“Penghematan Energi”… kata-kata yang terdengar akrab di telinga dari masa ke masa.

Sebagai awam, saat ini saya tidak pernah terpikir untuk dapat mengikuti contoh tindakan penghematan energi sebagaimana yang ditayangkan di banyak media elektronik. Tidak banyak yang bisa kita lakukan untuk mengurangi pemakaian listrik pada saat sekarang ini, karena hampir semua produk perlengkapan alat-alat rumah tangga dioperasikan menggunakan tenaga listrik.

Realitanya, tindakan menghemat energi dengan cara mengurangi jumlah pemakaian listrik tidaklah semudah dengan menjalaninya. Mengurangi ketergantungan akan listrik untuk hidup saat ini yang 90% didukung oleh keberadaan perangkat elektronik, tidaklah membuat kita menjadi lebih pintar dalam mengatur pemakaian energi. Saya belum menemukan sekelompok masyarakat yang mengenal teknologi dapat bertahan tanpa dukungan energi listrik dalam menjalani hidup sehari-hari.

Mengurangi frekuensi satu kebiasaan akan menambah frekuensi pada kebiasaan yang lain. Menghilangkan satu kebiasaan akan menciptakan kebiasaan baru untuk dijalani.

Saat ini, tidak ada satu kebiasaan / rutinitas yang sama sekali tidak melibatkan energi listrik. Berapa banyak energi listrik yang digunakan oleh seorang manusia dalam sehari? Sangat bervariasi, tergantung tingkat kehidupan dan pemahamannya mengenai teknologi. Namun yang pasti adalah “tetap ada” pemakaian selama 24/7.

Tindakan menghemat energi dengan mengurangi pemakaian daya listrik yang paling efektif adalah membuang lemari es / kulkas di rumah. Anda akan mengurangi 1/4 hingga 1/3 pemakaian energi listrik di rumah dalam sehari tanpa keberadaan kulkas.

Tolong koreksi bila saya salah menganalogikan, bahwa anjuran mengurangi pemakaian perangkat elektronik tertentu untuk menghemat energi bagaikan membicarakan ujung langit. Tidak ketahuan dimana akhir dan manfaatnya.

Kalau pun kita hendak mengganti perangkat elektronik yang ada dengan menggunakan perlengkapan analog, mampukah kita menjalaninya, seperti mengganti penggunaan mesin cuci (washing machine) dengan papan bergerigi untuk mencuci pakaian? Seberapa banyak waktu luang yang Anda miliki untuk mengerjakan satu / beberapa pekerjaan dengan menggunakan perangkat analog?

Cara menghemat dengan mengurangi pemakaian listrik, sebenarnya, lebih ditentukan pada strategi pilihan jenis perlengkapan elektronik yang dipakai di rumah. Misalnya, konsumsi listrik untuk lemari es satu pintu model lama hampir sama dengan lemari es dua pintu model baru yang memiliki kapasitas liter lebih besar. Namun, ada kelebihan lain dari perangkat fisik dan mesin lemari es model lama yang ternyata jauh lebih kuat daripada model baru.

Adakah cara selain strategi pemilihan perangkat?

Pengertian Menghemat Energi

Menurut saya, dasar pengertian menghemat energi adalah meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemakaian energi setinggi mungkin. Bukan mengurangi kebutuhan akan pemakaian energi. Sehingga, berapapun besar dan lama tindakan pemakaian energi adalah sah-sah saja selama dilakukan dengan cara yang benar dan efektif.

Misalnya, menyalakan lampu penerangan di luar rumah saat menjelang malam dan (pasti) dimatikan saat fajar. Bukan dengan cara tidak menyalakannya sepanjang malam atau tetap membiarkannya menyala sepanjang siang.

Jadi, batas penerapan dari tindakan menghemat energi adalah menekan / meminimalisir jumlah pemakaian energi secara sia-sia. Bukan mengurangi / meminimalisir pemakaian energi yang dibutuhkan (memang seharusnya dipakai).

Pentingnya memahami arti menghemat energi yang kita anut, akan menentukan tindakan selanjutnya yang hendak kita kenakan dalam menciptakan kondisi hemat energi sehari-hari di rumah. Perlu dipahami dengan benar bahwa wujud tindakan menghemat energi harus ditentukan berdasarkan efektifitas cara kita memperlakukan penggunaan energi. Bukan berdasarkan besar nilai uang yang dikeluarkan untuk membiayainya.

Harga energi itu sendiri telah ditentukan oleh penjualnya. Naik-turunnya harga energi yang harus kita beli, berada diluar kendali dan jangkauan kita. Sebagai pengguna (pembeli) adalah salah jika kita mencoba terus mengatur jumlah pengeluaran biaya pemakaian energi menggunakan dasar harga jual energi yang diberlakukan. Dengan kata lain, kita tidak bisa terus mengandalkan cara mengurangi pemakaian energi (yang sebenarnya memang kita butuhkan) agar biaya untuk membeli energi dapat tercukupi, khususnya energi listrik.

Memang benar, kita tidak dapat terhindar dari ketergantungan ketersediaan pasokan energi listrik yang disediakan oleh pemerintah, dalam hal ini adalah PLN. Walau pun realitanya sebagian besar pemenuhan kebutuhan hidup saat ini harus menggunakan energi listrik, bukan berarti kita tidak dapat mengurangi besaran jumlah energi yang dibutuhkan.

Batas dan kategori hemat energi

Seandainya jumlah dari pemakaian energi secara sia-sia dapat kita tekan dan kendalikan, kita akan memperoleh nilai besaran kuantitas energi yang sebenarnya dibutuhkan untuk memenuhi keperluan sehari-hari di rumah. Dengan mengetahui nilai besaran kuantitas kebutuhan energi tersebut, kita akan mengerti konsekuensi apa yang harus kita hadapi jika nilai besaran itu dikurangi atau ditambahkan. Maka, kita pun akan memahami, besar usaha yang harus dikerjakan dan uang / pendapatan yang harus dihasilkan agar kita bisa membiayai energi sesuai dengan kondisi “cukup pakai”.

Tindakan tersebut akan membentuk dasar cara berpikir kita untuk menjadi lebih peka dalam mengenali dan memahami jenis konsep atau produk teknologi yang benar-benar menganut basis hemat energi. Dari kemampuan cara berpikir seperti inilah kita akan memahami dengan baik, jenis konsep atau produk teknologi seperti apa yang dibutuhkan agar kita tetap bisa berada pada kondisi “cukup mengkonsumsi energi”.

Cara berpikir seperti itu penting kita kuasai, karena hanya kita yang mengerti batas keadaan “cukup mengkonsumsi energi” untuk kebutuhan kita sendiri. Tidak semua orang memiliki ukuran sama mengenai jumlah energi yang harus diselamatkan dari perilaku tidak efektif dalam pemakaian energi. Besaran nilai ukuran yang Anda miliki adalah 100% sepenuhnya berlaku hanya untuk Anda sendiri. Karena, efektif-tidaknya satu tindakan pemakaian energi, ditentukan oleh kenyamanan yang Anda rasakan saat menggunakannya. Walau pun di beberapa bagian ada kesamaan dengan orang lain, tetap saja realisasi dari total kuantitas energi yang dikonsumsi akan berbeda.

Misalnya, dengan menggunakan perangkat home theatre yang sama, mendengarkan musik via headset akan mengkonsumsi daya jauh lebih kecil dari pada via studio speaker. Namun, efektif-tidaknya cara yang dipilih untuk melakukan tindakan itu, sepenuhnya tergantung dari kenyamanan pelakunya. Bukan berdasarkan perbandingan efisiensi pemakaian daya dari kedua cara tersebut.

Jadi, bukan berarti satu kesalahan jika seseorang menganut batas ukuran nilai hemat energi lebih sedikit / banyak dari yang kita miliki. Demikian juga sebaliknya, bukan berarti kita salah menganut batas ukuran nilai hemat energi lebih sedikit / banyak dari yang dimiliki orang lain.

Contohnya : batas dan kategori hemat energi yang saya gunakan adalah “Pemakaian energi dengan sedikit waktu, biaya dan tindakan; dapat diperoleh kualitas hasil memadai (secara umum) disertai kuantitas relatif besar dan banyak.. Batas nilai ukuran dari kata “sedikit“, “memadai” dan “relatif besar dan banyak“, memiliki persepsi yang berbeda pada orang lain. Toleransi nilai ukuran terendah dan tertinggi dari kata-kata tersebut, sepenuhnya menjadi keputusan dan kebijaksanaan saya. Karena, saya-lah yang akan menjalaninya sendiri. Bukan orang lain.

Wujud tindakan menghemat energi

Secara pribadi, saya sendiri enggan (bahkan tidak mau) untuk mengubah pola kebiasaan hidup yang telah dijalani. Mendisiplinkan untuk mengubah kebiasaan diri dalam pemakaian energi, bukan-lah tindakan menyenangkan. Saya cenderung mencoba memanfaatkan teknologi yang ada untuk melakukan tugas itu, dimana kendali utama tetap berada ditangan saya.

Seperti yang saya lakukan pada instalasi lampu penerangan di dalam dan luar rumah, dimana pengaturan penyalaan / pemadaman seluruh lampu menggunakan “timer”.

Saya tetap dapat kembali menyalakan lampu yang telah otomatis dipadamkan, dan akan padam kembali dengan sendirinya sesuai waktu yang telah ditentukan. Begitu juga sebaliknya. Walaupun tidak banyak energi yang dapat dihemat, tindakan ini cukup efektif untuk lebih mengefisiensikan penggunaan listrik pada lampu penerangan. Disini, tidak ada kenyamanan hidup yang berkurang, bahkan kini saya telah melupakan kekhawatiran pemakaian energi listrik berlebih pada lampu.

Pengalaman selama menggunakan timer sebagai perangkat pendukung mengatur waktu pemakaian energi listrik untuk lampu penerangan secara otomatis, membuat saya berpikir bahwa fitur otomatis yang terdapat pada sebuah perangkat elektronik, dapat dijadikan alternatif guna mengefisiensikan pemakaian energi dalam melakukan dan menyelesaikan rutinitas pekerjaan sehari-hari dengan benar dalam waktu relatif lebih cepat. Dalam memanfaatkan fitur otomatis ini, tidak hanya harus melulu mengefisiensikan pemakaian energi listrik. Jika memang fitur otomatis sebuah perangkat listrik dapat mengefisiensikan pemakaian energi non-listrik, menurut saya, patut untuk diterapkan.

Contohnya adalah penggunaan alat menanak beras (rice cooker). Dibandingkan dengan me-liwet beras, alat tersebut sangat banyak membantu mengefisiensikan pemakaian energi gas dalam langkah proses menanak beras hingga menjadi nasi.

Contoh lainnya adalah teko listrik. Cukup dengan mengisikan air mentah ke dalamnya dan nyalakan. Dalam beberapa menit kemudian akan diperoleh air mendidih yang sudah tersimpan dan tersedia dalam kuantitas cukup banyak untuk memenuhi aneka kebutuhan penghuni rumah secara umum. Fitur otomatis ini akan mempermudah pengerjaan tugas tertentu dengan tepat dan benar tanpa perlu diawasi. Sehingga kita tidak mengkhawatirkan terjadi pemakaian energi secara berlebihan.

Fitur otomatis dengan kualitas listrik

Namun demikian, kita (setidaknya) perlu memahami cara standar penggunaan perangkat berfitur otomatis ini agar tidak terjadi pemakaian diluar batas kapasitas perangkat. Hal yang tidak kita ketahui dan sadari selama ini adalah ada satu hubungan erat antara benar / tidaknya fungsi kerja otomatis perangkat dengan kualitas listrik yang dikonsumsi perangkat. Fitur otomatis pada sebuah perangkat elektronik sangat peka terhadap ketidakstabilan voltase. Apakah efek yang ditimbulkan menyebabkan kerusakan fisik atau tidak, ketidakstabilan voltase akan mengganggu kebenaran fungsi kerja fitur otomatis untuk mengoperasikan kerja perangkat dengan benar secara keseluruhan. Meskipun, cara pengggunaan perangkat telah dikerjakan dengan benar.

Tingkat kebenaran kerja fitur otomatis dan kualitas listrik, merupakan dasar penyebab timbulnya beberapa kondisi yang dapat membuat hasil dari kerja perangkat menjadi tidak sesuai, yaitu :

  1. kondisi fitur otomatis bekerja dengan benar, namun tidak didukung kualitas listrik yang baik saat perangkat beroperasi.
  2. kondisi fitur otomatis tidak bekerja dengan benar, namun didukung kualitas listrik yang baik saat perangkat beroperasi.
  3. kondisi fitur otomatis tidak bekerja dengan benar, dan didukung kualitas listrik yang buruk saat perangkat beroperasi.

Kita tidak akan menyadari ketidaksesuaian hasil dari kerja yang dilakukan perangkat pada kemungkinan ke 1 dan 2. Pada kedua kondisi ini kita sering menganggap perangkat telah bekerja dengan sempurna. Keberadaan fitur otomatis itu sendiri dapat mengaburkan penilaian atas hasil yang semestinya kita peroleh jika salah satu dari kedua kondisi tersebut benar terjadi. Kita baru menyadari adanya ketidakberesan pada hasil setelah kondisi ke 3 terjadi. Berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga kondisi kemungkinan ke 3 terjadi? Sangat tergantung dari ketahanan perangkat menangani konsumsi kualitas listrik yang buruk.

Fitur otomatis itu sendiri, pada dasarnya, merupakan perangkat elektronik tambahan berdiri sendiri dan menempel / melengkapi pada sebuah perangkat elektronik tertentu yang menjadi perangkat utamanya (perangkat induk). Fungsi fitur otomatis disini, lebih pada kepentingan sebagai penentu / pengatur kapan waktu tindakan buka-tutup jalur distribusi daya ke perangkat utamanya harus dilakukan.

Contoh paling mendekati adalah cara kerja pompa air otomatis. Jalur distribusi daya akan dibuka saat fitur otomatis (perangkat tambahan) mendapat respon berkurangnya tekanan pada tabung pompa. Kemudian, mesin pompa (perangkat utama) akan otomatis bekerja mendistribusikan air selama dibutuhkan. Jalur distribusi daya akan kembali ditutup ketika fitur otomatis mendapat respon tekanan pada tabung pompa telah penuh.

Dalam kondisi perangkat utama beroperasi atau tidak, fitur otomatis akan selalu mengkonsumsi daya dalam jumlah sangat kecil (kira-kira sama dengan konsumsi daya satu baterei AAA setiap hari selama tiga tahun) agar tetap dalam keadaan siaga. Keadaan tetap siaga seperti ini sangat rentan terhadap ketidakstabilan voltase. Dari beberapa kejadian, fitur otomatis akan langsung rusak saat terjadi lonjakan voltase hingga diatas 230 Volt. Tidak peduli apakah kondisi perangkat utamanya sedang menyala maupun mati, kerusakan akan tetap terjadi selama fitur otomatis dalam kondisi siaga.

Namun demikian, apa pun kelemahan dan kekurangan dari fitur otomatis, hingga saat ini, tetap merupakan satu-satunya alat / perangkat yang paling efektif untuk menjaga pemakaian daya sebagaimana porsi yang dibutuhkan. Selain dapat meminimalkan kehadiran dan campur tangan langsung manusia dalam mengerjakan / menyelesaikan satu pekerjaan, fitur otomatis dapat mencegah penggunaan perangkat utamanya secara berlebihan. Seandainya memang dibutuhkan kondisi kestabilan voltase listrik untuk mengoperasikannya, menurut saya, merupakan hal yang sangat wajar. Karena, kondisi voltase yang stabil tetap dibutuhkan dengan atau tanpa keberadaan / pemakaian fitur otomatis sekalipun.

Pentingnya memanfaatkan stabilizer

Stabilizer, sama seperti keberadaan fitur otomatis, hingga saat ini merupakan satu-satunya alat / perangkat paling efektif untuk menstabilkan voltase listrik. Teknologi menstabilkan voltase untuk menghasilkan kondisi listrik layak pakai, bukanlah hal baru. Perangkat ini sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Saat sebelum kehadiran PC Desktop, perkembangan teknologi elektronik boleh dibilang sangat lambat. Tidak banyak perangkat elektronik yang beredar pada masa itu.

Tingginya harga produk perangkat elektronik merupakan faktor terbesar yang menjadikan terbatas peredarannya di kalangan masyarakat umum. Stabilizer adalah termasuk salah satu diantaranya. Mahalnya harga dan kekurangpahaman atas pemakaian serta manfaat yang bisa diperoleh dari sebuah stabilizer pada saat itu, menciptakan sebuah persepsi bahwa stabilizer merupakan perangkat elektronik dengan kategori “tidak wajib” untuk dimiliki.

Saat ini, setelah peredaran perangkat elektronik yang semakin banyak dan murah, keberadaan dan fungsi stabilizer mulai kembali diperhatikan. Walau pun begitu, pemahaman mengenai penggunaan stabilizer, tidak berjalan seiring dengan perhatian yang diperolehnya. Memang begitu kenyataannya.

Bagaimana kita bisa memahami stabilizer sebagai alat untuk menghasilkan listrik berkualitas, sedangkan pengertian mengenai kualitas listrik itu sendiri tidak kita pahami?

Listrik, apapun yang menjadi definisinya dan bagaimanapun mudah mendapatkan keberadaannya saat ini, tetap sulit dipahami perilaku dan karakteristiknya. Membutuhkan waktu cukup lama untuk saya sendiri dapat mendeskripsikan pemahaman mengenai listrik dalam pengertian awam. Itu pun, hanya sebatas level untuk penggunaan di lingkungan rumah tangga saja.

Pemahaman sebagian besar dari kita akan listrik, masih mirip sebagaimana layaknya sebuah barang yang biasa diperdagangkan. Seperti makanan dalam kemasan yang banyak dijual di toko-toko, tidak banyak hal untuk perlu diketahui lebih jauh selain bisa untuk di makan. Sama juga dengan kita menerapkan perlakuan terhadap listrik yang dijual pihak PLN. Bagaimanapun kondisi listrik yang dijual, tidak banyak hal kita perlu ketahui selain dapat dikonsumsi oleh perangkat elektronik di rumah.

Demikian juga halnya dengan kelayakan makanan yang dikonsumsi oleh tubuh kita, kelayakan kualitas listrik yang masuk ke dalam rumah akan menentukan performa kerja dan daya tahan perangkat elektronik di dalam rumah.

Analoginya : rumah adalah tubuh kita dan perangkat elektronik sebagai organ dalam tubuh kita.

Buruknya kualitas dari makanan yang kita konsumsi akan mempengaruhi kerja organ dalam tubuh. Akibatnya kondisi keseluruhan tubuh kita menjadi terganggu dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Seandainya hal tersebut terus berulang, akan mencederai organ dalam tubuh terlemah yang mana kita artikan dengan kata “sakit”.

Sama halnya dengan kualitas listrik yang dikonsumsi masuk ke rumah dan dicerna oleh perangkat elektronik didalamnya. Buruknya kualitas listrik yang masuk ke dalam rumah, membuat performa kerja perangkat elektronik di dalamnya terganggu. Seandainya kondisi listrik seperti itu terus-menerus dikonsumsi dan dicerna oleh perangkat elektronik, lama-kelamaan akan mencederai fungsi kerjanya dan berakhir dengan kondisi yang biasa kita namakan “rusak”.

Stabilizer dapat diumpamakan sebagai “asisten” pribadi yang bertugas memeriksa dan membenahi kondisi kualitas listrik sebelum dikonsumsi perangkat elektronik di rumah. Dan hal itu dapat kita lakukan tanpa perlu repot belajar mengenal sosok keberadaannya secara mendalam. Stabilizer dapat difungsikan selama 24 jam penuh setiap hari tanpa berhenti dengan “sedikit sekali” kemungkinan kesalahan dalam melakukan tugasnya. Tidak perlu ada kekhawatiran untuk kita pikirkan lagi dalam kualitas listrik yang dikonsumsi perangkat elektronik di rumah. Kita tinggal menerima dan menikmati hasil kerjanya saja. Sungguh sebuah bentuk kenyamanan yang menyenangkan, bukan?

Kelayakan kualitas listrik hasil keluaran stabilizer, menjadikan performa kerja perangkat elektronik apa pun yang mengkonsumsinya menjadi efektif. Pengertian efektif disini adalah perangkat elektronik hanya beroperasi hingga batas kemampuannya saja. Efektifitas performa kerja ini akan berujung pada kesehatan (daya tahan) perangkat dan efisiensi daya yang digunakan.

Tindakan memasang stabilizer di titik awal listrik memasuki rumah (setelah kabel keluaran dari meteran PLN), akan menghasilkan kondisi kualitas listrik di semua titik dalam rumah sepenuhnya layak konsumsi oleh perangkat elektronik. Dengan demikian, setiap kali penggunaan perangkat elektronik apa pun dan dimana pun di dalam rumah, akan selalu diperoleh kondisi pemakaian daya yang efisien. Bukankan cara penghematan energi seperti ini sangat mudah untuk diterapkan?

Memanfaatkan stabilizer guna memperbaiki kualitas arus listrik, menurut saya saat ini, adalah sebuah langkah mudah untuk dikerjakan sendiri dalam rangka memulai tindakan penghematan energi (khususnya listrik) di lingkungan rumah tinggal pada umumnya.

Mengusahakan kualitas listrik layak pakai merupakan hal yang memang sudah seharusnya dikerjakan sebagai faktor utama beroperasinya perangkat elektronik apa pun secara benar. Apakah kemudian kita berhasil atau tidak untuk memaksimalkan manfaat yang lebih besar dari stabilizer yang terpasang di rumah, tidak akan ada ruginya. Karena, manfaat dasar stabilizer untuk memperbaiki kualitas arus listrik, telah dan tetap kita dapatkan selama stabilizer masih berfungsi dengan benar.

Manfaat lain pemasangan stabilizer

Sejak peng-instalasi-an stabilizer di rumah tahun 2005 lalu, tanpa disadari, saya telah melakukan satu langkah penghematan dalam pengeluaran untuk mengurangi biaya perbaikan atau pembelian perlengkapan elektronik yang mudah dan sudah rusak akibat lonjakan voltase listrik.

Memang ada biaya yang dikeluarkan pertama kali untuk peng-instalasi-an unit stabilizer, namun berhenti sampai di situ saja. Selanjutnya tidak ada biaya yang cukup berarti untuk perawatan dari unit tersebut. Dengan kata lain, pengeluaran biaya instalasi sebesar Rp. 1.000.000,-, saya telah mendapatkan manfaat perawatan asupan daya listrik untuk 90% perlengkapan elektronik yang selama ini telah terpakai selama tujuh tahun, dan mungkin, akan tetap bertahan hingga beberapa tahun kemudian sampai unit stabilizer tersebut rusak dengan sendirinya.

Sepertinya, tulisan di atas lebih bersifat mempromosikan unit stabilizer saja. “Memangnya peralatan elektronik apa saja ‘sih yang rusak sebelum dilakukan peng-instalasi-an stabilizer?”. Begitu mungkin kira-kira pertanyaannya.

Ini daftar barang rusak akibat pengaruh tidak stabilnya voltase di rumah yang masih saya ingat :

  • 1 unit Server
  • 1 unit Console
  • 2 unit Monitor
  • 1 unit UPS 600 VA
  • 1 unit scanner
  • 1 unit jet-printer
  • 3 unit stabilizer berkapasitas sedang
  • 1 unit mesin pendingin ruangan portable
  • 3 unit handphone
  • 1 unit televisi tabung 20 inch
  • 1 unit vacuum cleaner
  • 1 unit rice cooker
  • 2 unit emergency lamp
  • beberapa unit lampu SL, TL dan bohlam yang mati prematuer
  • dan beberapa perlengkapan elektronik kecil lainnya.

Semuanya terjadi selama periode tahun 2001 s/d 2004. Sebagian besar unit rusak total dan sisanya masih dapat diperbaiki. Namun, umur pemakaian setelah perbaikan pun tidak lama, karena daya listrik yang menjadi sumber tenaga perangkat-perangkat tersebut masih bermasalah. Awal tahun 2005, saya mulai melakukan pencarian informasi lebih jauh mengenai stabilizer dan instalasi stabilizer 3000 VA dikerjakan pada kwartal ketiga tahun 2005. Selanjutnya, sampai dengan pertengahan tahun 2012, hanya 2 unit kipas pendingin amplifier audio yang rusak. Penggantian lampu dilakukan sesuai dengan umur lampu itu sendiri, bahkan ada beberapa unit bertahan lebih lama 1-2 bulan daripada umur yang tertera dikemasannya.

Efek positif lainnya

Apakah tindakan penginstalasian stabilizer dapat mengurangi biaya tagihan bulanan rekening PLN rumah saya?

Saya kurang memerhatikan mengenai hal tersebut. Selain pembayaran dilakukan secara otomatis via bank, terjadi beberapa kali kenaikan tarif atau biaya administrasi pada periode 2005 hingga 2012, sehingga sulit untuk menghitung nilai rupiah yang sebenarnya.

Namun, secara logika, penyebab kerusakan yang biasa terjadi pada perangkat elektronik adalah dikarenakan penerimaan daya listrik melebihi kapasitas kebutuhannya. Kelebihan daya listrik yang dihantarkan, tidak pasti selalu langsung membuat perangkat menjadi rusak. Selama dalam batas toleransi besaran voltase yang sanggup diterimanya, perangkat elektronik dapat beroperasi dengan (terlihat) normal.

Dinamika besaran kelebihan / kekurangan voltase listrik yang terjadi setiap hari, tidaklah besar. Kira-kira hanya berada pada kisaran ± 5 Volt. Namun, hal itu terjadi dan berlangsung tidak hanya satu dua-kali saja dalam sehari, bisa puluhan atau ratusan kali.

Pada meteran listrik, semua “kelebihan / kekurangan voltase kecil” ini ikut terekam pada meteran sebagaimana pemakaian daya listrik biasa. Apakah voltase dan daya listrik yang dihantarkan sesuai atau tidak dengan kebutuhan perangkat, meteran tetap akan memperlakukannya sama sebagai pemakaian biasa.

Dengan meletakkan stabilizer di tengah jalur aliran listrik antara meteran dengan perangkat elektronik, maka konsumsi daya yang terekam di meteran adalah daya yang menjadi keluaran stabilizer. Sehingga, berapa pun besaran (ditambah kelebihan maupun kekurangan) daya yang dialirkan keluar dari meteran dan masuk ke stabilizer, hanya akan dihitung sebatas daya yang dikeluarkan oleh stabilizer untuk konsumsi perangkat elektronik saja.

Jadi, disamping mengurangi biaya perbaikan kerusakan atau pembelian perangkat elektronik baru akibat lonjakan voltase yang berlebihan, saya telah mengurangi (walaupun dalam jumlah kecil) biaya tagihan rekening bulanan bukan dengan cara tidak menggunakan / membatasi penggunaan perangkat elektronik, tetapi dengan mengurangi kelebihan pasokan daya ke perangkat elektronik menggunakan bantuan stabilizer.

Update :

Dalam artikel Realisasi Menghemat Energi Listrik, Anda dapat menyimak ulasan cerita tentang berkurangnya jumlah pemakaian listrik yang tercatat di meteran PLN semenjak saya memasang stabilizer.

Stabilizer membereskan semua permasalahan listrik?

Sekali lagi, tidak ada niat saya mempromosikan penggunaan stabilizer untuk mengefisiensikan pemakaian energi dan biaya di rumah Anda. Untuk saat ini, stabilizer adalah satu-satunya perangkat menstabilkan voltase terbaik untuk menghasilkan kualitas arus listrik layak pakai yang saya ketahui. Jika ada perangkat lain yang mampu berfungsi sama (atau lebih baik) seperti stabilizer, sudah pasti akan saya nyatakan juga.

Konsep menghemat energi yang saya usung disini, membutuhkan kehadiran dan peran stabilizer sebagai faktor pendukung utamanya. Inilah sebabnya mengapa pembahasan mengenai stabilizer cukup banyak saya ketengahkan. Stabilizer itu sendiri, hanyalah merupakan media untuk mempermudah kita mendapatkan kualitas listrik layak pakai tanpa perlu memahami listrik secara lebih mendalam. Fungsi stabilizer yang demikian, tidak akan berubah dan tetap seperti itu. Manfaat lebih dari kualitas listrik layak pakai yang dihasilkannya sangat ditentukan oleh inovasi kita yang menggunakannya.

Bagaimanapun kondisi kualitas listrik di rumah Anda saat ini, menurut saya, ada baiknya dipertimbangkan untuk melengkapinya dengan stabilizer. Setidaknya, hal tersebut dapat membuat Anda terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan atas perilaku listrik dikemudian hari. Karena listrik pada saat ini nyaris telah menjadi kebutuhan mutlak sehari-hari, sebaiknya keberadaannya tidak diabaikan begitu saja. Menjaga konsistensi kualitas listrik dalam kondisi layak pakai, bukan merupakan tindakan bodoh yang merugikan.

Kondisi voltase listrik yang stabil, akan menjadikan kerja perangkat elektronik berjalan dengan semestinya dan otomatis meminimalkan (bukan meniadakan) kerusakan pada perangkat akibat over / under load voltase. Dengan kata lain, hal tersebut akan berdampak langsung pada efisiensi biaya pemeliharaan perangkat dan penggunaan energi listrik untuk setiap kali kita mengoperasikan perangkat elektronik apa pun di rumah.

Memanfaatkan atau bahkan menambahkan fitur otomatis pada perangkat elektronik, merupakan opsi untuk membantu kita lebih meningkatkan disiplin penggunaan energi listrik pada perangkat elektronik. Karena, faktor terbesar dari terciptanya keadaan ketidak-efektif-an penggunaan energi berasal dari ketidak-konsisten-an kita sendiri sebagai manusia dan hal ini tidak mungkin dapat diubah. Sehingga, dengan mengusahakan kondisi arus listrik yang stabil ditambah pemanfaatan / penambahan fitur otomatis, akan memperkecil celah kelemahan kita dalam menghasilkan suatu kondisi tidak efektif dari pengeluaran biaya dan pemakaian energi.

Namun, kembali saya ingatkan, stabilizer hanya berperan sebagai dasar untuk menghasilkan kualitas listrik layak pakai saja. Pengembangan lebih jauh untuk menciptakan sebuah kondisi hemat energi adalah sepenuhnya tergantung dari tindakan kita untuk merealisasikannya.

Tingginya Efisiensi = Rendahnya Biaya?

Kemudahan penerapan menghemat energi yang saya representasikan di atas dengan efisiensi pemakaian energi listrik sebagai tujuan utamanya, bukan merupakan satu keajaiban yang dapat terlaksana begitu saja. Ada sejumlah uang yang harus dibelanjakan untuk mengawalinya. Namun, berapa pun besar pengeluaran biaya untuk merealisasikan lingkungan hemat energi di rumah, menurut saya, tidak akan menguntungkan siapa pun selain diri kita sendiri dan orang-orang yang hidup bersama di sekitar kita saat ini.

Saat setelah kita memutuskan dan memulai cara hidup dengan memaksimalkan efektifitas penggunaan energi yang ada, maka tindakan apa pun selanjutnya yang kita kerjakan akan mengacu pada dasar efisiensi energi. Ini berarti, jumlah uang yang telah dibelanjakan di awal untuk merealisasikannya akan otomatis terbayarkan dari konpensasi berkurangnya pemakaian energi yang tidak efisien. Konpensasi ini akan tetap terjadi dan berakumulasi setiap hari walaupun telah melewati titik impas. Disaat inilah, uang yang telah ditanamkan menghasilkan keuntungan yang sebenarnya.

Memang, jika di konversikan ke dalam nilai rupiah terlihat sangat kecil. Namun, nilai tersebut akan tetap dihasilkan selama perangkat yang telah kita beli masih berfungsi dengan benar. Dengan kata lain, setelah melewati titik impas dan perangkat masih berfungsi dengan benar, tindakan pemakaian energi listrik seperti apa pun akan berdampak mengurangi biaya.

Besar pengeluaran biaya untuk pemakaian dan pemeliharaan (perbaikan dan penggantian) perangkat elektronik, dapat dijadikan sebagai parameter untuk mengukur seberapa jauh efektifitas tindakan meng-efisiensi-kan energi listrik yang kita telah kerjakan di rumah. Semakin rendah jumlah biaya yang dikeluarkan, semakin tinggi tingkat efisiensi energi yang dicapai. Demikian juga sebaliknya.

Ini adalah satu-satunya cara termudah bagi kita sebagai awam untuk mengetahui ukuran nilai tingkat pemakaian energi yang berhasil di-efisiensi-kan. Sekecil apapun nilai pengurangan pemakaian energi yang berhasil diperoleh, menurut saya, merupakan prestasi yang patut dihargai. Karena, biar bagaimanapun juga, diperlukan tindakan nyata untuk memulai semua itu.

Jadi, inti dari penerapan menghemat energi yang digunakan disini adalah membentuk satu keadaan guna membatasi keadaan ketidak-beraturan perilaku dan penggunaan listrik di rumah. Memanfaatkan stabilizer dan fitur otomatis, merupakan cara termudah dan termurah untuk menerapkannya. Dimana, stabilizer bekerja pada level listrik masif (mentah), sementara fitur otomatis bekerja pada level pemakaian listrik dari perangkat-perangkat elektronik yang kita pakai di rumah. Keduanya (stabilizer dan fitur otomatis) dapat menekan dan meminimalisir kemungkinan timbulnya kondisi perilaku listrik diluar batas sebagaimana fungsi peruntukan dari pemakaian stabilizer dan fitur otomatis itu sendiri.

Cara menghemat energi seperti itu, tidak akan membuat Anda bertambah kaya secara materi akibat berkurangnya pengeluaran biaya pemakaian energi listrik secara efisien. Cara ini cenderung menghasilkan sebuah bentuk keadaan efisiensi pemakaian energi listrik sehari-hari di rumah dengan tujuan agar uang yang harus dibelanjakan untuk membeli listrik dari PLN, menjadi lebih layak dan pantas untuk dibayarkan. Bersamaan dengan itu, kondisi perangkat elektronik pun relatif tetap terjaga daya tahan dan performanya (tidak cepat rusak).

Apapun hasil yang diperoleh dari penerapan konsep menghemat energi ini, setidaknya, dapat menjadi alternatif pengurangan biaya dalam bentuk yang berbeda. Karena, apapun alasannya, cara dan motivasi yang hendak kita capai dari menghemat energi cenderung berakhir pada pertanyaan : dapatkah mengurangi biaya rutin yang biasa harus kita bayarkan?.

Nah…, bagaimana jika slogan “Penghematan Energi” diubah menjadi “Penghematan Biaya”?

Mungkin, dapat lebih mudah untuk diterima dan diterapkan pelaksanaannya secara awam.

Semoga bermanfaat…! 🙂

Satu tanggapan untuk “Menghemat Energi

Komentar ditutup.