Ada 3 (tiga) faktor yang menjadi terkait untuk membentuk sirkulasi udara, yaitu : rumah, udara dan kipas angin. Udara merupakan media yang menjadi objek utama hendak dikerjakan / dibentuk. Rumah sebagai tempat / ruang terbatas dimana udara hendak di sirkulasikan dan kipas angin merupakan perangkat yang kita gunakan untuk menggerakkan udara.

Di bawah ini, ada sedikit pembahasan tentang ketiga faktor tersebut berdasarkan “peran”-nya dengan sirkulasi udara.

Pembahasan ini perlu saya jabarkan karena istilah yang digunakan mengacu pada  pemahaman dan sudut pandang saya pribadi secara awam, bukan istilah formal / akademis. Tujuannya agar anda memiliki kesamaan persepsi mengenai cerita yang disampaikan pada tulisan selanjutnya tentang sirkulasi udara ini.

1. Faktor / Unsur Udara

Jika kita hendak membentuk sirkulasi udara di dalam rumah, ada hal yang perlu dipahami terlebih dulu mengenai perilaku udara sebagai media yang hendak disirkulasikan.

Ada dua karakter udara yang dapat dikenali menggunakan indera peraba kita, yaitu panas dan dingin. Kedua karakter udara tersebut memiliki sifat dasar yang bertolak belakang. Selain berbeda secara rasa (panas dan dingin), berat (massa) dari keduanya juga berbeda, yaitu udara panas lebih ringan dari pada udara dingin. Sehingga dalam prakteknya, udara dingin selalu berada di area bagian bawah ruangan dan udara panas berada di bagian atas. Itulah parameter termudah untuk diingat dari sifat udara. Dengan demikian, kita dapat mengetahui secara garis besar kebiasaan peredaran kedua-nya di dalam rumah.

Saat kedua jenis udara tersebut bertemu dengan kondisi perbedaan suhu yang cukup tinggi, maka akan terjadi “pergerakan udara”. Kondisi tersebut bisa kita rasakan dan biasa disebut dengan “angin”. Pertemuan kedua jenis udara tersebut akan membawa karakter udara dengan kapasitas terbesar. Jika kapasitas udara dingin lebih besar dari udara panas, maka hawa panas akan berubah menjadi dingin. Hal yang sama berlaku seandainya kapasitas udara panas lebih besar dari udara dingin.

Pertemuan kedua jenis udara juga akan menghasilkan proses pembentukan titik-titik air mirip dengan embun dengan berat jenis lebih ringan. Biasa kita menyebutnya dengan kelembaban. Kelembaban itu sendiri, sebenarnya, juga merupakan udara (baik dingin maupun panas). Hanya saja memiliki kandungan air lebih besar sesuai dengan suhu bawaannya. Demikian juga dengan perilakunya, mengikuti suhu udara bawaannya.

Tingginya kelembaban dalam ruangan, akan menghasilkan kesan “lengket” pada permukaan kulit (gerah). Kelembaban yang tinggi pada udara dingin akan terasa “kesat” saat kita melangkah di permukaan lantai keramik. Proses terbentuknya kelembaban akan terus terjadi selama masih terjadi pertemuan udara panas dan dingin. Proses terjadinya kelembaban ini akan berakumulasi hingga mencapai titik tertinggi atau titik jenuh. Kelembaban yang sudah mencapai titik jenuh akan menghasilkan rasa “pengab” dalam ruangan. Rasa pengab ini dapat diminimalisir dengan keberadaan akses ke area / ruang terbuka (lubang angin / jendela / pintu). Hal ini disebabkan, udara dengan tingkat kelembaban lebih tinggi akan mencari tempat / kondisi dengan tingkat kelembaban udara lebih rendah. Demikian juga sebaliknya.

Permasalahannya, ketika suhu ruangan (baik panas maupun dingin) mulai mendekati level suhu yang sama dengan di luar rumah, gerak aliran udara dari dalam / luar ruangan akan melambat dan akan terhenti saat suhu ruangan hampir menyamai suhu di luar ruangan (perbedaannya kira-kira 1 – 3 derajat Celcius). Pada kondisi aliran udara terhenti, maka hanya kelembaban yang tertinggal di dalam ruangan. Karena udara dengan massa lebih ringan daripada udara lembab, akan lebih cepat mengalir meninggalkan ruangan.

Untuk itulah sirkulasi udara perlu dibentuk agar keberadaan dapat dimanfaatkan sesuai kepentingan dan kebutuhan kita. Pengertian “membentuk sirkulasi udara” itu sendiri, sebenarnya, hanya istilah saya untuk memudahkan gambaran tentang udara. Udara adalah materi tidak terlihat dan tidak dapat “dibentuk” layaknya benda padat / cair. Namun, kita dapat “memaksa” udara agar mengalir dari satu ke tempat lain dengan menggunakan kipas angin. Walau pun tidak terlihat, kita dapat merasakannya saat mengalir mengenai / melewati tubuh kita.

2. Faktor / Unsur Bangunan

Semudah dan sesederhana apa pun teknik penerapan bentuk sirkulasi udara di sebuah rumah akan sangat tergantung dari konsep bangunan dari rumah itu sendiri. Saat ini, banyak rumah siap huni dibangun dengan mengabaikan kondisi iklim tropis dan mengutamakan model rumah yang sedang populer dan mengadopsi konsep bangunan daerah ber-iklim non-tropis. Itu adalah salah satu sebab mengapa penggunaan AC menjadi kian diminati oleh banyak keluarga / penghuni rumah saat ini.

Sebenarnya, konsep rumah dengan tipe pintu dan jendela berjalusi (rumah tempo doeloe), dapat dengan mudah mengakomodasi aliran masuk-keluar udara setiap saat. Karena, walau pintu / jendela dalam keadaan tertutup rapat, udara tetap dapat bergerak bebas masuk-keluar melalui fitur jalusi yang ada. Saat hawa dalam rumah terasa panas, udara dingin dapat mengalir masuk ke dalam rumah melalui jalusi di bagian bawah jendela / pintu dan mendorong udara panas diatasnya keluar melalui lubang angin. Hal yang sama berlaku saat kondisi hawa di dalam terasa dingin. Udara dingin akan mengalir melalui jalusi dari dalam ke luar rumah. Hawa panas di luar akan masuk melalui lubang udara di bagian atas rumah.

Jika kita tetap hendak menggunakan konsep sirkulasi udara rumah “tempo doeloe” untuk mendinginkan model rumah ber-konsep iklim non-tropis, maka kita perlu memikirkan rencana untuk mengganti / me-modifikasi model pintu / jendela yang ada dengan model jendela / pintu ber-jalusi. Karena itu adalah sarana terbaik untuk jalur keluar-masuk udara. Tanpa keberadaan jalusi di jendela atau pintu rumah, akan sulit untuk membentuk sirkulasi udara di rumah secara konstan 24 / 7. Jendela “kaca nako” juga memiliki fungsi dan kemampuan mirip dengan jalusi pada jendela.

Jika jendela atau pintu rumah sudah berjalusi, perlu ditambahkan lubang di bagian para / langit-langit rumah sebagai alternatif jalur udara keluar di samping lubang angin di bagian atas dinding / kusen. Namun, tindakan melubangi para / langit-langit rumah tersebut harus disertai penempatan unit kipas angin di atas langit-langit rumah. Mengapa?

Kondisi di ruang bagian atas langit-langit (di bawah genteng rumah) memiliki tingkat kelembaban lebih tinggi daripada di area di bawah langit-langit. Kelembaban di area atas langit-langit akan lebih dulu terbentuk dan menjadi jenuh saat terjadi penggantian suhu dan cuaca. Lubang ventilasi yang memadai di area atas langit-langit untuk rumah siap huni jarang dipikirkan, bahkan seringkali ditiadakan. Mungkin keberadaannya dianggap kurang penting manfaat dan fungsinya.

Dengan tingginya tingkat kelembaban di area (bagian atas plafon) tersebut, secara otomatis, akan menahan semua aliran udara dari bawah. Bahkan, bisa terjadi kondisi sebaliknya, yaitu kelembaban di area tersebut mengalir turun melalui lubang ventilasi yang sedianya kita buat untuk membuang udara dalam ruangan. Sehingga, jika kita hendak menyalurkan udara dari bawah ke area plafon, kita harus membuat udara di area tersebut dalam kondisi dinamis / bergerak. Udara yang bergerak akan mengurangi tingkat kelembaban.

Satu-satunya cara agar kelembaban di area itu bisa berkurang / dikurangi tanpa kita harus memodifikasi bentuk bagian atap rumah adalah dengan menggunakan kipas angin. Hembusan udara yang diputar oleh kipas angin akan mempercepat proses penguapan kandungan air dalam udara. Selain itu, kipas angin mampu memaksa udara lembab mengalir melalui celah-celah genteng.

Memasang “turbin ventilator” untuk membuat pergerakan udara di area para, tidak sepenuhnya dapat kita andalkan. Turbin ventilator akan berfungsi dengan baik dalam kondisi cuaca ber-angin cukup kuat. Anda akan mandi keringat selama menanti sebelum datangnya angin untuk memutar turbin ventilator.

Tanpa bantuan angin, turbin ventilator hanya akan berputar pada kondisi perbedaan suhu udara yang sangat tinggi disertai rendahnya tingkat kelembaban antara di dalam dan luar rumah. Kondisi seperti itu sangat jarang terjadi di daerah beriklim tropis. Memang benar celah / lubang kisi-kisi pada turbin ventilator dapat menjadi jalur keluar untuk aliran udara lembab yang ada di area tepat di bawah genteng. Namun, prosesnya sangat lambat.

Dalam hal ini, bukan berarti tindakan memasang turbin ventilator merupakan suatu tindakan sia-sia. Kipas angin yang diletakkan di area bagian atas plafon rumah bisa berfungsi memaksimalkan kinerja turbin ventilator. Kondisi udara yang dihasilkan oleh kipas angin, akan menarik udara dalam ruangan lewat lubang ventilasi di plafon yang sebelumnya telah kita buat. Sedangkan udara yang beredar di area atas plafon akan dibuang melalui turbin ventilator relatif lebih cepat daripada melalui celah-celah genteng rumah.

 

Selanjutnya⇒