Membuat Kotak Ventilasi
Belajar dari dua kegagalan sebelumnya, saya melihat akan lebih mudah jika terlebih dulu dibuat “penyangga” untuk dipasang di setiap lubang ventilasi. Fungsi sebagai tempat kedudukan untuk penutup ventilasi yang nantinya dibuat. Jadi, penutup ventilasi yang telah dibuat dan ternyata tidak berfungsi maksimal selama masa percobaan, cukup dilepaskan dari penyangganya (kotak ventilasi). Tidak perlu dibongkar, karena dipasang secara semi permanen.
Kemudian, dibuatlah beberapa kotak berbahan kayu tripleks ketebalan 18 mm, berbentuk seperti laci meja (empat persegi), dengan kedua bidangnya terbuka (bolong). Ketinggian kotak 10 cm. Berukuran sama dan bisa dilepas-pasangkan pada lubang ventilasi.
Di bawah ini adalah beberapa foto dari salah satu penyangga (kotak ventilasi) yang terpasang saat ini di rumah saya di Bogor :
Setelah beberapa kotak ventilasi selesai dibuat dan dipasang, saya mulai mencoba mempelajari perilaku pergerakan udara yang terjadi di sekitar kotak ventilasi. Saya merasa hal itu perlu untuk dipelajari, agar dapat menjadi dasar gambaran dari bentuk penutup ventilasi yang nantinya akan dibuat.
Dari selama waktu belajar tersebut baru diketahui, bahwa tidak selamanya udara panas di sekitar kotak ventilasi selalu “pasti” mengalir ke atas. Tepat di bagian atas kotak ventilasi dimana udara masuk ke area para, terlihat selalu terjadi pergerakan udara yang tidak bisa diprediksi arahnya. Pergerakan udara itulah yang menghambat laju udara menjadi tidak konsisten mengalir ke para.
Jadi, perkiraan bentuk penutup ventilasi yang dibutuhkan adalah harus bisa menghalangi efek pergerakan udara di sekitar kotak ventilasi. Jika hal itu bisa dikerjakan, maka udara panas akan mengalir ke para tanpa ada halangan.
Rumit ya…?
Kotak Ventilasi + Kipas Audio
Karena tidak memiliki ide apapun, rencana untuk membuat rancangan penutup ventilasi saya abaikan sejenak dan melanjutkan membuat sisa kotak ventilasi yang dibutuhkan. Namun apa daya, ide yang ditunggu-tunggu tidak pernah terlintas di kepala saya hingga semua sisa kotak ventilasi selesai dikerjakan.
Saya alihkan dengan mencoba menggunakan kipas audio yang diletakkan di dekat kotak ventilasi. Di situ terlihat bahwa hembusan angin yang dihasilkan kipas, bisa dimanfaatkan untuk membuat udara di sekitar kotak ventilasi bergerak lebih konsisten mengarah pada satu titik. Tetapi, cara itu tidak bisa memaksa udara di ruangan untuk selalu naik ke para.
Setelah mencoba beberapa kemungkinan, saya putuskan untuk sementara menggunakan kipas audio terlebih dulu sebelum ide rancangan penutup ventilasi ditemukan. Saya persiapkan 5 unit kipas audio tambahan untuk diletakkan di dekat beberapa kotak ventilasi. Ada sedikit perubahan rasa lebih sejuk di dalam rumah dengan menggunakan 6 unit kipas audio. Namun, saat cuaca sangat panas, tetap dibutuhkan box-fan untuk menggerakkan udara dalam ruangan.
Penutup Cangkang Siput
Menambah jumlah kipas audio di dekat setiap kotak ventilasi merupakan pilihan tindakan termudah untuk meningkatkan rasa sejuk di dalam rumah. Tetapi, cara itu akan berdampak bertambahnya biaya pemakaian listrik secara signifikan. Jika memang hanya berdampak pada bertambahnya pemakaian listrik, maka masih bisa dianggap wajar. Karena, semua itu adalah hubungan sebab akibat. Masalahnya, PLN pada saat itu sedang memiliki “kegemaran” menaikkan harga tarif listrik.
Saya merenungkan kemungkinan terburuk dengan membengkaknya pemakaian atas listrik jika tetap bertahan menggunakan kipas audio (0,14A ~220V = 30,1 Watt per kipas). Melihat di sisi tarif listrik yang juga bergerak naik semakin “meng-gila”, sepertinya, tidak ada salahnya untuk mencoba melanjutkan rencana sebagaimana awal tujuan dari dibuatnya kotak ventilasi, yaitu mencari format bentuk penutup ventilasi yang bisa lebih efektif mengakomodir aliran udara panas di ruangan ke para.
Setelah selama 2 (dua) tahun kemudian, ada beberapa model penutup ventilasi yang berhasil saya buat dan test kinerjanya. Antara lain (yang saya ingat) seperti bentuk :
• corong terbalik (bahan : corong plastik bensin 6 inch)
• ventilasi pada kapal laut (bahan : knee paralon 6 inch)
• cangkang siput (bahan : karton duplex)
• kotak berundak (bahan : karton duplex + aluminium foil)
• segitiga berundak (bahan : karton duplex + aluminium foil)
• segitiga piramid (bahan : lembaran aluminium 0,3 mm)
Banyaknya jumlah contoh model yang dibeli / dibuat untuk dipasang pada kotak ventilasi, hanya 6 unit saja. Setiap model yang telah dipasang dan digunakan selama beberapa bulan me•nunjukkan hasil yang tidak sesuai, saya menggantinya dengan model yang lain.
Penutup ventilasi cangkang siput merupakan model terbaik untuk bisa mengalirkan “lebih banyak udara” ke para dengan kipas audio dalam jumlah lebih sedikit. Jika dilihat dari samping, model penutup ventilasi ini berbentuk tigaperempat bagian dari penggaris busur 180°. Untuk mempermudah penyebutan, saya menamakan “cangkang siput”. Selama terjadi pergerakan udara di para, penutup cangkang siput akan berkecenderungan menarik udara ke para. Setelah hampir semua kotak ventilasi dipasangi penutup cangkang siput, kesejukan dalam rumah terjaga dalam waktu lebih lama. Jumlah kipas audio yang digunakan hanya dua unit saja.
Meskipun ada perubahan cukup besar, dukungan box-fan dalam ruangan tetap dibutuhkan. Hanya waktu pemakaiannya tidak sesering sebelum menggunakan penutup cangkang siput.
Kipas BBT dan Penutup Cangkang Siput
Seiring waktu berjalan, produk mini ceiling fan mulai ramai terlihat di pasaran. Iseng-iseng saya membeli satu unit. Setelah beberapa hari mencobanya, saya mendapat kesimpulan bahwa model kipas angin tersebut bisa dijadikan mesin sirkulasi udara yang efisien pemakaian listriknya (20 Watt per kipas). Itulah saat yang mengawali saya membuat kipas BBT.
Gabungan antara kinerja kipas BBT + penutup cangkang siput bisa menghasilkan sirkulasi udara yang sangat baik. Dengan menggunakan satu unit kipas BBT, udara di seluruh ruangan bisa dijangkau dan digerakkan. Seraya secara berkesinambungan mendorong sebagian udara mengalir keluar melalui kotak ventilasi dan menarik udara dari luar melalui ventilasi pintu / jendela, sama sekali tidak dibutuhkan dukungan box-fan di saat cuaca panas. Demikian juga halnya dengan nyala kipas audio di para, sama sekali sudah tidak perlu dinyalakan.
Di waktu siang yang panas dibarengi dengan aktivitas memasak di dapur, pergerakan udara dari kipas BBT dapat menetralisir hawa panas dengan baik. Pakaian di badan hanya menjadi lembab, tidak basah kuyup oleh keringat. Aroma dan asap hasil proses memasak tersingkirkan dalam waktu relatif singkat (10 s/d 15 menit) setelah kompor dimatikan.
Cukup lama waktu saya bisa menikmati kenyamanan sejuknya udara dari sirkulasi yang diciptakan menggunakan kipas BBT + penutup cangkang siput, sebelum akhirnya dikikis secara bertahap oleh efek pemanasan global.