Gambar : Pocket router (TP-LINK TP-MR3020) pada sebelah kiri gambar.

******* Ulasan produk wireless-router di bawah ini adalah review independent! Produk yang di-ulas bukan pinjaman atau pun pemberian dari produsen merk terkait. *******

Sekitar akhir bulan April 2014, saya membeli satu unit wireless-router dari merk TP-LINK (TP-MR3020). Produk ini cenderung di khususkan untuk kebutuhan akses ke internet dalam kondisi “mobile” (bergerak / tidak di satu lokasi yang sama). Fisiknya yang mungil, menjadikannya bisa dimasukkan ke dalam tas kerja, sehingga mudah untuk dibawa kemana-mana. Sebenarnya, apa tujuan yang hendak saya raih dari pemakaian wireless-router tersebut?


Pemahaman router secara sederhana

Router, dapat dikatakan, adalah perangkat yang dibuat untuk menggabungkan pemakaian lalu lintas data ke internet dari beberapa komputer secara bersamaan dengan menggunakan satu jalur telekomunikasi (telepon). Dulu, sebelum teknologi telepon nirkabel berkembang seperti sekarang, router harus dihubungkan dengan modem yang terkoneksi dengan kabel telepon (wire-router). Saat ini pun produk router seperti itu masih dibuat. Sekarang, teknologi nirkabel telah mampu menjadikan kondisi sinyal jaringan telepon nirkabel “relatif” semakin stabil. Produk wireless-router pun mulai bermunculan dengan menggunakan koneksi modem-usb (stick-modem).

Sama halnya dengan perangkat-pintar. Dulu, yang namanya perangkat pintar, hanya satu yaitu komputer (PC Desktop). Saat ini, penamaan perangkat-pintar lebih didominasi oleh telepon (mobile-phone) yang mana lebih dikenal dengan sebutan smart-phone.

Jadi, jika di rumah anda memiliki beberapa komputer / perangkat pintar yang memerlukan koneksi ke internet, cukup dengan menggunakan satu wireless-router dengan satu modem saja. Setiap komputer / perangkat pintar yang terhubung dengan router tersebut dapat mengakses ke internet layaknya komputer dengan menggunakan modem atau jalur koneksi sendiri-sendiri.

Pertanyaannya, adakah kelebihan lain menggunakan wireless-router selain menggabungkan koneksi “beberapa komputer” atau “beberapa perangkat-pintar (gadget)” ke internet di rumah?

Menggabungkan beberapa koneksi internet

Di rumah, saya memiliki satu laptop dengan lima gadget yang dapat terhubung ke internet. Sebelumnya, setiap perangkat tersebut memiliki jalur tersendiri untuk bisa terhubung ke internet. Kondisi tersebut memerlukan biaya yang cukup besar untuk menjadikan seluruh koneksi tetap aktif. Saat itu, saya memaklumi jumlah pengeluaran biaya yang cukup besar tersebut, karena memang saya membutuhkannya. Namun, kemudian, saya berpikir ulang untuk menjadikan biaya-biaya tersebut lebih “ramping”.

Perkembangan aturan main dari provider jaringan telepon nirkabel di Indonesia saat ini, kian bertambah banyak pilihan paket internet yang sulit saya pahami istilah-istilahnya. Beberapa kali melakukan pembelian paket internet dari provider tertentu, berakhir dengan kesalahan pilihan pembelian paket yang tidak sesuai kebutuhan. Pada dasarnya, konsep ber-internet, secara garis besar, hanya ditentukan oleh berapa banyak jumlah data yang terpakai (upload / download). Hanya itu saja. Entah mengapa hal tersebut menjadi kian rumit dengan keberadaan paket-paket internet beserta aturan mainnya masing-masing.

Wireless router (TP-MR3020) yang saya beli, memiliki fitur untuk digunakan secara bersamaan oleh lima pengguna (user). Semenjak pertama kali digunakan, semua koneksi ke internet dari gadget-gadget yang ada, saya non-aktifkan. Sebagai gantinya, fitur wi-fi dari setiap gadget dan laptop di aktifkan terhubung dengan router. Jadi, seluruh koneksi internet dari semua gadget dan laptop, terhubung dengan menggunakan satu koneksi ke internet yang dikelola oleh router.

Setelah satu bulan pemakaian, hasilnya bisa dibilang sesuai harapan. Saya hanya perlu membiayai satu koneksi (paket) ke internet saja pada bulan berikutnya. Kuota sebulan terpakai secara maksimal (walau pun ada sedikit sisa) dan konsumsi daya baterai gadget menjadi lebih irit, karena koneksi ke internet lebih stabil.

Router TP-MR3020 ini memiliki kemampuan daya sebar dalam radius 150 Mbps. Saya tidak tahu kalau di-konversikan dalam ukuran meter. Dari yang saya alami, router masih dapat di akses dengan sempurna oleh gadget pada jarak 5 – 7 meter tanpa halangan tembok / tirai / jendela. Pada beberapa keadaan, dimana posisi router terhalang dengan tembok, daya sebar dari sinyal menjadi sangat buruk. Bahkan di beberapa bagian dalam rumah, sama sekali tidak dapat terdekteksi pada jarak 5 meter saja. Mungkin dikarenakan peruntukkan penggunaan produk ini yang sifatnya “mobile”. Sehingga pemakaiannya pun cenderung di area terbuka / tanpa halangan.

Router dengan kemampuan lebih besar

Gambar : Fixed Rourter (TP-LINK TP-MR3420) di sebelah kiri gambar.

Satu minggu berikutnya, setelah satu bulan menggunakan TP-MR3020, saya kembali membeli router dari merk yang sama dengan model berbeda, yaitu TP-MR3420. Kemampuan daya sebar dari router ini jauh lebih besar, yaitu 300 Mbps. Kemampuan daya sebar yang cukup kuat tersebut, menjadikan kenyamanan ber-internet benar-benar terjamin di seluruh pelosok rumah (luas ±100m²). Semua area yang sebelumnya tidak dapat dijangkau oleh TP-MR3020, dapat diakomodir dengan sangat baik oleh TP-MR3420. Router ini dapat melayani akses ke internet untuk 10 (sepuluh) pengguna (user) secara bersamaan. Hanya saja, peruntukkan pemakaiannya tidak mobile. Bentuknya yang “relatif-cukup” besar (seperti kura-kura) dan memiliki dua antena, kurang nyaman untuk di bawa-bawa layaknya TP-MR3020.

Bandwitdh 3G/4G atau 3G/3,75G?

Pada kardus kemasan kedua wireless-router tersebut, tertera kemampuan router untuk mengakomodir modem-usb (kompatibel) berkemampuan 3G dan / atau 4G. Saya pun menemukan tulisan yang sama dari situs resmi TP-LINK mengenai fitur tersebut saat pertama kali kedua router bisa ter-koneksi ke internet. Namun, setelah sehari artikel ini di buat, fitur kemampuan kedua router mengakomodir koneksi 3G/4G yang terdapat di situs resmi TP-LINK berubah menjadi 3G/3,75G.

Saya belum pernah mencoba kemampuan koneksi 4G dari kedua router karena saya tidak memiliki modem tipe LTE (khusus 4G). Bisa atau tidaknya kedua router mengakomodir koneksi 4G dan mengapa fitur 4G dari kedua router kini diganti menjadi 3,75G di situs resmi TP-LINK, saya tidak tahu.

Hingga saat ini, saya tidak menemukan masalah berarti dari kinerja kedua router tersebut dalam mengakomodir koneksi 3G (sesuai dengan kemampuan modem-USB yang tertancap di router). Paket internet yang saya gunakan adalah paket kuota standar sebesar 2 gigabyte sebulan dengan kartu prabayar GSM. Kemampuan rata-rata men-download file (berdasarkan statistik monitor transfer data yang ada di laptop) berada dikisaran angka 200 KBps (setara 1,6 Mbps di siang hari) dan 500 KBps (setara 4 Mbps saat lewat tengah malam).

Cukup untuk mengakomodir kebutuhan ber-internet yang biasa dikerjakan pada umumnya, seperti mencari informasi (googling), updating-blog, sos-med dan serta kebutuhan ringan (non-multimedia / non-streaming) internet lainnya (termasuk online-game) secara bersamaan di rumah.

Kedua router tersebut, juga bisa disambungkan dengan kabel telepon biasa untuk koneksi ke internet. Sehingga, kondisi sambungan ke internet menjadi lebih variatif cukup dengan satu router saja. Yaitu : modem usb saja, kabel telepon saja atau kedua-duanya secara bersamaan. Meskipun memiliki kemampuan koneksi ke internet relatif lebih cepat dan stabil dibanding menggunakan modem usb, saya belum pernah mencoba menggunakan kabel telepon yang tersambung dengan router untuk keperluan internet-an. Harga dan aturan main berlangganan internet menggunakan telepon kabel yang kurang “bersahabat” dengan kondisi keuangan pada umumnya, menjadikan koneksi internet via nirkabel merupakan pilihan terbaik untuk saat ini.

::: Mbps = Mega bit per second ::: 1 Byte = 8 bit

Setting router pada perangkat pintar

Setting yang hanya dikerjakan pertama kali dan satu kali saja untuk pemakaian dari kedua router tersebut agar bisa terhubung ke internet, boleh dibilang sangat mudah. Dalam kapasitas penggunaan perangkat untuk pribadi di rumah (seperti saya), tidak ada kesulitan berarti dalam meng-koneksi setiap gadget dan laptop dengan kedua router tersebut. Manual pengoperasian dari kedua router disertakan dalam kemasan (box) ber-bentuk hardcopy dan mini-cd. Penjelasannya cukup informatif dan mudah di pahami oleh user / pemakai komputer pada umumnya.

Namun demikian, ada sedikit perbedaan dalam setting koneksi ke internet antara komputer (laptop) berbasis Windows (7) dengan OpenSUSE 13.1 (Linux).

Saya menemukan “sedikit” kesulitan dalam menentukan setting-an menggunakan Windows (7). Ada beberapa opsi yang harus dipenuhi untuk menjadikan kinerja kedua router tersebut sempurna. Sangat berbeda halnya dengan OpenSUSE 13.1. Begitu (kedua) router terhubung ke internet, OpenSUSE 13.1 hanya menanyakan password untuk terkoneksi dengan router saja. Hanya itu yang perlu saya kerjakan dan cukup satu kali saja untuk masing-masing router. Mirip dengan membuat koneksi pertama kali terhubung dengan wi-fi menggunakan gadget berbasis Android.

Konsumsi daya listrik dari router

Konsumsi daya (adaptor) dari TP-MR3020 adalah 0,15 Ampere ~ 220V (setara 33 Watt) dan TP-MR3420 adalah 0,3 Ampere ~ 220V (setara 66 Watt). Dari kondisi yang saya dapatkan, sepertinya, kedua router tidak selalu mengkonsumsi daya sebesar itu. Dugaan saya, nilai konsumsi daya tersebut terjadi saat router digunakan secara maksimal, dimana aktivitas koneksi ke internet terjadi secara konstan (misalnya download file). Pada setup TP-MR3420, saya menemukan opsi perilaku koneksi ke internet yang harus dikerjakan secara otomatis oleh router. Opsi ini, seperti-nya, bisa berfungsi untuk menekan pemakaian daya listrik dan kuota internet.

Sekarang, mari kita abaikan mengenai fitur perilaku pemakaian daya oleh router. Asumsikan dugaan saya mengenai hal tersebut tidak berlaku. Sebagai gantinya, kita gunakan nilai konsumsi daya yang tertera pada adaptor-nya saja, karena memang itu pemakaian daya listrik yang terlihat nyata. Berapa biaya paket internet yang dapat saya kurangi dengan menggunakan TP-MR3420 (66 Watt) yang menyala 24 jam setiap hari dalam sebulan?

Biaya pemakaian daya selama sebulan :

= (((66 / 1000) x 24) x 30) x Rp. 1.392,54,-
= ((0,066 x 24) x 30) x Rp. 1.392,54,-
= (1,584 x 30) x Rp. 1.392,54,-
= 47,52 x Rp. 1.392,54,-
= Rp. 66.173,50,- dibulatkan ke atas menjadi Rp. 66.500,- per bulan

Mari kita bandingkan biaya yang saya harus keluarkan sebelum dan setelah pemakaian router.

Sebelumnya, saya harus mengeluarkan biaya pembelian 5 paket internet setiap bulan sebesar Rp. 250.000,-. Jika nilai tersebut dikurangi dengan jumlah biaya satu paket internet dan pemakaian daya listrik router selama sebulan (Rp. 50.000,- + Rp. 66.500,-) sebesar Rp. 116.500,-; maka biaya yang bisa saya hemat dari pembelian paket internet adalah sebesar = Rp. 133.500,- per bulan.

Keberadaan 5 buah gadget yang dilengkapi 5 unit SIM-Card berbeda di rumah saya didasarkan pada alasan dan tujuan tertentu. Dua di antaranya, cenderung difungsikan untuk pemakaian percakapan / suara (voice). SIM-Card untuk kebutuhan tersebut tidak pernah berubah selama 15 tahun terakhir dan masih aktif hingga saat ini. Sedangkan SIM-Card untuk kebutuhan pemakaian data dari tiga gadget lainnya selalu berubah, karena disesuaikan dengan harga paket internet yang paling menguntungkan.

Dengan adanya wireless-router, meski dua SIM-Card untuk “voice” tetap harus di biayai agar tetap aktif setiap bulannya, saya tidak perlu menambah biaya pembelian paket internet untuk keduanya. Biaya koneksi ke internet dapat dengan menggunakan nilai pulsa yang memang harus dan telah dibayarkan setiap bulan untuk kedua SIM-Card tersebut. Seandainya pun ada pemakaian koneksi ke internet dengan menggunakan kedua SIM-Card tersebut, maka hal itu hanya terjadi jika dan selama saya berada di luar rumah. Biaya atas pemakaian koneksi ke internet terbesar yang sebenarnya harus kita bayar sendiri adalah yang terjadi di rumah, bukan di luar rumah.

Dengan cara ini, TP-MR3420 + modem-USB yang telah saya beli akan lunas dengan sendirinya melalui konpensasi pengurangan pembelian biaya paket internet dalam kurun waktu maksimal satu tahun. Jadi, setelah satu tahun kemudian, nilai buku dari perangkat-perangkat tersebut sama dengan nol (0). Dan saya tetap menikmati penghematan biaya dari pembelian paket internet selama perangkat-perangkat tersebut masih bekerja dengan baik. Bagaimana dengan wireless-router yang lainnya, yaitu TP-MR3020? Saya anggap sebagai bonus setelah satu tahun penghematan biaya melalui pemakaian TP-MR3420.

Dengan demikian, penggunaan wireless-router akan lebih menguntungkan untuk menggantikan lebih dari 2 kebutuhan koneksi ke internet, meskipun tagihan listrik di rumah per bulannya bertambah.

* Harga listrik per kwh Rp. 1.392,54,- merupakan harga tarif tenaga listrik + pajak untuk pelanggan golongan 1300VA setelah kenaikan di bulan November 2014.

Harga wireless-router

Harga pasaran dari TP-MR3020 tidaklah terlalu mahal, saya membelinya dengan harga Rp. 240.000,-. Sedangkan TP-MR3420 seharga Rp. 350.000,- Modem yang digunakan untuk menghubungkan ke internet harus memiliki kompatibilitas dengan kedua router. Anda dapat menemukan daftar modem-USB tersebut di bagian sisi kardus kemasan produk atau dengan melihatnya di situs resmi TP-LINK.

Tertarik untuk mencoba?

Semoga bermanfaat!