalakan stabilizer… sudah beres. Mulai dari tahap ini, konsumsi listrik semua perangkat elektronik dan listrik yang terhubung dengan jaringan kabel di rumah akan dan selalu didukung stabilizer.  Berikut adalah gambar skema rangkuman logika alur kawat kabel antara SEBELUM dengan SETELAH instalasi stabilizer dikerjakan :

Gambar : Skema SEBELUM Pemasangan STABILIZER Tanpa Kabel
Gambar : Skema SETELAH Pemasangan STABILIZER Tanpa Kabel

Cukup menegangkan jika semua ini kita sendiri yang mengerjakan, apalagi untuk pertama kalinya. Tetapi, selama arus Fasa tidak mengalir, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Bahkan. terasa menyenangkan disaat setelah kita berhasil menyelesaikannya dengan baik.

4. Perlakuan Selama Pemakaian

Untuk waktu selanjutnya, pemakaian yang saya terapkan pada stabilizer model tanpa kabel ini di rumah, tidak pernah sekalipun dimatikan. Karena, memang selalu ada pemakaian listrik di dalam rumah setiap waktunya selama 24 jam. Jadi, mulai sejak pertama kali dipasang hingga sekarang, stabilizer terus menyala dan masih berfungsi dengan baik.

Jadi…

Baik stabilizer siap pakai atau stabilizer tanpa kabel, cara agar keduanya tersambung ke jaringan kabel listrik dalam rumah adalah pekerjaan mudah. Namun demikian, ada aturan main yang harus diikuti agar hasilnya menjadi benar, yaitu konsistensi jenis muatan arus listrik yang masuk dan keluar melalui kedua stabilizer itu sendiri.

Pastikan konsistensi input dan output muatan arus listrik stabilizer telah dikerjakan mengikuti aturannya sebelum stabilizer digunakan. Meskipun bukan suatu aturan yang mutlak diterapkan, dampaknya cukup signifikan terhadap keseluruhan kinerja setiap perangkat elektronik yang mengkonsumsi output listrik stabilizer. Terutama terhadap faktor efektivitas dan efisiensi selama pemakaian listrik.

Sesuaikan tindakan cara pemakaian kedua model stabilizer tersebut, dengan kondisi nyala-mati perangkat elektronik yang terhubung dengannya. Meskipun sebenarnya, tidak ada masalah juga jika kedua model stabilizer tetap menyala sementara semua perangkat elektronik yang terhubung dengannya dalam kondisi mati.

Untuk pemakaian secara umum dari kedua model stabilizer tersebut, gunakan parameter cara sebagai berikut :

Nyalakan stabilizer SEBELUM (semua) perangkat elektronik dinyalakan, dan matikan stabilizer SETELAH (semua) perangkat elektronik dimatikan.

Kita tidak perlu memaksakan stabilizer untuk harus dimatikan selama masih ada perangkat elektronik yang terhubung dengannya masih atau harus menyala. Fungsinya memang ditujukan untuk mencegah perangkat elektronik rusak akibat dampak voltase listrik yang buruk. Jangan membuat keadaannya jadi terbalik, mencegah stabilizer supaya tidak cepat rusak dengan mengorbankan kepentingan kita untuk menggunakan perangkat elektronik.

Semoga bermanfaat! 🙂

4 tanggapan untuk “Mengerjakan Sendiri Pemasangan Stabilizer di Rumah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *